Senin, 26 Oktober 2015

INTISARI KISAH PARA RASUL

Kisah Para Rasul ~ Kisah Pekerjaan Roh Kudus.

Kisah Para Rasul adalah lanjutan dari Injil Lukas, yaitu jilid kedua dari segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus (Lukas 1:1-4; Kis. 1:1).

Dalam pendahuluan kedua kitab ini, nampak bahwa keduanya ditujukan kepada Teofilus, seorang Yunani.
Penulis kedua kitab ini pun sama, yaitu Lukas, seorang tabib Yunani (lihat penjelasan dalam artikel tentang Injil Lukas).

Di bagian terakhir dalam Kisah para Rasul, kita perhatikan bahwa Lukas menggunakan kata “kami”. Hal ini menunjukkan bahwa Lukas berjalan bersama sebagai salah satu anggota rombongan dalam perjalanan Rasul Paulus (Kis. 16:10-17; 20:5-21; 21:18; 27:1 – 28:16).
Ini artinya, Lukas adalah salah satu anggota “Apostolic Team Ministry” (Pelayanan Tim Rasuli) di zaman gereja mula-mula. Ini juga tampak dari disebutnya nama Lukas sebagai teman yang ada bersama Paulus di Roma, dalam surat Paulus kepada Filemon dan kepada jemaat di Kolose saat ia dipenjara (Kol. 4:9-17; FIl. 23-24).

Berita utama dalam Kitab Kisah Para Rasul adalah pekerjaan Roh Kudus dalam sejarah gereja mula-mula. Kisahnya dimulai dengan kenaikan Yesus ke surga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, lalu selesai dengan peristiwa dipenjaranya Paulus di Roma.
Dalam sejarah, kisah itu berlangsung sejak tahun 30 M sampai sesudah tahun 60 M. Jadi, kemungkinan kitab Kisah Para Rasul ditulis pada tahun 60-an M.
Selain itu, Roh Kudus disebut sekurang-kurangnya 42 kali dalam kitab ini. Justru, hanya ada beberapa rasul yang disebut dan fokus kisahnya hanya menyorot perbuatan dua orang rasul saja: Petrus dan Paulus (pasal 1-12: pelayanan Petrus dan perkembangan Injil dari Yerusalem sampai Antiokhia; pasal 13-28: pelayanan dan perjalanan penginjilan Paulus). Itu sebabnya, banyak pendapat berkata bahwa kitab ini lebih tepat disebut sebagai Kisah Pekerjaan Roh Kudus.
Selain pekerjaan Roh Kudus, kuasa dan peran Firman Allah juga tampak menonjol dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Perlu kita ingat, pada zaman itu, Firman Allah adalah apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama dan apa yang diberitakan Yesus (sebagai pribadi Firman yang hidup). Dari sini, kita dapat melihat Perjanjian Baru sebagai kelanjutan dari Perjanjian Lama.

Di Yerusalem, Antiokhia, dan Efesus, tercatat bahwa Firman Allah makin tersebar (Kis. 6:7; 12:24; 19:20).

Firman selalu diberitakan kepada orang Yahudi sebagai pewaris Firman dan pemegang perjanjian, namun mereka seringkali menolak pemberitaan itu (Kis. 13:46; 17:13).

Dari sini, kita juga belajar bahwa pertumbuhan gereja juga sangat bergantung pada pertumbuhan Firman Tuhan.

Dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul, ada 18 kotbah atau pidato pemberitaan Firman Tuhan.
Kotbah-kotbah ini menempati 20% dari seluruh isi kitab.

18 kotbah tersebut terdiri dari beragam bentuk sbb:

1.Penginjilan: kepada orang Yahudi atau orang-orang yang sudah percaya kepadaTuhan (Kis. 2:14-40; 3:12-26; 4:8-12; 5:29-32; 10:34-43; 13:16-41) maupun kepada orang-orang kafir (Kis. 17:22-31).

2.Pengumuman (deliberative): yaitu khotbah yang menyampaikan keputusan atas persoalan yang terjadi dalam Gereja (Kis. 1:16-17,20-22; 15:7-11, 13-21).

3.Pembelaan (apologetic): yaitu khotbah yang membela pemberitaan Injil kepada orang yang belum menerima Injil (Kis. 7:2-52; 22:1-21; 23:1-6; 24:10-21; 25:8& 10; 26:2-23; 28:17-20, 21-22, 25-28).

4.Dorongan (hortatory): yaitu kotbah yang memberi dorongan dan dukungan kepada anggota dan pemimpin Gereja (Kis. 20:18-35).

Sebagai salah satu buah dari pemberitaan Firman Tuhan ini, kita dapat melihat bahwa orang-orang menjadi percaya dan dibaptis, seperti yang diperintahkan oleh Yesus sendiri (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:16; Kis. 2:38 & 41; 8:12-13, 36, 38; 9:18; 10:47-48; 16:15 & 33; 18:8; 19:5).

Namun semuanya tidak berjalan dengan mudah. Tekanan dan tantangan banyak dihadapi oleh gereja mula-mula. Di sepanjang Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat melihat penganiayaan demi penganiayaan terjadi. Petrus dan Yohanes dipenjarakan, Stefanus dirajam batu sampai mati, Yakobus dipenjarakan dan dipenggal, Paulus dipenjarakan, dirantai dan dilempari batu. Tetapi, justru berbagai penganiayaan ini menghasilkan buah-buah penyebaran Injil yang lebih luas lagi. Penyebaran Injil memang merupakan fokus misi gereja mula-mula. Injil mulai di Yerusalem, kemudian karena penganiayaan-penganiayaan yang terjadi, para murid Yesus menyebarkannya ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Dari situ, Injil terus tersebar menuju ke arah barat, dan Antiokhia menjadi pusat penyebaran Injil yang berikutnya sampai ke seluruh daerah Galatia. Selanjutnya, Efesus menjadi pusat penyebaran yang baru, dan dari Efesus seluruh Asia kecil mendengar Injil. Dari Asia kecil, Injil terus tersebar sampai ke Makedonia, Yunani, Roma, dan akhirnya ke seluruh dunia.

Meluasnya dampak dari penyebaran Injil ini menimbulkan kebutuhan-kebutuhan yang baru secara organisasi gereja. Di keseharian kehidupan gereja mula-mula, pola kepemimpinan dalam gereja terdiri dari rasul-rasul, para diaken, nabi, penginjil, guru, penatua jemaat dan tim apostolik. Saat itu yang terjadi dalam perkumpulan di rumah-rumah (“komsel”) dan pertemuan besar di Bait Allah (“ibadah raya”) adalah pemberitaan Firman, pengajaran doktrin rasuli, doa dan persekutuan antar orang percaya. Kemudian ketika Injil mulai tersebar ke bangsa-bangsa lain, ternyata dibutuhkan fungsi pelayanan lima jawatan untuk meletakkan dasar, memperlengkapi jemaat dan mempersatukan Tubuh Kristus dari berbagai kota dan dari berbagai bangsa. Karena itulah, dalam Kitab Kisah Para Rasul tercatat adanya para pemberita Injil seperti Filipus dan Timotius (Kis. 8:12; 21:8), para nabi seperti Agabus, Silas, Yudas dan Barnabas (Kis. 11:27-38; 13:1; 15:32), serta para pengajar seperti Paulus, Menahem, Akwila dan Priskila (Kis. 13:1; 18:26).

Seluruh isi Alkitab memang menyuarakan tentang Yesus dan Kerajaan Allah. Demikian pula, penceritaan pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus dalam Kitab Kisah Para Rasul bermula dari peristiwa Yesus memberitakan Kerajaan Allah (Kis. 1:3) dan berakhir dengan peristiwa Paulus memberitakan Kerajaan Allah (Kis. 28:31).

Kitab Kisah Para Rasul memang merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dari keseluruhan isi Alkitab.
Pertanyaan-pertanyaan yang dibahas di dalamnya, seperti: Apakah orang-orang non-Yahudi/kafir yang menjadi percaya Yesus lalu bertobat, dibaptis dan penuh Roh Kudus masih perlu disunat? Apakah orang-orang seperti ini perlu menjalankan hukum Hari Sabat? dsb., menolong kita untuk mengerti transisi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta transisi antara bangsa Yahudi sebagai umat Tuhan dan jemaat/gereja sebagai umat Tuhan.

Demikianlah, mempelajari isi Kitab Kisah Para Rasul akan memperjelas pemahaman kita akan keseluruhan rencana dan pekerjaan Allah dari awal sampai akhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar