"Surat Yakobus : Pengajaran Yesus bagi 12 suku di perantauan"
Surat Yakobus ini tergolong "surat-surat umum”, yaitu tujuh surat yang bukan hasil tulisan Rasul Paulus dan ditujukan kepada jemaat pada umumnya (bukan kepada jemaat lokal tertentu).
Mengenai penulisnya, ada beberapa pendapat yang berbeda. Memang ada beberapa orang dalam Perjanjian Baru yang namanya Yakobus. Namun yang jelas, penulisnya bukanlah Rasul Yakobus, saudara Yohanes, karena dia sudah dibunuh oleh Herodes pada tahun 44 M (Kis. 12:1), sedangkan Surat Yakobus ditulis setelah masa itu.
Penulis Surat Yakobus biasanya diakui sebagai salah satu saudara Yesus (Gal. 1:19). Kemungkinannya, Surat Yakobus adalah surat pertama yang ditulis dalam Perjanjian Baru dan ditulis dari Yerusalem kira-kira antara tahun 40-45M. Yakobus dibunuh kira-kira pada tahun 62M, dengan dirajam batu oleh orang Yahudi, dan ia menjadi martir seperti Stefanus dan Yakobus saudara Yohanes.
Yesus memang mempunyai beberapa adik, yang bernama Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas (Mat. 13:55).
Pada mulanya, adik-adikNya tidak percaya kepadaNya (Yoh. 7:5).
Namun sesudah Yesus bangkit dari kematian, Ia menampakkan diri kepada Yakobus, yang kemudian menjadi yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan menjadi pengikutNya (1 Kor. 15:7).
Yakobus ini juga hadir bersama saudara-saudara Yesus yang lain dalam perkumpulan di ruang atas pada hari Pentakosta (Kis. 1:14).
Yakobus lalu menjadi pembicara di musyarawah di Yerusalem, yang membukakan gereja kepada orang kafir dan bangsa-bangsa lain selain Yahudi (Kis. 15:13-21).
Ia pun menjadi salah satu pemimpin dalam jemaat mula-mula (Kis. 21:18-25), dan juga disebut oleh Paulus sebagai salah satu sokoguru di jemaat Yerusalem (Gal. 2:9).
Yakobus menulis kepada kedua belas suku Yahudi di perantauan, yaitu orang-orang Yahudi yang sudah menjadi pengikut Yesus, yang terserak di seluruh daerah sekeliling Israel, yaitu dunia yang dikenal pada waktu itu, dunia Yunani-Romawi.
Gereja bermula dengan orang-orang seperti ini (Kis. 2:5-11). Rupanya ada di antara mereka ada yang masih bertemu dalam rumah sembahyang. Kata yang diterjemahkan “kumpulan” dalam Yakobus 2:2 berarti “rumah sembahyang orang Yahudi.” Tetapi orang itu juga adalah juga anggota jemaat Kristus karena Yakobus menyuruh mereka memanggil para penatua jemaat (Yak. 5:14).
WalaupunYesus hanya disebut beberapa kali di dalamnya, surat itu penuh dengan pengajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Kotbah di Bukit.
Yesus disebut dalam surat ini sebagai Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia (Yak. 2:1). Dia disebut sebagai “orang yang benar” (Yak. 5:6) dan “Dialah Tuhan” (Yak. 5:14).
Surat itu juga mengajar hal yang mendasar tentang Allah, yaitu bahwa Ia adalah Hakim (Yak. 5:9), Allah kita yang Esa (Yak. 2:19), Pencipta (Yak. 1:18), tidak berubah (Yak. 1:17), serta Tuhan yang maha penyayang dan penuh belas kasihan (Yak. 5:11).
Yakobus menulis tentang ibadah yang penuh perbuatan baik sebagai bukti dari iman sejati. Surat itu lebih mirip khotbah dibukit daripada surat-surat lain yang ditulis Paulus dan Petrus, dan penuh dengan nasihat yang disertai dengan gambaran yang hidup dan contoh-contoh dari Perjanjian Lama.
Ada 108 ayat di dalam Surat Yakobus, dan lebih daripada separuhnya adalah perintah, mirip dengan Kitab Amsal dalam Perjanjian Lama. Juga di dalam hal menegaskan keadilan sosial dan ketidaksetaraan sosial, surat itu mirip dengan Kitab Amos.
Beberapa pihak berpendapat bahwa Surat Yakobus bertentangan dengan apa yang ditulis Rasul Paulus dalam Surat Roma dan Galatia, yang menegaskan bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman saja, bukan perbuatan. Karena alasan itu, Martin Luther pernah menyebut Surat Yakobus sebagai “surat jerami”. Padahal, Yakobus hanya menegaskan bahwa iman sejati akan menghasilkan perbuatan baik sebagi bukti, buah dan kenyataan dari iman itu sendiri. Yakobus mengajar kita makna iman sejati yang dibuktikan oleh perbuatan.
Mari kita lihat lebih lanjut isi dari Surat Yakobus ini.
Iman sejati adalah iman yang tahan dalam pencobaan – Yakobus 1.
Iman sejati tekun dalam pencobaan dan menganggap pencobaan itu sebagai kebahagiaan. Saat meminta hikmat dengan iman teguh tanpa mendua hati, orang yang percaya akan hidup tenang. Entah dalam kemiskinan dan kedudukan rendah ataupun dalam kekayaan dan kedudukan tinggi, orang yang percaya akan tetap tenang. Dalam segala pencobaan kita akan tahan uji dan pada akhirnya akan disempurnakan dan menerima mahkota kehidupan. Iman sejati sabar dan tidak cepat marah. Iman itu didasarkan pada Firman. Kita dijadikan anak-anakNya oleh Firman kebenaran. Firman itu berkuasa menyelamatkan jiwa kita. Dan kita harus menjadi pelaku Firman, bukan pendengar saja. Inilah tanda bahwa orang berbahagia dan beribadah kepada Allah.
Iman sejati dibuktikan oleh perbuatan baik – Yakobus 2.
Iman yang sejati tidak memandang muka ataupun membeda-bedakan orang, tetapi akan menghormati semua orang, baik orang kaya maupun orang miskin. Iman tidak menilai orang berdasarkan “pakaian”/tampilan luar. Prinsip dalam menghadapi orang adalah kasih. Itulah hukum utama yang mencakup semua hukum lain, seperti jangan berzinah atau jangan membunuh. Hukum kasih inilah yang memerdekakan. Hukum kasih penuh belas kasih yang menang atas penghakiman. Hukum kasih akan mencukupkan kekurangan orang miskin. Perbuatan kasih itu akan membuktikan iman. Bahkan disebutkan bahwa setan-setanpun percaya kepada Tuhan, tetapi imannya kosong karena tidak disertai perbuatan kasih dan kebenaran.
Contohnya Abraham. Abraham percaya, lalu taat, lalu diperhitungkan benar di hadapan Allah dan disebut “Sahabat Allah.” Inilah bukti bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan yang merupakan buah dari imannya.
Contoh yang kedua adalah Rahab, seorang pelacur yang percaya lalu menolong dua orang Israel. Ia percaya, lalu ia berbuat. Maka ia dibenarkan. Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Iman sejati menjadi nyata dari perkataan kita – Yakobus 3.
Sanggup mengendalikan lidah berarti sanggup mengendalikan seluruh tubuh. Mulut kita dibandingkan dengan kekang, kemudi, atau api, benda yang kecil yang dapat mengendalikan sesuatu yang besar. Lidah merupakan api yang dapat membawa kita kepada neraka. Lidah adalah seperti dunia kejahatan yang bernoda, buas dan beracun, sulit dijinakkan. Lidah kita tidak boleh mengeluarkan baik dan jahat sekaligus. Orang yang percaya akan memiliki lidah yang kudus dan kehidupan penuh hikmat yang akan menghasilkan damai.
Iman sejati berlawanan dengan hawa nafsu dan dunia – Yakobus 4.
Iman sejati berdoa mencari kebenaran, namun bukan untuk memuaskan hawa nafsu. Iman sejati tidak bersahabat dengan dunia dan tidak congkak. Iman sejati tunduk kepada Allah dan melawan Iblis dengan mendekat kepada Allah dan menjadi suci. Dengan merendahkan diri di hadapan Allah, kita akan ditinggikan. Di sini ditegaskan bahwa lidah kita jangan dipakai untuk berfitnah, menghakimi sesama atau menyombongkan diri. Iman sejati tunduk dan mencari kehendak Allah, mengenal yang baik dan melakukan yang baik.
Iman sejati tekun sampai kedatangan Tuhan – Yakobus 5.
Orang percaya hidup dengan memikirkan akhir zaman. Mereka tahu bahwa kekayaan hanya sementara, akan busuk, dimakan ngengat dan berkarat.
Orang kaya yang menahan upah dari buruh, hidup mewah, berfoya-foya dan memuaskan hawa nafsu sebenarnya mengalami hidup yang sia-sia. Justru dengan iman, kita menantikan dengan sabar kedatangan Tuhan. Ia akan datang sebagai Hakim, karena itu kita perlu tahan penderitaan dan bersabar. Kita perlu sabar seperti petani menantikan panen. Kita perlu sabar seperti nabi-nabi. Kita perlu sabar seperti Ayub.
Yakobus memberi nasehat:
Menderita? Berdoalah!
Bergembira? Bernyanyilah!
Sakit? Panggil para penatua!
Saling mengaku dosa!
Saling mendoakan!
Surat Yakobus penuh dengan nasehat praktis yang sangat bermanfaat, bukan hanya bagi 12 suku Yahudi dalam perantauan itu, namun juga bagi kita orang percaya di masa sekarang, supaya kita dapat hidup sebagai orang yang beriman dan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik walaupun di tengah kekurangan, pencobaan dan aniaya, di dalam menghadapi akhir zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar