Semasa pelayanannya, Paulus menulis beberapa surat kepada jemaat di Korintus. Yang tercantum dalam Alkitab adalah Surat 1 Korintus dan 2 Korintus. Kali ini, kita akan membahas surat yang pertama, 1 Korintus.
Kota Korintus adalah ibu kota daerah Ahkaya, sebuah kota pelabuhan dan tempat pertemuan banyak orang dari Asia dan Eropa yang singgah di sana dalam perjalanannya. Kota yang mewah itu penuh dengan immoralitas dan percabulan.
Begitu “kotor”nya Kota Korintus, kata/istilah “mengKorintuskan” pada saat itu berarti “membuat seseorang menjadi cabul”.
Korintus adalah kota yang dipersembahkan kepada Dewa Venus, dewa percabulan dan perzinahan. Ini sama seperti Kota Efesus yang dipersembahkan kepada Dewa Diana.
Selain pelabuhan dan percabulan, Korintus juga dikenal karena menjadi lokasi pertandingan olah raga internasional. Topik tentang olah raga ini sempat disebut oleh Paulus dalam 1 Kor. 9:24 dan 1 Kor. 9:26-27.
Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat Korintus kira-kira pada tahun 56-59 M sewaktu ia tinggal di Efesus dalam perjalanan penginjilan yang kedua (1 Kor. 16:5-8).
Di sana Paulus bertemu dengan Akwila dan Priskila, orang Yahudi dari Roma yang berkerja sebagai tukang kemah. Paulus tinggal dan bekerja bersama-sama dengan mereka selama hampir dua tahun. Akwila dan Priskila menjadi pemimpin kunci dalam Gereja mula-mula, khusus di Kota Korintus, Romadan Efesus (Kis. 18:1-2; Rm. 16:3-4; 1 Kor. 16:19). Mungkin juga, pada waktu itu didirikan jemaat di pelabuhan terdekat, yaitu Kenkrea (Rm. 16:1) dan jemaat-jemaat lain di daerah Akhaya (2 Kor. 1:1).
Jemaat Korintus terdiri dari orang Yahudi dan orang Yunani (Kis. 18:4): orang kaya dan orang miskin, orang yang berlatar belakang kafir yang tidak mengerti tentang kekudusan dan para budak yang tidak mengerti tentang kemerdekaan.
Ada orang dari berbagai kelas (1 Kor. 11:22): orang miskin yang tidak berpendidikan (1Kor 1:26), tetapi juga ada orang seperti Krispus (1 Kor. 1:14; Kis. 18:8), Erastus dan Gaius yang berpangkat tinggi dan mungkin cukup kaya (Rm. 16:23). Mereka semua berkumpul dalam rumah-rumah, sebagaimana pada zaman itu orang-orang kaya yang mempunyai rumah besar, menyediakan rumahnya sebagai tempat pertemuan bagi jemaat. Tidak ada gedung gereja. Karena situasi yang kaya perbedaan inilah, timbul berbagai persoalan.
Persoalan pertama adalah perpecahan.
Paulus sedih dan terganggu karena perpecahan yang terjadi di antara golongan-golongan yang ada (1 Kor. 1:10-12).
Apolos lebih pandai berkhotbah daripada Paulus, sehingga ada golongan yang berpihak kepada Apolos (1 Kor. 3:4-5). Ada golongan lain yang lebih suka pelayanan Petrus, mungkin karena Petrus sendiri sudah mengunjungi Korintus atau karena pengkhotbah dari Yerusalem datang dan mengagung-agungkan Petrus. Ada pula golongan orang lain yang berpihak kepada Paulus. Namun golongan yang paling “rohani” berkata mereka berpihak kepada Kristus!
Persoalan berikutnya adalah persoalan kedagingan dan immoralitas.
Banyak orang di jemaat Korintus ini adalah orang Yunani, dan mereka terbiasa menghargai “hikmat’ manusiawi, bukan hikmat Allah. Mereka hidup sebagai bayi rohani dengan kedagingan mereka. Paulus memanggil mereka untuk menjadi rohani dan dewasa. Bahkan, ia juga merasa perlu menjelaskan kembali perannya sebagai seorang rasul kepada mereka (1 Kor. 2-4).
Persoalan immoralitas pun terjadi dalam jemaat dalam bentuk percabulan, dan “hebatnya”, jemaat Korintus bangga karena percabulan itu. Ada seorang anggota jemaat yang sudah hidup bersama dengan isteri ayahnya sendiri. Oleh Paulus, percabulan itu disebut sebagai ragi di tengah jemaat. Tidak bisa dibiarkan, atau ia akan berkembang dan merusakkan seluruh jemaat (1 Kor. 5).
Persoalan lain yang timbul adalah mengenai kehidupan suami-isteri.
Paulus ditanya tentang perkawinan dan perceraian. Apakah perkawinan lebih baik daripada hidup selibat? Apakah perkawinan itu salah? Apa tanggung jawab suami dan isteri satu sama lain? Apakah boleh menceraikan suami atau isteri yang tidak percaya? Bagaimana dengan janda, apakah boleh kawin lagi?
Dalam surat 1 Korintus, Paulus mendiskusikan perbedaan hidup sebagai suami atau isteri dan hidup membujang: apa panggilan dan tanggung jawab masing-masing cara hidup ini (1 Kor. 7).
Kemudian, persoalan lain adalah makanan yang dipersembahkan kepada berhala.
Apakah pengikut Kristus boleh mengikuti acara kafir? Bolehkah makan bersama keluarga dan teman dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala? Bolehkah membeli daging di pasar yang sudah dipersembahkan kepada berhala?
Paulus menjelaskan bahwa sebagai pengikut Kristus, kita bebas dan tidak takut atas kuasa kegelapan dan kuasa berhala. Namun, ia menegaskan juga bahwa kita perlu menjaga supaya kebebasan itu tidak menjadi batu sandungan bagi saudara kita yang lemah. (1 Kor. 8).
Selain itu, ternyata otoritas juga merupakan topik yang sempat menjadi masalah.
Rupanya ada juga orang yang tidak menerima otoritas Paulus sebagai seorang rasul yang berhak dan tanggung jawab untuk menasihati dan menegur mereka. Untuk itu, Paulus merasa perlu meneguhkan kembali kedudukannya sebagai seorang rasul (1 Kor. 9).
Demikian pula, Paulus juga mengingatkan jemaat di Korintus tentang contoh bangsa Israel. Mereka sebagai umat Tuhan telah dipimpin Tuhan, dibaptis dalam laut dan awan, diberi makanan dari sorga tetapi akhirnya terjerumus ke dalam pemberontakan, penyembahan berhala, percabulan dan mereka bersungut-sungut. Jemaat Korintus diperingati supaya jangan mengikuti contoh yang jahat itu.
Persoalan selanjutnya adalah persoalan dalam pertemuan-pertemuan jemaat.
Jemaat Korintus diingatkan bahwa mereka tidak boleh makan dari Meja Tuhan (mengikuti Perjamuan Kudus) sambil tetap menyembah berhala, membiarkan dosa ataupun perpecahan tetap terjadi, dan tidak menjaga ketulusan dan hati nurani yang ikhlas (1 Kor. 10; 1 Kor. 11: 17-34).
Yang juga menjadi masalah adalah keberadaan wanita dalam pertemuan-pertemuan jemaat.
Apakah wanita harus mengenakan tutup kepala? Mengapa? Apakah itu wajib untuk semua wanita di jemaat manapun? (1 Kor. 11:1-16).
Juga mengenai karunia rohani, jemaat Korintus memiliki salah pengertian, sehingga pertemuan jemaat juga seringkali penuh kedagingan dan perlu dibereskan. Paulus menjelaskan semua karunia rohani dan bagaimana jemaat disusun dan diatur dengan tertib oleh Roh Kudus (1 Kor. 12).
Diterangkan bahwa yang terutama dalam segala hal adalah kasih, bukan karunia-karunia (1 Kor. 13).
Paulus menjelaskan makna dan kepentingan karunia nubuat serta karunia berbahasa roh, juga prinsip ketertiban dalam pertemuan, di mana semua boleh menggunakan karunia roh tetapi dengan teratur (1 Kor. 14).
Doktrin juga muncul sebagai masalah yang mengemuka dalam jemaat Korintus.
Ada orang-orang di jemaat yang berkata kebangkitan tidak ada. Namun Paulus menegaskan, kalau tidak ada kebangkitan, itu berarti iman kita sia-sia! Justru kita perlu hidup berpadan dengan kebangkitan (1 Kor. 15:58). Sebagaimana Yesus bangkit dari kematian, kita juga akan bangkit dengan tubuh yang baru.
Dalam 1 Kor. 15, ia menjawab pertanyaan tentang bagaimana tubuh kebangkitan dan apa yang akan terjadi pada saat kebangkitan.
Surat 1 Korintus ditulis sebagai serangkaian jawaban Paulus kepada pergumulan, masalah dan pertanyaan jemaat Korintus.
Paulus sudah menulis satu surat lebih dahulu kepada gereja di Korintus tetapi surat itu sudah hilang dan kita tidak tahu isinya (1 Kor. 5:9).
Paulus juga sudah mendengar mengenai keadaan jemaat dari keluarga Kloe (1 Kor. 1:11) dan juga dari Stefanas, Fortunatus serta Akhaikus, yang sudah datang dengan membawa berita itu ke Efesus (1 Kor. 16:17).
Paulus menjawab pertanyaan dan masalah-masalah yang ada, serta memberi nasehat kepada jemaat itu, sebagai seorang bapa kepada anak-anaknya (1 Kor. 4:14-15).
Melalui surat ini, Paulus bermaksud membawa fokus jemaat Korintus kepada salib. Ia berkata, “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1 Kor. 1:23).
Paulus sebagai rasul telah meletakkan pondasi yang baik di Korintus (1 Kor. 3:10), namun tanggung jawab jemaat Korintus adalah membangun dengan cara yang benar dengan tidak meninggalkan Kristus ataupun FirmanNya, supaya sungguh menjadi bait Allah yang kudus (1 Kor. 3:17).
Sepanjang surat ini, Paulus berulangkali mengingatkan jemaat Korintus supaya jangan undur dari iman, namun harus berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1 Kor. 6:9-10; 1 Kor. 9:24-27; 1 Kor. 10:5-12, 20-21; 1 Kor. 15:1-2).
Lalu di bagian akhir, Paulus menutup suratnya dengan menjelaskan tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem, tentang rencananya untuk mengunjungi mereka dan juga beberapa pesan dan salam (1 Kor. 16).
Setelah mempelajari surat 1 Korintus ini, tentu kita sadar betapa pentingnya surat ini untuk tiap anggota Tubuh Kristus! Masalah-masalah yang timbul dalam jemaat Korintus ini masih sangat relevan dalam kehidupan gereja di masa sekarang. Dari surat 1 Korintus, kita dapat belajar bagaimana menangani dan mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar