Rabu, 28 Oktober 2015

INTISARI KITAB 1 RAJA-RAJA

"PELAJARAN DARI SEJARAH BANGSA ISRAEL"

Sejauh ini, ada beberapa pendapat mengenai siapa penulis kitab kedua kitab Raja-raja sebenarnya. Menurut tradisi Yahudi, penulisnya adalah Nabi Yeremia, yang hidup dari zaman Raja Yosia sampai zaman Raja Zedekia waktu Yehuda dibuang ke Babel. Ada pihak-pihak lain yang berkata bahwa kitab ini ditulis oleh Nabi Yesaya, berdasarkan persamaan antara kitab Raja-raja dan kitab nabi itu (bandingkan 2 Raja-raja18-20 dengan Yesaya 36-39).
Namun juga ada para ahli yang menafsirkan bahwa Ezralah yang sudah mengumpulkan sejarah raja-raja ini.

Seluruh kisah sejarah ini memang penting untuk dicatat dan dipelajari sampai ke zaman-zaman berikutnya, dan itulah sebabnya kita dapat melihat bahwa kitab Raja-raja juga disebut dalam Perjanjian Baru.
Yesus menyebut tentang Ratu Syeba yang datang dari ujung bumi untuk melihat Salomo dan juga tentang masa kelaparan pada zaman Elia (Mat. 12:42; Luk. 4:25-26).
Paulus berbicara tentang bagaimana Elia merasa bahwa dialah nabi satu-satunya yang tertinggal (1 Raj. 19:14;Rm. 11:2-4).
Juga Yakobus menyebut tentang hasil doa Elia saat hujan tidak turun di bumi selama tiga tahun enam bulan (1 Raj. 17:1 & 18:1; Yak. 5:17).

Sebenarnya dulu 1-2 Raja-raja merupakan satu kitab saja. Di kemudian hari barulah kitab itu dipisahkan menjadi dua kitab.
Di dalamnya kita dapat membaca sejarah kerajaan Israel dan Yehuda dari masa Salomo sampai pada kesudahan kedua kerajaan itu.

Kisah dalam 1 Raja-raja dimulai kira-kira pada tahun 1000 SM dan selesai pada pertengahan abad ke-9 SM, suatu masa yang berlangsung selama 120 tahun.
Kitab 2 Raja-raja meneruskan sejarah Israel dan Yehuda sampai kira-kira tahun 606 M.
Dalam kitab ini kita terus mempelajari sejarah Bangsa Israel.
Kitab 1-2 Samuel menceritakan kisah dua orang raja, yaitu Saul dan Daud, dan tentang kerajaannya. Kitab 1-2 Raja-raja menceritakan kisah semua raja-raja lain dari dua kerajaan, yaitu Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel, sampai kerajaan itu bubar.
Kitab 1 Raja-raja ini menceritakan sejarah Salomo dan lima raja Yehuda yang pertama yaitu Rehabeam, Abiam, Asa, Yosafat dan Yehoram. Juga dalam 1 Raja-raja diceritakan tentang sejarah delapan raja Israel: Yerobeam, Nadab, Baasha, Elah, Zimri, Omri, Ahab dan Ahazia.
Walaupun sebagian raja Yehuda baik, ternyata semua raja Israel adalah orang jahat yang meninggalkan Tuhan, menyembah berhala, mengalami kegagalan dan membawa bencana atas bangsanya. Dalam kitab ini juga kita dapat membaca sejarah nabi-nabi. Nabi-nabi merupakan juru bicara Tuhan untuk menyampaikan FirmanNya kepada raja-raja dan bangsa.
Natan adalah nabi yang dipanggil oleh Daud untuk mengurapi Salomo sebagai raja Israel (1 Raj. 1).
Ahia adalah nabi yang bernubuat kepada Yerobeam mengenai pemisahan kerajaan Israel dan Yehuda (1 Raj. 11).
Nabi lain yang bernama Yehu bernubuat tentang hukuman raja Baasa karena kejahatannya (1 Raj. 16).
Nabi yang terutama yang dikisahkan adalah Elia, yang bertarung dengan imam-imam Baal dan menunjukkan kuasa Allah secara dramatis (1 Raj.18).

Pemerintahan Salomo (1 Raj. 1-11).
Daud mengakhiri kehidupannya dengan berbagai masalah. Ia sakit dan menderita. Lagipula salah satu anaknya, Adonia, memberontak dan ingin menjadi raja, hingga Daud harus bertindak untuk mengangkat Salomo sebagai penggantinya (1 Raja 1-2).
Pemerintahan Salomo berlangsung selama 40 tahun. Anak Daud ini adalah raja ketiga yang memerintah atas kerajaan Israel Raya yang terdiri dari keduabelas suku Israel.
Pemerintahan Salomo menjadi pemerintahan yang paling jaya dalam sejarah Israel. Salomo berdoa meminta hikmat dan Tuhan memberikan hikmat dan kekayaan. Kerajaannya ditandai dengan kekayaan, kemakmuran dan hikmat. Hikmatnya nyata secara luar biasa, contohnya di dalam kasus di mana ia harus menentukan siapa antara dua ibu yang mengaku melahirkan dan memperebutkan satu orang bayi yang sama (1 Raj. 3-4).
Salomo membangun bait Allah atas petunjuk Daud. Tabut Perjanjian dibawa dari Sion dan ditempatkan di dalam tempat maha kudus di Bait Allah. Pada waktu ditahbiskan, Bait Allah itu dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Hal itu menggambarkan rumah Allah sejati, yaitu jemaat Kristus, TubuhNya, yang akan dipenuhi dengan hadirat dan kemuliaan Allah. Salomo yang mendirikan Bait Allah ini juga menggambarkan Kristus sebagai Raja Damai yang penuh hikmat, pengetahuan dan kekayaan yang memerintah atas kerajaan yang penuh damai, sukacita dan sentosa (1 Raj. 5-9).
Bangsa-bangsa kagum atas hikmat, kekayaan dan kemuliaan kerajaan Israel di zaman pemerintahan Salomo, sampai Ratu Syeba yang mendengar kabar itu pun datang dari ujung bumi untuk menyaksikannya (1 Raj. 10).
Hal itu menggambarkan bahwa bangsa-bangsa non Yahudi akan berbondong-bondong datang mencari Tuhan pada akhir zaman.

Sayangnya, Salomo gagal dalam ketaataan dan ibadah dan kesetiaannya kepada Tuhan. Pada akhir hidupnya, Salomo meninggalkan Tuhan. Ia mencintai banyak perempuan asing dan punya banyak isteri sampai hatinya meninggalkan Tuhan dan ia jatuh dalam penyembahan berhala. Namun, dia tetapi dikenal karena hikmatnya yang luar biasa. Salomo yang berhikmat luar biasa inilah yang kemudian menulis Kitab Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung (1 Raj. 11).

Sejarah Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel sesudah Pemisahan (1 Raj. 12-22).
Karena Salomo tidak berpegang teguh kepada perjanjian dan ketentuan Tuhan, bencana terjadi dan Kerajaan Israel terpecah menjadi dua kerajaan.
Kerajaan Yehuda terdiri dari suku Yehuda, suku Benyamin dan separuh suku Lewi. Lokasinya ada di sebelah selatan Israel dengan ibu kotanya Yerusalem. Rehabeam sebagai anak Salomo keturunan Daud menjadi rajanya yang pertama. Rehabeam mengabaikan nasehat para tua-tua untuk menjadi hamba yang melayani rakyatnya dan memilih memerintah dengan keras dan bengis atas umat Tuhan. Akibatnya, terjadi pemberontakan dan hanya Yehuda serta Benyamin yang tetap ada di bawah pemerintahan Rehabeam.
Suku-suku lain membentuk Kerajaan Israel, yang terdiri dari sepuluh suku yang menduduki daerah di sebelah utara dengan Samaria sebagai ibu kotanya. Kesepuluh suku itu pada mulanya menobatkan Yerobeam sebagai raja mereka. Namun ternyata Yerobeam mengubah segala ketentuan Tuhan tentang penyembahan dan mendirikan ibadah baru. Penyembahan Allah diganti dengan penyembahan dua lembu emas. Bait Allah di Yerusalem diganti dengan kuil di Dan dan Birsyeba. Imamat Lewi diganti dengan para imam dari suku lain. Hari raya Tuhan diganti dengan hari raya bulan kedelapan. Semua tindakan itu berlawanan dengan ketentuan Tuhan dan merupakan ibadah yang jahat (1 Raj. 12).
Rupanya semua kejahatan ini tidak berhenti begitu saja. Bukan hanya raja-raja yang meninggalkan jalan Tuhan. Keadaan nabi-nabi juga menyedihkan! Seorang nabi tua menipu dan seorang nabi muda tidak taat kepada Tuhan.
Apa yang terjadi sebagai akibatnya? Seluruh rakyat mengalami dampak kehancuran karena pemimpin-pemimpin yang tidak setia dalam memegang perintah dan perjanjian Tuhan (1 Raj. 13).

Di kerajaan Israel, Yerobeam tidak setia kepada Tuhan. Ia pun kehilangan kerajaan. Tuhan menyatakan murkanya atas raja dan rakyat. Seorang nabi, Ahia, bernubuat bahwa kalau terus dilakukan kejahatan, Israel akan akan ditimpa malapetaka, dihajar, disentakkan dari tanah mereka dan diserakkan ke seberang sungai Efrat (1 Raj.14).
Di kerajaan Yehuda sesudah Rehabeam, ada raja yang baik dan ada yang jahat. Abiam berbuat dosa. Namun anaknya, Asa, melakukan yang benar dan percaya kepada Tuhan hingga diberikan kemenangan, walaupun pada akhir hidupnya dia percaya kepada dirinya sendiri dan bersandar kepada kekuatannya lalu kemudian menjadi sakit. Selama masa itu ada perang terus-menerus antara Israel dan Yehuda. (1 Raj. 15-16).

Ahab dan Pelayanan Elia (1 Raj. 17-22)

Di kerajaan Israel pada zaman Raja Ahab, muncul seorang nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa, yaitu Elia. Elia mendeklarasikan masa kemarau di mana tidak akan ada embun atau hujan selama bertahun-tahun karena kejahatan Israel, namun Elia sendiri dipelihara Tuhan di tepi sungai di mana ia diberi makan oleh burung-burung gagak dan kemudian oleh seorang janda dengan mujizat dalam bentuk tepung dan minyak yang tidak pernah berkurang. Saat anak janda itu mati, anak itu dibangkitkan kembali oleh Elia. Kemudian Elia diperintahkan untuk membawa berita lagi kepada Raja Ahab bahwa hujan akan turun. Elia juga menyuruh agar dikumpulkan semua nabi Baal di gunung Karmel. Elia menantang Bangsa Israel, “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.”
Rakyat Israel tidak mau menjawab tantangan ini. Konfrontasi besar pun terjadi antara Elia dan imam-imam Baal, sampai Tuhan mengirim api dari sorga untuk menyatakan kepada Israel bahwa Dialah satu-satunya Allah yang sejati. Akhirnya seluruh Israel mengakui bahwa sungguh Tuhan adalah Allah, kemudian Elia membunuh semua nabi Baal (1 Raj. 17-18).
Sayangnya, Elia sendiri adalah manusia yang lemah dan dengan ketakutan dan rasa kecewa. Ia lari dengan penuh ketakutan dari Izebel, isteri Raja Ahab. Tuhan sendiri akhirnya menyatakan diri secara pribadi kepada Elia saat ia sedang bersembunyi di dalam gua. Angin kencang datang, kemudian gempa bumi, dan kobaran api. Tuhan tidak ada di dalamnya. Sesudah semua berlalu Tuhan menyatakan diri kepada Elia melalui angin sepoi-sepoi basa. Akhirnya Elia siap mendengar suara Tuhan. Tuhan memberi tugas yang baru dan penting kepada nabiNya yang lemah ini. Ia menyuruh Elia mengurapi seorang raja atas Siria, seorang raja atas Israel dan seorang nabi baru, yaitu Elisa (1 Raj. 19).
Raja Aram (Siria), Benhadad, datang dengan tentaranya untuk menantang dan menghantam Bangsa Israel dan melawan Allah. Tuhan menolong Ahab dan tentara Israel sampai mereka dua kali mengalahkan Siria menurut perkataan seorang nabi. Tetapi Ahab tidak menyelesaikan tugasnya. Dia ditegur oleh seorang nabi namun malah menjadi marah. Ia juga menjadi kesal dan gusur karena tidak dapat memperoleh sebuah kebun yang diingininya. Ia mengikuti nasehat isterinya yang jahat, Izebel, untuk mengatur komplotan sampai pemilik kebun itu, Nabot, dilempari batu sampai mati dan kebunnya dapat dirampas. Karena itu, Elia menubuatkan malapetaka yang akan datang atasnya. Ahab adalah raja yang mengalami kebaikan Tuhan tetapi tidak setia kepadanya (1 Raj. 20-21).

Kitab ini selesai dengan kisah pertemuan dua raja. Yosafat raja Yehuda datang untuk bertemu dengan Raja Ahab dari Israel. Mereka bersepakat untuk bekerja sama melawan Siria. Namun persatuan mereka tidak berhasil karena tidak didasarkan pada Firman dan kebenaran Tuhan secara bulat. Yosafat ingin mencari Firman dan petunjuk Tuhan, tetapi Ahab ingin mendengarkan nasehat nabi-nabi palsu. Akibatnya, Ahab dibunuh dan Firman Tuhan digenapi (1 Raj. 22).

Demikianlah kita dapat memperoleh banyak pelajaran dari sejarah Israel dan kisah raja-rajanya. Kita melihat bahwa inti dari semua peristiwa adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Kita menyaksikan penyembahan berhala dan ibadah sejati kepada Tuhan, pemberontakan dan ketaatan, kekalahan dan kemenangan, hukuman dari Allah dan pertolonganNya, baik dari pihak para raja maupun dari rakyat secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar