Senin, 26 Oktober 2015

INTISARI SURAT 2 KORINTUS

2 Korintus : Ungkapan isi hati seorang hamba Tuhan

Surat Korintus yang kedua ditulis oleh Rasul Paulus mungkin satu tahun sesudah ia menulis Surat 1 Korintus, yaitu kira-kira pada tahun 60M. Surat itu ditulis dari Filipi, Makedonia, sesudah kunjungannya ke Efesus (Kis. 19:23-41) dan sesudah pelayanannya di Filipi (Kis. 20:1-13), sebelum kembali ke Korintus dari mana ia menulis surat Roma (Kis. 20:1-3; Rm. 16:1).

2 Korintus adalah tanggapan terhadap laporan Titus, dan Titus pulalah yang membawa surat itu ke jemaat di Korintus (2 Kor. 2:12-13, 2 Kor. 7:5-6).

Dalam 1 Korintus Paulus menangani persoalan, masalah dan pertanyaan di dalam jemaat dengan menulis berdasarkan akal dan pikirannya. Ia menulis secara teratur dengan penuh logika dan pikiran yang jelas, menegur jemaat dengan cukup keras. Namun dalam 2 Korintus, Paulus menulis dari hati dan perasaannya. Itu sebabnya, isi Surat 2 Korintus ini penuh dengan luapan perasaan!
Paulus mengerti bahwa suratnya pertama yang keras cukup menyedihkan, dan sekarang ia bermaksud untuk menghibur jemaat di Korintus, walaupun ia tidak menyesalkan suratnya yang pertama itu (2 Kor. 7:8).
Paulus tidak menyesal, karena Surat 1 Korintus memang telah membawa perubahan dan pertobatan di dalam jemaat itu.

Surat Paulus ini yang paling emosional dan personal dari semua suratnya. Dalam 2 Korintus, Paulus membuka hatinya kepada mereka supaya mereka dapat lebih mengerti siapakah Paulus dan timnya dan apa motivasinya.

“Aku menulis kepada kamu …supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” (2Kor. 2:4).

Ia menulis surat itu supaya mereka juga membuka hati mereka kepada dia.
“Berilah tempat bagi kami di dalam hati kamu!” (2 Kor. 7:2).
Dengan surat ini, ia mau menghibur mereka. Di sinilah kita melihat dalam Tubuh Kristus, betapa pentingnya hubungan pribadi yang didasarkan kasih!

Begitu personalnya Surat 2 Korintus ini, hingga dalam surat ini juga Paulus membuka dua dari pengalamannya yang sangat pribadi.
Yang pertama adalah rasa sukacita dan kemuliaan waktu ia mengalami visi tentang langit ketiga (2 Kor.12:1-6), dan yang kedua adalah rasa dukacita dan pergumulan khusus yang disebut sebagai “duri dalam dagingnya” (2 Kor. 12:7).

Selanjutnya, dilihat dari isi/temanya, Surat 2 Korintus terdiri dari tiga bagian.

Pertama, Paulus menjelaskan motivasi dan perasaan hatinya sesudah menerima laporan Titus. Paulus sangat bersukacita karena dampak suratnya yang pertama sudah menghasilkan pertobatan yang sungguh. Banyak di antara mereka sudah menerima nasehatnya, sudah bertobat dan sudah mengubah sikap dan tindakannya. Dia juga memberi instruksi untuk mengampuni dan terima kembali orang yang berdosa itu yang disebut dalam 1 Korintus (1 Kor. 5:1) karena orang itu sudah sungguh-sungguh bertobat (2 Kor. 1:1 - 7:16).

Kedua, bagian tentang keuangan dan memberi.
Paulus membicarakan pemberian kasih yang dikumpulkan untuk orang kudus di Yerusalem. Ini adalah pemberian yang sudah disebut dalam 1 Korintus 16. Ia mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam pelayanan itu (2 Kor. 8:1 - 9:15).
Paulus juga menjelaskan tanggung jawab anggota Kristus di dalam mendukung pekerjaan Tuhan dan pelayan-pelayan secara finansial.

Ketiga, mengenai kedudukannya dan otoritas Paulus sebagai seorang rasul.
Di surat ini, Paulus membela kedudukan dan otoritas itu, khususnya kepada mereka yang adalah jemaat di Korintus, karena masih ada orang yang menolak Paulus sebagai rasul. Ia kuatir terhadap pengaruh orang Yudea yang coba memaksa mereka kembali kepada hukum taurat dan menghina serta menentang pelayanan Paulus sebagai seorang rasul (2 Kor. 10:1 - 13:14).
Memang ada banyak tuduhan yang Paulus harus hadapi. Dia dituduh bahwa motivasinya salah dan bahwa dia hanya cari uang untuk memperkayakan dirinya. Namun sebaliknya pula, dia juga dituduh bahwa dia bukan rasul yang benar karena tidak menerima bantuan keuangan dari gereja yang didirikannya (2 Kor. 11:8).
Selain itu, ada tuduhan lagi bahwa Paulus adalah seorang yang lemah, karena ia mengancam dengan tindakan keras dari jauh padahal tidak pernah melakukannya. Dia dituduh saat berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti, tidak pandai berkata-kata. (2 Kor. 10:8-16 & 13:2).
Karena itu, Paulus membela diri dengan menceritakan pengalamannya (2 Kor. 11:22-33).

Secara umum, surat ini banyak membicarakan penderitaan. Paulus sendiri menjelaskan bagaimana penderitaannya, secara fisik dan secara rohani. Ia sendiri mengalami persoalan dan tekanan dalam tubuhnya. Semua ini dapat dibaca dengan jelas dalam “daftar penderitaannya” yang begitu banyak (2 Kor. 4:7; 5:1-4; 12:7-9).
Walau demikian, bagi Paulus beban terbesar yang harus dipikulnya adalah beban untuk semua jemaat. Paulus berkata, “Di samping semuanya itu, setiap hari saya cemas juga akan keadaan semua jemaat.” (2 Kor. 11:28 [IBIS]).

Ternyata, dari antara semua jemaat, Korintus yang menjadi beban paling berat untuk dia! Salah satu beban besar ini adalah karena orang-orang Yudea ingin “meyahudikan” gereja. Mereka berusaha “mengikat” orang yang percaya agar harus disunat dan kembali dikuasai oleh hukum taurat dengan memelihara sabat dan adat istiadat Yahudi (2 Kor. 11:20-22).
Paulus menyebut mereka ini sebagai rasul palsu dan pekerja-pekerja curang yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus (2 Kor. 11:13).
Dan ternyata, pergumulan ini terus terjadi bukan hanya di Korintus tetapi di semua jemaat yang dibangun oleh Paulus.

Selain penderitaan, tentunya hal yang dibicarakan Paulus adalah penghiburan Kristus. Dalam segala penderitaan Dia menghibur kita supaya kita dapat menghibur orang lain dengan penghiburan yang sama (2 Kor. 1:3-4).
Kita juga perlu menghibur orang yang pernah berdosa tetapi kini bertobat, supaya jangan mereka binasa oleh kesedihan yang terlampau berat (2 Kor. 2:7).

Semua ini ditutupnya dengan is berdoa supaya Allah, sumber kasih dan damai sejahtera, akan menyertai mereka (2 Kor. 13:11).

Demikianlah, melalui Surat 2 Korintus, kita melihat Paulus sebagai rasul dengan tim rasuli sebagai pelayan-pelayan dari perjanjian baru (2 Kor. 3:6), sebagai hamba kepada jemaat (2 Kor. 4:5), sebagai teman-teman sekerja (2 Kor. 6:1), sebagai pelayan Allah (2 Kor. 6:4), sebagai bapa-bapa (2 Kor. 6:13) dan sebagai utusan jemaat-jemaat (2 Kor. 8:23).
Paulus menegaskan bahwa hubungannya dengan mereka adalah berdasarkan kasih dalam konteks Tubuh Kristus, yaitu organisme, dan bukan didasarkan pada otoritas posisinya atau organisasi.

Surat 2 Korintus begitu penting karena di dalamnya kita menyaksikan hati dan perasaan seorang hamba Tuhan yang sebenarnya. Kiranya surat ini akan mendorong kita juga untuk menjadi hamba Tuhan yang sejati yang dapat bertahan dalam penderitaan dan bergiat untuk membangun jemaat Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar