"Maksud Penulisan"
Artikel ini bukan dimaksudkan untuk menyerang gereja lain atau individu. Juga bukan bermaksud untuk meninggikan diri seolah-olah kami adalah pribadi yang paling benar dan sempurna.
Bila kita berpikir demikian itu berarti kita telah tertipu oleh iblis dan dalam penguasaan kuasa kegelapan. Sangat memprihatinkan, dalam kenyataannya kita temukan kecenderungan sikap demikian. Terdapat orang-orang yang suka menyerang pihak lain, baik terhadap individu perorangan atau gereja sebagai kelompok atau komunitas. Kita harus berhenti bersikap demikian. Kita harus menerima bahwa mereka yang memiliki kekurangan atau bahkan penyimpangan sesungguhnya juga saudara kita. Dengan doa dan tindakan kasih, kita seharusnya mengembalikan mereka ke jalan kebenaran tentu disertai Roh yang lemah lembut.
Sementara itu kita harus tetap menjaga hati kita agar tidak terjebak oleh sikap arogan atau kesombongan, seolah-olah kita pribadi atau gereja yang paling benar dan sudah sempurna. Seolah-olah hanya kita yang dikasihi Tuhan, yang mendapat tempat paling terhormat di hadapan Tuhan, lebih suci dari orang lain, lebih diberkati. Lebih parah lagi kalau kita berpikir dan bersikap seolah-olah, hanya kita yang memiliki Tuhan Yesus, hanya kita yang memiliki kuasa Roh Kudus dan kehadiranNya.
Memang ternyata terdapat pula pelayan Tuhan yang berusaha menjadi “juara" di antara pelayan-pelayan Tuhan yang lain, mau menjadi terkemuka.
Hendaknya kita kembali kepada prinsip pelayanan Tuhan Yesus: “Barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”.
Bila tindakan kita kurang dari prinsip ini berarti dari iblis. Iblis oknum yang memiliki atribut jelas sebagai oknum yang penuh dengan kesombongan.
Pemberitaan suara kebenaran ini memiliki tujuan yaitu agar kita terus-menerus mengembangkan pikiran cerdas oleh tuntunan Roh melalui FirmanNya, memeriksa diri sebagai individu dan gereja sebagai lembaga atau komunitas apakah terdapat penyusupan pekerjaan kuasa gelap. Pekerjaan kuasa gelap yang biasanya menyesatkan melalui pengajaran salah yang menciptakan semangat atau spirit ini, menghalangi jemaat Tuhan tidak kunjung jadi rohani.
Realitas Penyesatan
Gereja Tuhan bertumbuh di tengah-tengah dunia ini dengan berbagai pergumulan karena berbagai tantangan dan tekanan. Tantangan atau tekanan itu datang dari dalam maupun luar gereja.
Dari luar gereja berupa penganiayaan, penindasan yang berupaya menghambat laju Injil. Dari dalam bentuk pertikaian, penduniawian yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Kristen yang tidak dewasa dan pengajaran sesat atau penyesatan. Dari berbagai tantangan dan tekanan yang dapat menghambat bahkan menghancurkan laju gereja Tuhan, penyesatan atau pengajaran sesat salah satu bahaya yang harus ditanggapi serius. Hal pengajaran sesat ini telah menjadi pergumulan Tuhan sejak gereja pertama atau ketika rasul-rasul masih hidup (Ibr. 13:9; Why. 2:14 dll).
Dari apa yang telah dipaparkan Tuhan Yesus dalam Matius 13:24-30 dapat ditemukan beberapa kebenaran rohani berkaitan dengan penyesatan ini :
1. Penyesatan adalah sesuatu yang pasti ada di dalam gerak kehidupan gereja Tuhan.(ay. 25–bdk. Mat. 18:7).
Gereja Tidak dapat meniadakan penyesatan sebab penyesatan pasti ada, tetapi gereja dapat mengantisipasi dengan bijaksana, sehingga penyesatan tidak menyesatkan gereja dan tidak memberi peluang berkembang.
2. Penyesatan masuk ke dalam gereja tidak terang-terangan (Mat. 13:25).
Harus diperhatikan bahwa penyesatan masuk ke dalam gereja tidak jelas sebagai penyesatan. Penyesatan atau pengajaran sesat secara diam-diam dan terselubung menyusup masuk ke dalam gereja Tuhan. Dikatakan dalam perumpamaan ini bahwa "waktu semua orang tidur musuh menaburkan benih. Dalam hal ini mengertilah kita terhadap apa yang dikatakan Paulus ke pada Timotius anak rohaninya: “Awasilah dirimu dan awasilah ajaranmu.” (1Tim. 4:16) Ayat ini jelas memberi indikasi kepada kita agar sunggguh-sungguh memberi perhatian yang serius terhadap pengajaran sesat di dalam gereja (Mat. 24:4-5; Kol. 2:8 dll).
3. Penyesatan berakibat fatal (ay. 29-30)
Akibat pengajaran sesat atau penyesatan di dalam gereja Tuhan a.l. :
a. Tidak dapat mudah tercabut. Dalam hal ini Allah membiarkan.
b. Menghasilkan orang-orang jahat dalam kerajaan sorga. Tentu ajaran yang benar atau benih Firman Tuhan menciptakan anak-anak kerajaan sorga yang akan beroleh kemuliaan Allah, tetapi sebaliknya, orang-orang yang "tidak mengerti" Firman Tuhan, sebaliknya menggunakan filsafat hidup dunia ini akan menjadi manusia jahat yang tidak akan menerima kemuliaan Allah.
Kita mengerti betapa sukarnya seseorang mempunyai "pengertian yang benar" tentang Firman Tuhan yang membawanya kepada kehidupan yang benar. Dalam hal ini peranan jemaat dalam menyambut Firman sangatlah penting. Ia harus memiliki hati yang haus dan lapar akan kebenaran dengan rendah hati menyambut Firman Tuhan, di pihak lain hamba Tuhan harus benar-benar menaburkan kebenaran Firman Tuhan bukan ide atau pikirannya sendiri (bdk. 1Kor. 2:4-5)
Sumber Penyesatan Dalam Dunia
Kalau gereja secara terang-terangan menghadapi pengajaran agama lain atau filsafat dunia, mudah mengantisipasinya secara frontal, tetapi kalau yang kita hadapi sesuatu yang dikemas dengan baik, tidak menunjukkan secara nyata-nyata sebagai penyesatan, maka akan lebih sukar mengenali dan mengantisipasinya. Hal ini dapat terjadi di dalam gereja Tuhan yaitu pengajaran dan khotbah yang nampaknya didasarkan pada ayat-ayat Alkitab, tetapi sebenarnya tidak Alkitabiah. Khotbah dan pengajaran yang tidak Alkitabiah ini disebabkan oleh kesalahan tafsir atau pengertian terhadap pokok-pokok yang diajarkan Alkitab.
Penyesatan ini bisa terjadi melalui hamba-hamba Tuhan yang berada pada posisi sebagai berikut:
a. Hamba-hamba Tuhan yang belum layak mengajar. Mereka belum diperlengkapi dengan kebenaran yang cukup.
b. Hamba-hamba Tuhan yang berhenti belajar.
c. Hamba-hamba Tuhan yang terkena "polusi dunia". Hamba-hamba Tuhan yang motivasinya tidak murni lagi melayani Tuhan dan hidup tidak benar.
Dalam Mat. 18:6-9 Tuhan Yesus mengancam berat kesalahan para penyesat ini. Kata anak kecil di sini bukan anak sekolah Minggu, tetapi orang percaya yang "seperti anak-anak" (ena ton mikron touton tonpisteuonton eis eme - one of these little ones which believe ini me).
Ini menunjuk kepada orang-orang Kristen yang suka dengar-dengaran, mau belajar, mau taat/ seperti "paidion" (hub: Mat. 18:3).
Pada masa kini banyak orang Kristen seperti ini. Mereka kurang selektif dalam memilih pengkhotbah. Mereka belum dapat membedakan dusta atau kebenaran, jerami atau rumput hijau, lalang atau gandum. Bila sebuah jemaat sudah terbiasa terkena "virus" ajaran yang kurang sehat, maka sebagai akibatnya mereka tidak lagi menyukai pengajaran yang benar (bdk. 1 Tim 4:9-11).
Kecerdasan Roh
Iblis oknum yang tidak berhenti bekerja guna menghancurkan pekerjaan Tuhan. Iblis adalah oknum yang cerdik. Lebih cerdik dari apa yang kita duga. Tentu pula lebih jahat dari apa yang kita bayangkan. Tanpa “kecerdasan Roh”, yaitu pengertian kebenaran Firman Tuhan kita bukan saja tidak mengenali tipu daya iblis tetapi kita juga tanpa sadar melawan Tuhan dan kebenaranNya. Dalam hal ini kita temukan pembicara-pembicara di mimbar yang tanpa sadar menyerang kebenaran Tuhan oleh karena kebodohannya. Hal itu dilakukan juga demi membela “ajarannya sendiri”. Tentu segala ajarannya tidak berlandaskan Alkitab melalui penafsiran yang benar adalah ajarannya sendiri. Ajaran-ajaran itulah yang menjadi senjata iblis untuk merusak kehidupan gereja Tuhan dan anggota jemaat yang tulus mau mengerti pengajaran Alkitab. Dengan cara demikian iblis meletakkan dasar-dasar pemalsuan yang membuat pondasi iman orang percaya menjadi rentan atau lemah. Inilah yang membuat orang percaya tidak mampu melihat kebenaran yang sesungguhnya. Pemalsuan demi pemalsuan akan membangun kebutaan rohani sehingga seseorang tidak mengenal kebenaran yang sejati. Bila hal ini terjadi maka seseorang tidak pernah menjadi orang Kristen yang benar-benar rohani. Tentu ia tidak mengerti bagaimana melayani pekerjaan Tuhan dengan benar.
Banyak orang berpikir kebangunan rohani luar biasa yang terjadi di dalam gereja di masa lalu mereka menganggap sudah kebal terhadap tipu daya kelicikan iblis.
Perlu diketahui bahwa Ananias dan Safira yang dipukul Tuhan di depan semua orang terjadi di tengah suasana kebangunan rohani di kotaYerusalem (Kis. 5:1-11).
Mereka telah tertipu oleh iblis yang menyusup di tengah-tengah suasana kebangunan rohani. Sisi lain yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa terdapat kenyataan seseorang atau gereja memulai pekerjaannnya dengan roh artinya dalam tuntunan Tuhan tetapi berakhir pada daging artinya tertipu oleh kuasa kegelapan sehingga menyimpang dari kebenaran (Gal. 3:3).
Dalam Galatia 3:5, salah satu penyesatannya adalah orang-orang Galatia yang berpikir bahwa mereka memperoleh anugerah karunia Roh oleh karena perbuatan baik atau melakukan hukum Taurat, pada hal keselamatan terjadi karena mereka percaya Injil. Ini bukan berarti perbuatan baik tidak perlu. Keselamatan yang menjadi awal dari pencurahan RohNya secara berlimpah-limpah, diberikan kepada kita oleh sebab kasih karunia semata-mata. Setelah kita menerima keselamatan dan bertumbuh dalam Tuhan perbuatan baik kita bertumbuh pula. Jadi kalau ada ajaran bahwa seseorang dikasihi Tuhan dan menerima keselamatan karena “telah berbuat baik”, sekalipun belum percaya Yesus, maka pengejaran ini bertentangan dengan isi Injil. Inilah Injil “yang lain” yang disebut-sebut Paulus dalam Galatia 3 tersebut. Jelaslah itu adalah injil Palsu.
Bahaya besar kalau kita berpikir bahwa iblis sudah tidak berdaya sama sekali. Inilah yang terjadi dewasa ini, banyak orang Kristen berpikir bahwa oleh karena kebangunan rohani terjadi secara luar biasa, gereja bertumbuh menakjubkan, kuasa Roh Kudus dicurahkan begitu dahsyat sehingga melahirkan banyak tanda-tanda ajaib dan mujizat maka iblis dikira atau dianggap sudah kalah dan tersingkir. Ini merupakan bahaya besar kalau kita berpikir bahwa kita terlalu cerdik dan berhikmat, sehingga iblis tidak bisa menipu kita. Padahal iblis memiliki banyak cara tipu daya dengan segala kecerdikan untuk menyesatkan banyak orang. Inilah cara lain yang dilakukan iblis untuk menyesatkan manusia yaitu dengan membisikkan suara kepada mereka dan meyakinkan bahwa mereka orang suci, berhikmat, penuh Roh Kudus, sudah berdoa, sudah sekolah Alkitab, dll.. sehingga tidak dapat ditipu oleh iblis.
Pernahkah saudara berpikir mengapa Salomo pada hari tuanya bisa menjadi sesat (1Raj. 11). Bukahkah ia adalah seorang yang berhikmat, bahkan memiliki hikmat yang lebih dari kebanyakan orang. Iblis ternyata masih bisa atau mampu menjatuhkan Salomo. Betapa cerdiknya iblis itu.
Oleh sebab itu seorang yang dipenuhi Roh Kudus juga belum tentu kebal terhadap serbuan tipu daya iblis. Ia harus terus berjaga-jaga hidup dalam kepenuhan Roh Kudus dan Firman Tuhan. Jangan kepenuhan Roh yang dialaminya membuat ia menjadi sombong dengan demikian ia dapat dijatuhkan iblis. Harus dicatat bahwa kepenuhan Roh atas seseorang tidak mengambil kehendak bebas individu tersebut.
Untuk menanggulangi tipu daya iblis yang kita butuhkan “kecerdasan Roh”. Kecerdasan Roh adalah hikmat yang dimiliki oleh seseorang hasil dari pengertiannya akan Firman Tuhan dan kepekaan mendengar suara Roh Tuhan. Kecerdasan Roh setiap individu harus dikembangkan, sebab hal ini sangat menentukan perilaku dan tindakan hidup seseorang. Perkembangan atau pertumbuhan kecerdasan rohnya akan menjadikan ia cerdas seperti Yesus cerdas yang dapat mendeteksi sempurna setiap tipu daya iblis, sehingga iblis tidak dapat memperdayaNya. Untuk ini Roh Kudus akan mengasuh kita guna mengembangkan kecerdasan Roh (Yoh. 16:13).
Serbuan Pasukan Iblis.
Iblis tidak akan berhenti menyerang orang-orang saleh sampai orang-orang dapat disesatkan dan hidup dalam kendalinya. Berbahaya sekali kalau kita tidak menyadari peperangan dan serbuan yang begitu dahsyat atas gereja Tuhan. Dalam hal ini kita dapat menemukan pelayan-pelayan jemaat dan anggota jemaat yang telah terkena tipu daya kelicikan iblis.
Gereja sebagai lembaga mengalami kegagalan rohani, kalau tidak dapat mengenali tipu daya iblis yang bekerja dalam diri pengerja-pengerja dan anggotanya. Bila terjadi demikian maka terdapat aktivitas-aktivitas di dalam gereja yang sebenarnya digerakkan oleh kekuatan dari kerajaan kegelapan. Di sini banyak pelayan-pelayan jemaat dan anggotanya menjadi permainan iblis tanpa disadari oleh diri mereka dan orang lain disekitarnya.
Contoh nyata dalam Perjanjian Lama, Daud yang disesatkan oleh pikiran dan hasratnya untuk menghitung jumlah rakyatnya. Ia tidak menyadari bahwa hal itu datang dari iblis (1Taw. 21:1).
Dalam Perjanjian Baru juga dapat kita temukan penyesatan yang sangat “halus” dan cerdas dari iblis terhadap Petrus guna menghambat dan merusak rencana Tuhan (Mat. 16:22-23).
Iblis berbisik kepada Petrus agar menggagalkan rencana perjalanan Tuhan Yesus ke Yerusalem untuk menanggung penderitaan salib. Penipuan-penipuan semacam itu kalau tidak diamati dengan seksama dengan “kecerdasan Roh” akan menipu atau menyesatkan kita.
Saluran Penyesatan dan Tujuannya
Penyesatan dalam gereja terjadi melalui beberapa saluran. Saluran-saluran itu harus dikenali dengan teliti, agar kita terhindar dari penyesatan. Salah satu saluran penyesatan tersebut bisa melalui pengajaran yang tidak beralas pada kebenaran Firman Tuhan. Pengajaran sejenis itu disebarkan melalui khotbah yang tidak diangkat dari penafsiran yang benar. Pengajaran-pengajaran tersebut dikemas menjadi doktrin dan tanpa disadari oleh anggota jemaat doktrin-doktrin tersebut diakui sebagai Firman Tuhan atau sejajar dengan Firman Tuhan.
Pengajaran hasil pikiran manusia yang bercampur dengan pemikiran dari roh-roh jahat terkadang melahirkan pengajaran yang logis atau wajar dan mudah diterima. Pengajar atau penafsirnya berpikir bahwa kesimpulan dari idenya adalah suara Roh Kudus atau sebuah penemuan yang lahir dari hikmat Tuhan. Kita harus waspada bahwa pikiran manusia dapat disesatkan oleh iblis (2Kor. 11:2-3). Dengan kalimat lain dapat dijelaskan bahwa pikiran manusia atau idenya dapat menjadi kendaraan pikiran atau rencana iblis (Mat. 16:22-23).
Dalam hal ini kita dapat menemukan bahwa seorang pengajar atau pembicara di mimbar memiliki tanggung jawab dan pergumulan yang berat. Pertumbuhan rohani dan kwalitas iman jemaat tergantung oleh isi pengajaran pembicara atau pengkhotbah dalam gereja. Itulah sebabnya Alkitab berkata bahwa seorang guru atau pengajar akan dihakimi dengan ukuran yang lebih berat. (Yak. 3:1).
Untuk dapat membedakan apakah seseorang membawa pengajaran yang sehat atau tidak, sesat atau benar harus menggunakan ukuran Firman Tuhan yang ditulis dalam Alkitab. Ukurannya bukanlah tabiat orang yang mengajarkan kebenaran tersebut semata-mata. Memang pada akhirnya kita dapat membedakan nabi palsu atau tidak tergantung dari “buahnya” (Mat. 7:15-23).
Namun dalam kondisi tertentu kita membutuhkan klarifikasi segera sebelum kita terjebak lebih dalam ke dalam penyesatannya. Untuk itu kita harus menggunakan Alkitab sebagai tolak ukurnya. Harus dipahami bahwa iblis bisa mengelabui kita dengan cara-cara yang sangat cerdik. Pengajar-pengajar palsu akan ditampilkan sebagai orang baik, lemah lembut, berkuasa dll, dengan demikian ia dapat menyesatkan banyak orang. Tidak sedikit orang kecewa setelah menemukan ternyata seorang pimpinan gereja atau persekutuan ternyata sesat. Pada hal ia telah mengorbankan tenaga, uang dan berbagai pengorbanan lain untuk mendukung kegiatan pelayanannya. Oleh sebab itu setiap kita harus dengan jeli, untuk selalu mengawasi seorang pemimpin jemaat, pembicara atau pengkhotbah melalui kebenaran Firman Tuhan. Hal ini disuarakan jelas oleh Yohanes dalam suratnya: Bahwa berhubung banyak nabi palsu pergi ke seluruh dunia maka kita harus menguji setiap roh (1Yoh. 4:1).
Ciri-ciri dari penyesatan melalui pengajaran dapat dikenali melalui beberapa catatan di bawah ini :
1. Melemahkan otoritas Alkitab dengan mengabaikan pendalaman Alkitab yang menjadi dasar pengajaran atau doktrin Kristen.
Mengabaikan pendalaman Alkitab artinya menganggap mengerti isi Alkitab itu gampang, dengan sembrono menafsirkan ayat-ayat Alkitab tanpa mau mengerti latar belakang Alkitab; teks asli Alkitab; prinsip menafsir, dll.
Bila terjadi demikian maka biasanya seseorang akan menjadikan pengalaman pribadi sebagai landasan iman orang lain atau jemaat. Oleh sebab itu kita harus merasa bertanggung jawab dan terpanggil untuk menggali kebenaran Tuhan di dalam Alkitab.
2. Menampilkan pemikirannya tanpa mencari landasan yang mapan dalam Alkitab.
Seperti yang disinggung di atas bahwa pemikiran yang bukan berasal dari Allah adalah dari iblis. Dengan cara inilah nabi palsu mengubah pengajaran. Pembicara atau pengkhotbah seperti ini biasanya menambah Alkitab dengan pemikiran manusia. Memang tidak semua mereka mau sengaja menyesatkan orang lain, tetapi oleh karena malas dan enggan mengeksplorasi Alkitab maka pikiran iblislah yang diimport dan terjadilah penyesatan. Dalam hal ini sebagai pendengar jemaat harus menguji roh dengan seksama. Menguji pengajaran yang disampaikan ; apakah berasal dari Tuhan atau kuasa lain.
Oleh sebab itu jangan mengenali ajaran sesat hanya sebagai saksi Yehova, Mormon, Jim Jones, gereja setan dan sejenisnya atau yang dianggap lebih gawat lagi seperti dukun; para normal; horoskop. Bahaya yang lebih besar sekarang ini datang dari gereja Tuhan yang dianggap benar, murni, terdapat kehadiran Allah tetapi justru ditempat tersebut hadir “pikiran-pikiran” dari kuasa kegelapan yang tidak menggiring iman Kristen kepada kesetian yang sejati kepada Kristus (2Kor. 11:2-4).
Dengan cara ini pula iblis menyesatkan umat Allah. Memang kita harus dapat membedakan antara hadirat Allah dan peledakan emosi atau perasaan. Urapan Roh Kudus atau khidmat jiwani yang bisa dikondisi oleh pemimpin di mimbar pada waktu kebaktian. Kita membutuhkan prinsip-prinsip kebenaran Tuhan yang diangkat dari Alkitab melalui proses pendalaman Eksplorasi dan Eksegesis kritis Alkitabiah. Inilah modal dasar bangunan hidup rohani kita.
Demonstrasi kuasa Allah yang menakjubkan bisa kita butuhkan dalam gereja, kegiatan-kegiatan sosial dan sejenisnya dapat kita selenggarakan di dalam gereja, tetapi semuanya itu hendaknya tidak menyisihkan tempat untuk kebenaran yang harus diutamakan. Sebab bila kita menyisihkan kebenaran Firman Tuhan dari tempatnya berarti gereja telah terkena perangkap iblis.
Tujuan Penyesatan dan Kelompok Yang disesatkan
Penyesatan memiliki tujuan yang sangat sistimatis dan jelas, dikerjakan oleh Iblis dengan segala tentara dan kekuatannya.
Tujuan penyesatan iblis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Membutakan mata rohani seseorang untuk tidak mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, sebaliknya iblis membisikkan fitnah dan hujatan kepada nama Anak Allah dengan berbagai tuduhan, seperti: Ia bukan Allah, Ia sekedar nabi, Ia meninggikan diri sebagai sama dengan Allah, menghujat Allah dll. Hal ini akan membuat seseorang takut percaya kepada Tuhan Yesus (2Kor. 4:4).
2. Meracuni pikiran orang Kristen dengan pemikiran yang salah agar mereka tidak bertobat dan mengalami kelahiran baru.
Iblis membisikkan suaranya agar sebagian orang Kristen merasa tidak perlu dilahirkan baru atau mengalami pertobatan, merasa sudah baik, bermoral dan beragama. Biasanya iblis juga membisikkan suaranya untuk memfitnah orang Kristen yang sungguh-sungguh sebagai “ekstrim”, keterlaluan, sesat dll.
3. Meracuni pikiran orang Kristen yang sudah bertobat dan mengalami kelahiran baru untuk tidak perlu bertumbuh di dalam Dia. Menganggap bahwa pertobatannya sudah cukup membuat ia berkenan kepada Tuhan. Dan beranggapan kalau bersungguh-sungguh di dalam Tuhan akan mengakibatkan tidak diterima oleh masyarakat, dan gagal menjadi berkat. Karenanya mereka memberi porsi yang sangat terbatas untuk perkara-perkara rohani.
4. Menyimpangkan pikiran orang percaya yang sudah bertobat dan memiliki komitmen untuk taat dan bersungguh-sungguh dalam Tuhan agar ia tidak perlu mengalami pertumbuhan rohani yang benar. Penyimpangan pikiran ini penyesatan yang dapat membinasakan (2Kor. 11:2-4).
Kelompok Yang Disesatkan
Penyesatan ini bisa terjadi atas berbagai kelompok manusia sesuai dengan tingkat rohani mereka :
1. Orang-orang di luar anugerah salib disesatkan oleh berbagai agama-agama palsu dunia dan filsafatnya.
Mereka berpikir bahwa salib adalah pemberitaan bodoh, tidak mengandung keselamatan dan tidak berasal dari Allah (1Kor. 1:18). Kelompok ini biasanya menjadi oposisi yang menentang secara frontal dan secara fisik kekristenan, tidak jarang mereka sebagai pelaku aniaya terhadap umat pilihan Tuhan. Pada dasarnya mereka adalah bagian dari gelombang pasukan antikris.
2. Orang Kristen yang menjadi Kristen sejak kecil, menjadi Kristen bukan karena pertobatan atau mengenal secara pribadi Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tetapi karena “warisan agama”.
Mereka adalah orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran Injil, kelompok ini adalah kelompok orang “beragama Kristen” yang hidup dalam tawanan kuasa kegelapan. Ciri-ciri dari orang Kristen ini adalah:- Berpola pikir tidak jauh berbeda dengan pola pikir anak-anak dunia. Dan berkelakuan seperti anak-anak dunia dengan standart moralnya.- Pemahaman mereka tentang Tuhan adalah hasil dari serapan yang mereka lakukan atau tanpa sadar mereka terima dari agama-agama di masyarakat dimana mereka berdomisili. Itulah sebabnya mereka adalah kelompok orang Kristen yang tidak memiliki atoleransi iman, mereka kompromi dengan iman yang tidak berakar pada Alkitab yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan ajaran Alkitab. Memang kita harus memiliki toleransi terhadap agama–agama tetangga atau anggota masyarakat di sekitar kita, tetapi di dalam iman kepada Tuhan Yesus kita harus atoleransi. Kita tahu bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada nama yang diberikan kepada manusia yang di dalamnya manusia beroleh keselamatan (Kis. 4:12).-
Miskinnya pemahaman akan kebenaran Firman Tuhan cenderung bersikap sinkritisme dalam bentuk membuka diri terhadap ajaran-ajaran yang tidak berakar pada Alkitab, melakukan praktek-praktek okultisme yaitu ke dukun, terlibat horoskop dll.
Kelompok ini sering diidentifikasi sebagai Kristen KTP. Kristen tanpa pertobatan, Kristen tanpa pengalaman maksudnya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Tentu mereka belum bertobat dan tidak mengenal arti keselamatan dalam Yesus Kristus secara benar. Tidak sedikit mereka yang ke gereja tetapi sekedar menjadikan Kekristenan sekedar agama. Pada umumnya mereka memandang orang Kristen yang “bersungguh-sungguh” mengiring Tuhan dengan benar sebagai orang Kristen ekstrem atau keterlaluan.
Iblis akan berusaha sekuat tenaga melestarikan kondisi ini agar mereka tetap dalam kebodohan dan hidup keberagamaan semu. Mereka menjadi orang-orang beragama yang tidak bertuhan artinya tidak memiliki bergaulan pribadi dengan Tuhan.
3. Orang Kristen yang telah lahir baru atau sudah bertobat, mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tetapi tidak memiliki kesungguhan untuk betumbuh dalam iman yang benar.
Ciri-ciri dari kelompok ini adalah:- Kelompok ini merasa sudah bertobat, merasa memiliki kerohanian lebih dari mereka yang belum bertobat. Mereka berpikir bahwa pertobatannya adalah modal satu-satunya yang dapat diandalkan untuk memperoleh perkenanan Tuhan. Memang pertobatan adalah tindakan yang berkenan kepada Tuhan tetapi pertobatan barulah awal dari perjalanan hidup Kekristenan yang panjang.
- Pergi ke gereja. Bahkan pada pertengahan Minggu bisa pergi ke gereja atau ke kebaktian persekutuan doa.
- Ke gereja sudah mulai membawa Alkitab dan catatan untuk mencatat khotbah pendeta, dan lebih serius memperhatikan khotbah pendeta tetapi tidak memberi seluruh wilayah hati dan hidupnya untuk Tuhan.
- Membatasi pekerjaan Roh Kudus dalam hidup dengan berpikir bahwa mereka tidak perlu menjadi orang Kristen yang “habis-habisan” untuk Tuhan. Untuk itu mereka menjaga kewajaran hidup, kurang berani dikatakan sebagai orang Kristen “ekstrem”. Biasanya kalau sudah demikian mereka masih kompromi dengan pola hidup manusia sekitar kita yang tidak berdasar pada kesucian Tuhan.
- Dalam perjalanan hidup kekristenannya, kemudian mereka menjadi orang-orang Kristen yang manipulatif artinya menjadi orang Kristen yang hanya karena memanfaatkan Tuhan atau Kristen opportunis yaitu orang Kristen yang ke gereja hanya karena keuntungan duniawi.
- Pada umumnya mereka adalah kelompok orang Kristen yang jatuh bangun, kehidupan rohaninya tidak stabil.
Kondisi ini sangat berbahaya sebab mereka yang sudah mengenal kebenaran dituntut lebih banyak, bila tidak mengerti panggilan untuk bertumbuh maka bisa menjadi lebih jahat dari pada keadaannya sebelum bertobat (Mat. 12:43-45).
Iblis memang akan berusaha menghambat pertumbuhan rohaninya dengan menghujani berbagai kesibukan, menekan dengan berbagai masalah supaya perhatiannya dapat dialihkan dari memperhatikan kebenaran Firman Tuhan guna pertumbuhan imannya.
4. Orang Kristen yang sudah bertobat dan bersungguh-sungguh mengiring Tuhan dan memiliki komitmen yang kuat untuk bertumbuh dalam iman.
Mereka bukan kelompok yang bebas dari penyesatan. Iblis akan melancarkan serangannya secara halus dan intensif guna menjatuhkan mereka. Iblis akan menyerang melalui berbagai sarana dan saluran.
- Kekecewaan dan kepahitan terhadap saudara seiman atau bahkan orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin jemaat atau hamba Tuhan. Iblis menggunakan sasaran ini memang sangat efektif untuk menghentikan laju perjalanan hidup kekristenan mereka.
- Iblis akan berusaha untuk merangsang sekuat-kuatnya kelemahan daging yang dimilikinya untuk menjatuhkan.
- Iblis akan mendorong mereka menjadi pendeta atau pelayan jemaat “fulltimer” sehingga harus meninggalkan pekerjaan atau usaha nafkahnya. Dengan demikian mereka tidak mengikuti rencana Tuhan tetapi rencananya sendiri. Korbannya adalah keluarga, anak-anak dan banyak orang yang seharusnya menjadi bagiannya di tempat di mana ia bekerja atau berwiraswasta. Ini bukan berarti menghalangi saudara yang berniat untuk “fulltimer”, tetapi hendaknya kita sungguh menemukan rencana agung Tuhan untuk hidup kita masing-masing. Bila saudara berniat untuk menjadi tenaga “fulltimer” dalam gereja, saudara harus menemukan waktu Tuhan. Bukan waktu kita. Ingat Zakheus dipanggil Tuhan untuk bertobat tetapi tidak dipanggil untuk meninggalkan pekerjaannya (Luk. 19:1-10).
Berbeda dengan Matius yang juga adalah pemungut cukai dipanggil Tuhan untuk menjadi muridNya dengan harus meninggalkan profesinya (Mrk. 2:13-17).
- Oleh karena merasa sudah bertobat, memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan, memiliki komitmen yang kuat untuk Tuhan maka tanpa sadar didorong iblis untuk menjadi bangga “atas dirinya sendiri”. Kebanggaan yang tidak terkendali menghasilkan kesombongan. Apalagi kalau memiliki pengalaman khusus dengan Tuhan atau mengalami karunia-karunia Roh dalam hidupnya. Sering menjadi lupa diri dan merasa bahwa ia memiliki “jasa” tertentu di hadapan Tuhan lebih dari sesama orang Kristen lain.
- Bila berhasil mencapai jenjang kesucian tertentu kadang menjadi moralis, memandang rendah saudara seiman yang lain seolah-olah ia sendiri yang paling terhormat di mata Allah. Kesombongan semacam ini sering tidak disadari, pada hal Tuhan sangat menentangnya (Yak 4:6).
Iblis melancarkan penyesatannya sangat licin, halus dan cerdas sehingga banyak yang tertipu dan dijatuhkan. Kelompok ini termasuk kelompok para hamba-hamba Tuhan.
Ada banyak bentuk-bentuk penyesatan, bila semua bentuk penyesatan tersebut dijelaskan maka satu buku belum cukup menjelaskannya. Dalam hal ini kami hanya menjelaskan hal-hal banyak terjadi diantaranya umat Tuhan atau gereja Tuhan tetapi tidak dikenali oleh banyak orang. Bentuk-bentuk penyesatan ini bukan pada orang non Kristen, tetapi penyesatan yang terjadi khususnya dalam hidup orang Kristen yang sudah bertobat dan tertanam di dalam gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar