Injil (kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) seringkali menjadi bagian pertama dalam Alkitab yang dibaca dan dipelajari oleh seseorang yang mengalami kelahiran baru. Namun sebelum kita mengenal Injil lebih dalam, sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui latar belakang dan kondisi pada saat Injil itu ditulis. Ini akan meemperkaya pemahaman kita terhadap bagian Injil yang sedang dibaca dan dipelajari.
Berikut adalah beberapa hal yang penting untuk kita ketahui mengenai Inijil. Di dalam sejarah, kita menemukan berbagai hal yang dilakukan oleh Tuhan untuk mempersiapkan karya keselamatan yang telah Allah rancangkan sebelumnya. Dimulai dari tahun seratus hingga tiga ratusan tahun sebelum Yesus dilahirkan, daerah jajahan Yunani termasuk daerah di Palestina, harus mempelajari dan menerapkan budaya, sastra, bahasa serta sistem pendidikan Yunani. Bahasa Yunani menjadi bahasa negara yang dipakai di dalam perdagangan, pemeritahan dan sastra. Meskipun bahasa Aram tetap dipakai secara terbatas di kalangan orang Yahudi, namun pada umumnya Bahasa Yunani tetap menjadi bahasa yang wajib untuk dikuasai pada masa itu.
Pada zaman pemerintahan Yunani itu jugalah, tepatnya pada sekitar tahun 200 SM, Alkitab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani atau yang dikenal dengan nama Septuaginta, yang disingkat dengan LXX.
Setelah Yunani, Kerajaan Romawi menguasai daerah yang sangat luas di seluruh dunia, khususnya di dunia Mediterania pada abad pertama sebelum Masehi. Dengan moto pax Romana (“damai Romawi”), Kerajaan Romawi membangun dan mengeraskan jalan-jalan penghubung antar provinsi serta menempatkan pasukan-pasukan yang berpatroli, sehingga keamanan serta kenyamanan masyarakat dalam melakukan perjalanan dapat dirasakan secara langsung. Selain itu, kapal-kapal penghubung antar kota-kota pun menjadi angkutan yang banyak diminati oleh orang-orang pada masa itu daripada jalan darat, karena singkatnya waktu perjalanan.
Hal-hal di atas menjadi faktor-faktor penting bagi penyebaran karya keselamatan yang sudah direncanakan oleh Allah bagi manusia. Dengan demikian, Injil tersebar dengan begitu pesatnya setelah Yesus datang ke dalam dunia.
Saat ini, di dalam Alkitab, Injil ditempatkan sebagai kitab-kitab pertama dari Perjanjian Baru. Pada zaman gereja abad-abad pertama, Injil sudah mulai ditulis ditambah dengan surat-surat dari para rasul, meski itu semua belum dibukukan menjadi satu seperti Alkitab yang kita miliki saat ini.
Pengumpulan dan kanonisasi ini sendiri akhirnya dilakukan mengingat kondisi masyarakat pada waktu itu, di mana ajaran-ajaran sesat mulai bermunculan, terjadi ancaman terhadap kelestarian Kitab Suci Kristen serta teknologi penjilidan buku-buku tebal mulai berkembang.
Selain itu konsili/sidang-sidang gereja pada saat itu memungkinkan proses kanonisasi terjadi. Pemilihan kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam kanon Alkitab dilakukan berdasarkan konsili yang dilakukan oleh seluruh gereja dari seluruh dunia pada waktu itu, dengan beberapa pertimbangan:
1.Kitab-kitab tersebut harus ditulis oleh rasul atau yang setara dengan rasul.
2.Kitab-kitab tersebut harus memuat tentang ajaran yang ortodoks, atau ajaran yang dipercayai oleh para rasul.
3.Kitab-kitab tersebut harus diakui secara lokal maupun secara luas di kalangan gereja-gereja pada saat itu.
4.Kitab-kitab tersebut diilhamkan oleh Roh Kudus, berdasarkan pengakuan kitab itu sendiri maupun diterima dan dipercayai oleh umat Kristen pada masa itu.
5.Kitab-kitab tersebut telah dipergunakan di dalam ibadah, dan menggantikan pembacaan hukum taurat dan kitab para nabi.
Dengan pemilihan ini, kita pada akhirnya menerima 39 kitab dalam Perjanjian Lama dan 27 kitab dalam Perjanjian Baru.
Di samping kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam kanon Alkitab, ada juga beberapa karya yang dihasilkan, seperti Apokrifa (kitab-kitab yang diselipkan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab versi gereja Katolik, sering disebut dengan kitab-kitab Deuterokanonika), dan pseudepigrapha, yaitu naskah-naskah laut mati dan berbagai kitab lainnya yang pernah dihasilkan dan dibaca oleh masyarakat, termasuk orang-orang Kristen pada masa itu. Walaupun demikian, kitab-kitab tersebut tidak memiliki otoritas yang sama seperti yang dimiliki oleh Alkitab, sehingga kita hanya dapat menggunakannya sebagai pelengkap yang menjelaskan latar belakang yang terjadi pada masa-masa itu.
Pada zaman itu juga, ada beberapa kelompok yang berpengaruh di dalam kehidupan orang-orang Yahudi, seperti orang Farisi, orang Saduki, kaum Zelotis dan kaum Esseni. Kelompok-kelompok tersebut diperkirakan berkembang pada masa setelah kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem dan mulai membangun bait suci yang telah diruntuhkan.
Para tokoh seperti Ezra, Nehemia, Nabi Hagai, Zakharia dan Maleakhi hidup pada zaman yang sama, yaitu ketika orang-orang Yahudi kembali ke Palestina. Pada zaman tersebut, Ezra disebutkan sebagai ahli kitab (Ezra 7:10-12, Nehemia 8:5), karena ia mempelajari taurat yang diberikan Tuhan kepada Bangsa Israel.
Pada masa itu, mereka mencoba menafsirkan kembali dan memberikan penjelasan serta menemukan arti-arti berdasarkan apa yang mereka baca dan ketahui. Dalam penafsiran ini, mereka mencoba untuk sebaik-baiknya melakukan seperti yang dituliskan dalam taurat Tuhan, seperti misalnya bagaimana seharusnya mereka menjalankan hukum Sabat, bagaimana seharusnya memberikan persembahan kepada Tuhan berdasarkan taurat, dan lain-lain.
Meskipun maksudnya baik, tetapi dalam perkembangannya, para ahli taurat dan kelompoknya terjebak kepada tradisi-tradisi tersebut, bahkan melebihi pengertian dari taurat itu sendiri. Itu sebabnya Yesus sering kali menegur mereka karena pengertian-pengertian yang salah ini, dan memberikan arti yang seharusnya dari kitab-kitab taurat tersebut.
Meskipun demikian, sejarah mencatat bahwa setelah pembuangan di Babel, orang Israel tidak pernah lagi menyembah kepada berhala, seperti yang dilakukan oleh leluhur mereka yang menyebabkan mereka harus disingkirkan oleh Tuhan dari tanah perjanjian.
Berdasarkan beberapa pendapat yang ada, seperti panjang tulisan, tata bahasa, tingkat kesulitan teks-teksnya, persamaan kata besera urutannya, persamaan sastra, gaya peredaksian, serta kesederhanaan teologi yang terkandung di dalamnya, Injil Markus dipercayai sebagai Injil pertama yang ditulis sebelum Injil-Injil yang lainnya. Meskipun demikian, di dalam penempatannya ke dalam kanon Alkitab, kitab Matius ditempatkan di awal karena dalam Injil Matius, korelasi (hubungan) dengan Perjanjian Lama masih nampak dengan jelas. Terlebih lagi Matius memulai Injilnya dengan menampilkan silsilah dari Tuhan Yesus sebagai Anak Daud dan Anak Abraham.
Inilah sekilas tentang sejarah dan latar belakang kitab-kitab Injil, yang tentu akan memperkaya pemahaman kita saat membaca dan merenungkannya. Dengan pemahaman yang diperkaya, penerapan Firman Tuhan yang kita lakukan pun akan menjadi lebih jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar