"Surat Tesalonika I dan II ~ Surat Persiapan Jemaat untuk Kedatangan Tuhan Kembali"
Surat Tesalonika I dan II adalah kitab yang menghibur dan mendorong jemaat supaya mengerti dan bersiap untuk kedatangan Tuhan kembali pada akhir zaman.
Dalam dua surat ini kita dapat belajar bagaimana kita harus bersedia untuk ketemu dengan Tuhan. Surat-surat Tesalonika adalah surat pertama di Perjanjian Baru yang ditulis oleh rasul Paulus.
Surat I Tesalonika ditulis kira-kira pada tahun 52 dari kota Korintus, sewaktu Paulus bersama dengan Timotius dan Silas melayani sebagai Tim Apostolik dalam perjalanan penginjilan yang kedua.
Kemudian, Surat II Tesalonika kedua ditulis beberapa bulan atau mungkin setahun setelahnya.
Paulus telah mendirikan jemaat di Tesalonika dalam perjalanan penginjilan yang kedua itu (Kis. 17).
Pada waktu itu, rupanya ia hanya tinggal tiga minggu di Tesalonika. Karena penganiayaan dari orang Yahudi, Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika secepatnya. Namun, jemaat itu berkembang menjadi jemaat yang besar dengan banyak orang yang latar belakangnya orang non Yahudi (1 Tes. 1:8-9).
Surat-surat itu bersifat pribadi, penuh dengan ucapan kasih kepada jemaat. Jemaat itu sangat disayang Paulus. Ia berkata bahwa mereka “jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati” (1 Tes. 2:17).
Paulus memuji jemaat Tesalonika karena pekerjaan imannya, usaha kasihnya dan ketekunan pengharapannya (1 Tes. 1:3). Mereka disebut sebagai pengharapannya dan sukacitanya dan mahkota kemegahannya (1 Tes. 2:19).
Dalam surat kedua, Paulus juga memuji mereka karena kasih dan iman itu tetap bertambah, “Karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu…” ( 2Tes. 1:3).
Selain itu, Paulus juga memuji mereka karena responsnya terhadap Injil. Mereka sudah menyambut Injil, dengan berbalik dari berhala-berhala, melayani Allah dan menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga (1 Tes. 1:9-10).
Mereka mempertunjukkan ketabahan dan iman dalam segala penganiayaan dan penindasan yang dideritanya (2 Tes. 1:4-5).
Karena hal-hal itu, jemaat di Tesalonika menjadi teladan bagi kita, khususnya pada waktu akhir zaman di tengah aniaya dan penindasan.
Kemudian di samping berbagai pujian, Paulus juga mengingatkan mereka tentang pelayanannya sendiri di antara mereka. Dalam 1 Tesalonika, ia menceritakan bagaimana ia sudah ada di antara mereka sebagai seorang ibu dan sebagai seorang bapa. Seperti ibu, ia berlaku ramah, mengasuh dan merawati mereka dengan kasih sayang yang besar, bukan saja dengan membagi Injil, tetapi juga membagi hidupnya. Seperti bapa, ia menasihati, menguatkan hati mereka, dan meminta mereka hidup sesuai dengan kehendak Allah. Walaupun di tengah aniaya dan kesusahan, ia dengan tim apostolik hidup di antara mereka dengan saleh, adil dan tak bercacat (1 Tes. 2:1-12).
Karena Paulus begitu mengasihi mereka dan merindukan mereka, Timotius diutus untuk menguatkan hati mereka dan membangun iman mereka (1 Tes. 3:2). Sesudah itu Timotius kembali ke Korintus dan melaporkan kepada Paulus tentang keadaan mereka (Kis. 18:5).
Timotius kembali dengan membawa kabar yang menggembirakan karena iman dan kasih jemaat itu. Namun, rupanya ada persoalan yang muncul dalam jemaat di Tesalonika, karena mereka kurang mengerti akan hal kebangkitan orang kudus dan kedatangan kembali dari Tuhan Yesus. Meresponi ketidakpahaman jemaat ini, sebelum menjelaskan doktrin akhir zaman, ada dua hal yang Paulus tegaskan lebih dahulu, yaitu supaya mereka hidup berkenan kepada Allah dalam kekudusan dan kasih. Paulus memberi nasehat supaya mereka hidup dalam kekudusan dan “lebih bersungguh-sungguh lagi” (1 Tes. 4:1-8).
Ia menjelaskan bagaimana mereka dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan kehormatan dengan menikah dengan seorang isteri saja dan tidak hidup dengan hanya memuaskan hawa nafsu. Perkawinan ditunjukkan sebagai hal yang begitu penting dalam tulisan Paulus ini! Ia juga memberi nasehat supaya mereka hidup dalam kasih persaudaraan dan dalam itu juga “lebih bersungguh-sungguh lagi”. Ia menasihatkan mereka supaya bekerja dengan tangan sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain (1 Tes.4:9-12).
Kemudian, Paulus mengajar mereka supaya jangan berdukacita seperti orang lain untuk meratapi orang yang mati dalam Kristus. Karena, waktu Kristus datang kembali, orang yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan lebih dahulu dan kita yang masih hidup sampai kedatanganNya akan diangkat bersama-sama mereka dalam awan untuk menyongsong Tuhan diangkasa (1 Tes. 4:13-18).
Inilah penghiburan bagi semua orang yang percaya kepada Kristus.
Selanjutnya, barulah Paulus juga mengajar jemaat itu kebenaran tentang akhir zaman. Ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan akan datang sebagai pencuri pada malam gelap, di tengah suasana aman, waktu banyak orang tidur secara rohani dan memikir bahwa semua damai. Lalu Paulus mendorong mereka supaya hidup sebagai anak terang yang selalu bangun dan berjaga-jaga.
Seperti mereka kita juga perlu ikut nasihat Paulus dan mempersenjatakan diri sendiri dengan mengenakan senjata rohani, yaitu, iman, kasih dan pengharapan. Karena itu kita juga harus berjaga sama sendiri dengan saling menasihati dan saling membangun satu dengan yang lain. Juga kita perlu menghormati mereka yang bekerja dan memimpin Tubuh Kristus. Semua bertanggung jawab untuk hidup bersama dalam damai dengan menegor, menghibur, membela dan bersabar satu kepada yang lain. Hidup dengan bersukacita, doa dan ucapan syukur. Jangan padamkan Roh, dan jangan pandang rendah nubuat (1 Tes. 5).
Namun, sesudah menerima surat pertama, ternyata ada orang di Tesalonika yang berpikir bahwa Tuhan sudah datang dan mereka ditinggalkan. Karena itulah, Paulus mengirim surat kedua untuk memberi pengertian lebih dalam tentang kedatangan Tuhan dan juga kedatangan Antikristus yang akan mendahuluiNya.
Dalam surat II Tesalonika, Paulus memuji mereka lagi karena iman, kasih dan ketabahan dalam aniaya yang terjadi. Lalu ia menjelaskan bahwa keadilan akan terjadi pada waktu Yesus kembali untuk membalas penindasan segala musuh dan membela umatNya (2 Tes. 1). Tentunya ini menjadi berita kelegaan bagi jemaat!
Dijelaskan oleh Paulus bahwa kedatangan Tuhan dan pengangkatan kita tidak akan datang sebelum ada dua hal yang akan terjadi dahulu. Banyak orang akan murtad dan manusia durhaka, dan si Antikristus akan dinyatakan. Dua hal itu harus terjadi sebelum Yesus datang! Si durhaka itu akan meninggikan diri dan mau duduk di bait Allah dan disembah sebagai Allah.
Kita adalah bait Allah, dan ini menunjukkan bahwa di tengah umat Tuhan akan muncul seorang Penyesat yang akan menipu dengan mujizat dan tanda ajaib semua orang yang tidak cinta kebenaran. Inilah puncak rahasia durhaka yang sedang kerja. Tetapi Paulus dengan jelas menyatakan, si durhaka itu akan dihancurkan pada saat Tuhan datang (2 Tes. 2).
Paulus menegaskan kepada jemaat Tesalonika bahwa mereka dipanggil, dipilih, dikasihi dan dikuduskan Allah. Karena itu, mereka harus berdiri teguh dan berpegang kepada ajaran-ajaran benar. Akhirnya, Paulus berdoa untuk jemaat Tesalonika supaya Firman Allah maju, dan supaya mereka terluput dari pengacau dan tetap kuat serta tetap dalam kasih dan ketabahan. Paulus berpesan supaya mereka mengikuti teladannya dengan bekerja. Ia meminta mereka untuk menjauhkan diri dari orang yang tidak bekerja dan tidak tertib hidupnya, karena prinsip: “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Orang seperti itu harus diperingati dan dinasihati (2 Tes. 3).
Kerinduan Paulus untuk jemaat di Tesalonika sangat jelas. Supaya mereka tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah pada waktu kedatanganNya.” (1 Tes. 3:13).
Supaya mereka dikuduskan seluruhnya: “…roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus.” (1 Tes. 5:23).
Supaya mereka layak bagi panggilanNya dan disempurnakan kehendaknya dan segala pekerjaan imannya (2 Tes. 1:11).
Supaya mereka diselamatkan dalam Roh dan dikuduskan dalam kebenaran yang dipercayainya (2 Tes. 2:13).
Inilah doa rasul Paulus untuk jemaat di Tesalonika. Dan inilah doa yang berlaku juga bagi kita semua, gereja di akhir zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar