2 Tawarikh menceritakan sejarah kerajaan Yehuda sejak zaman Salomo (tahun 970 SM) hingga zaman Zedekia (tahun 586 SM), yang berlangsung selama kira-kira 400 tahun.
Di dalam kitab ini, kita melihat berbagai masalah dan tantangan, kebaikan dan keburukan, kemenangan dan kekalahan, iman dan ketakutan yang dihadapi oleh raja-raja Yehuda. Dari semuanya itu, yang ditegaskan adalah hubungan raja-raja dengan Tuhan, hubungan antara mereka yang dipercaya/diizinkan Tuhan untuk memerintah sebagai raja dengan Tuhan sendiri sebagai Pemerintah yang Tertinggi, melalui peran para imam dan nabi.
Peran para nabi sangat penting di dalam membimbing, mengoreksi dan memberitakan Firman Tuhan kepada raja dan bangsa. Peran para imam penting dalam mengatur penyembahan yang benar. Keduanya ini sangat berperan dalam peran para raja sendiri yang tidak kalah penting, yaitu memimpin bangsa supaya hidup dalam kebenaran, pendamaian dan kemenangan.
Ada dua bagian besar dalam kitab 2 Tawarikh: Pemerintahan Salomo dan Sejarah Raja-raja Yehuda.
Mari kita amati satu per satu.
"Bagian Pertama: Pemerintahan Salomo (2 Taw. 1-9)"
Pada awal pemerintahannya, Salomo pergi ke Kemah Pertemuan Allah, yaitu Kemah Musa di Gibeon, untuk meminta petunjuk Tuhan dan untuk mempersembahkan korban bakaran. Allah menampakkan diriNya kepada Salomo dan memerintahkan agar ia meminta apa saja yang dikehendakinya. Salomo meminta hikmat dan pengertian, supaya ia dapat memimpin umat Tuhan. Karena itu, Tuhan memberikan bukan saja hikmat tetapi juga kekayaan, harta benda, kemuliaan dan kemenangan atas musuhnya. Inilah rahasia keagungan raja Salomo (2 Taw. 1).
Salomo menjadi seorang raja dengan hikmat yang luar biasa, karena doanya yang sangat tepat yang Tuhan kabulkan dengan luar biasa. Di masa hidupnya, ia menulis kitab Amsal, Pegkhotbah dan Kidung Agung.
Tindakan/pencapaian Salomo yang paling penting di masanya adalah pembangunan Rumah Tuhan. Untuk itu, ia mempersiapkan kuli, tukang pahat dan mandor, serta bahan-bahan terbaik, termasuk kayu dari Libanon. Ia membangun Rumah Tuhan di atas Gunung Mora di tempat pengirikan Ornan (2 Sam. 24:18-25; 1 Taw. 21:18-30).
Memang, sejak sebelumnya, Daud sudah mempersiapkan rencana pembangunan Bait Allah (1 Taw. 28:11) dan memberikan seluruh persiapan itu kepada Salomo (1 Taw. 3-4).
Ketika semua bangunan lengkap dan semua pekerjaan selesai, semua barang kudus yang ada di Kemah Musa di Gunung Gibeon dipindahkan dan dimasukkan ke dalam Bait Allah. Salomo mengumpulkan semua pemimpin Yehuda untuk membawa Tabut Perjanjian dari Gunung Sion. Semuanya terjadi pada hari raya pada bulan ketujuh, yaitu Hari Raya Pondok Daun.
Para imam mengangkut Tabut Perjanjian dan menaruhnya di ruang mahakudus di dalam Bait Allah itu. Pada saat imam keluar dari ruang mahakudus, 120 orang imam dalam paduan suara menyanyikan puji-pujian dan syukur diiringi alat-alat musik seperti nafiri dan ceracap. Tiba-tiba, Bait Allah itu dipenuhi awan kemuliaan dan hadirat Tuhan yang turun, sehingga imam-imam itu tidak dapat tahan berdiri (2 Taw. 5).
Pada waktu itu, Salomo berkhotbah dengan menjelaskan bagaimana pembangunan Bait Allah, kemudian ia berdoa supaya Tuhan menjawab semua doa yang dipanjatkan dari Bait Allah itu. Setelah ia berdoa, api turun dari surga dan lagi-lagi kemuliaaan Tuhan memenuhi rumah itu. Imam-imam tidak bisa masuk. Semua rakyat berlutut, sujud menyembah dan menyanyikan pujian kepada Tuhan. Tuhan sekali lagi menampakkan diriNya kepada Salomo dan meneguhkan perjanjian Daud. Ia berjanji bahwa kalau anak-anak Daud taat, mereka akan diteguhkan sebagai raja tetapi kalau mereka berbalik dan menolak Tuhan, mereka akan dibuang dan Bait Allah akan diruntuhkan (1 Taw. 6-7).
Namun sayangnya, sesudah itu Salomo mulai berkonsentrasi pada pembangunan rumahnya sendiri. Ia mengadakan program pembangunan berskala besar dan mendirikan sistem administrasi yang efektif.
Ratu Syeba datang mengunjungi Salomo, dan Salomo dapat menjawab semua pertanyaannya dan menunjukkan hikmatnya yang luar biasa serta kemuliaan kerajaannya.
Raja Salomo menjadi sangat kaya dan memerintah atas semua raja dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin, bahkan sampai ke tapal batas Mesir. Inilah daerah paling besar yang pernah dikuasai oleh Israel. Sama seperti Raja Saul dan Raja Daud, Raja Salomo memerintah selama 40 tahun, kemudian ia meninggal (2 Taw. 8-9).
"Bagian kedua: Sejarah Kerajaan Yehuda (2 Taw. 10-36)"
Sesudah pemerintahan Saul, Daud dan Salomo sebagai raja atas seluruh 12 suku Israel, kerajaan itu dibagi dua dan 20 raja silih berganti memimpin kerajaan-kerajaan itu.
Ada raja yang baik, ada yang jahat. Ada raja yang mencari Tuhan dan menyembah dan beribadah kepadaNya, ada yang meninggalkanNya dan menyembah dewa lain. Ada raja yang berharap pada Tuhan, ada yang bersandar kepada manusia. Ada raja yang taat kepada Tuhan, ada yang bergabung dengan musuh-musuh Tuhan. Ada raja yang ditolong dan diberikan kemenangan oleh Tuhan, ada yang dihukum dan dikalahkan oleh musuh-musuh Tuhan itu.
Mari kita lihat kisah raja-raja ini.
'Raja Rehabeam dan Pemisahan Kerajaan'
Anak Salomo, yaitu Rehabeam, menjadi raja yang jahat. Ia menolak nasihat dan permintaan rakyat Israel serta para tua-tua, lalu menuruti nasihat orang-orang muda yang sebaya. Ia memilih jalan untuk memerintah dengan kekerasan. Akibatnya, sepuluh suku Israel memberontak terhadap Rehabeam dan mendirikan kerajaan utara, kerajaan Israel dengan ibu kota Samaria. Namun, banyak imam dan orang Lewi meninggalkan Israel, pindah ke Yudea dan bergabung dengan kerajaan Yehuda. Demikianlah bangsa Israel terpecah! Sejak saat itu, mereka tidak pernah bersatu kembali menjadi satu kerajaan.
Semuanya bermula dari Rehabeam, yang disebut “...berbuat jahat karena ia tidak tekun mencari Tuhan.” (2 Taw. 10-12).
'Raja Abijah, Asa dan Yosafat'
Raja Abijah berperang dengan Israel hingga Allah memukul kalah Israel dan menyerahkannya ke dalam tangan Yehuda. Di bawah kepemimpinan Abijah, Yehuda menang dalam peperangan karena “Mereka mengandalkan Tuhan, Allah nenek moyang mereka.” (2 Taw. 13).
Raja Asa mencari Tuhan dan mematuhi hukum dan perintah Tuhan. Ia bersandar kepada Tuhan dan maju melawan pasukan Etiopia hingga Tuhan memberi kemenangan. Seorang nabi, Azaraya, menguatkan Asa untuk menyingkirkan dewa-dewa dan mengadakan perjanjian untuk mencari Tuhan. Namun demikian Asa kemudian mengadakan perjanjian dengan raja Siria dan ditegur oleh nabi lain, yaitu Hanani. Sayang, Asa malah memasukkan Hanani ke penjara karena marah terhadap nubuatannya. Pada akhir hidupnya, Asa menjadi sakit dalam kakinya, tidak mencari Tuhan dan mati (2 Taw. 14-16).
Raja selanjutnya adalah Yosafat.
Tuhan menyertai Yosafat karena ia mencari Tuhan dan hidup menurut perintah dan jalanNya. Yosafat mengutus para pemimpin dan orang Lewi untuk mengajarkan rakyat kitab Taurat Tuhan di semua kota Yehuda. Ia menjadi kuat dan membangun benteng-benteng dan kota perbekalan. Namun pada suatu saat, Yosafat pergi dan bergabung dengan Ahab, raja Israel, yang jahat itu, untuk berperang melawan musuhnya. Sewaktu ditanya, Tuhan berfirman melalui seorang nabiNya, Mikha, bahwa Israel akan mengalami kekalahan dan malapetaka. Karena nubuatan yang terdengar tidak baik ini, Mikha dipenjarakan oleh Ahab.
Akhirnya Ahab memang kalah dan terbunuh, tetapi Yosafat kembali ke Yerusalem dan menetapkan keadilan dan hukum Tuhan.
Sesudah itu, orang-orang Moab, Amon dan Seir datang berperang melawan Yosafat. Yosafat mencari Tuhan, berpuasa, mengumpulkan rakyat di Bait Allah dan berdoa meminta pertolongan Tuhan. Yahaziel, seorang nabi, bernubuat dan menyampaikan petunjuk Tuhan. Semua terjadi sesuai dengan Firman Tuhan. Para penyanyi memimpin pasukan perang dan Tuhan memberikan kemenangan besar di Lembah Pujian.
Kita dapat melihat bahwa selama Yosafat mencari Tuhan, ia mengalami kemenangan, tetapi sewaktu bersekutu dengan orang jahat, ia mengalami kekalahan (1 Taw. 17-20).
Raja Yoram, Ahazia dan Ratu Atalia.
Raja Yoram menikah dengan anak Ahab, Atalia. Ia menjadi raja yang jahat. Nabi Elia mengiriminya surat profetis tentang penyakit dahsyat yang akan dialaminya. Yoram banyak dikalahkan oleh musuhnya dan mati, sesuai dengan perkataan Firman Tuhan (2 Taw. 21).
Anaknya, Raja Ahazia, juga menjadi raja yang jahat. Ia menuruti nasihat ibunya yang jahat dan akhirnya mati dibunuh. Sesudah kematiannya, Atalia memerintah sebagai ratu dan berbuat banyak kejahatan (2 Taw. 22).
Raja Yoas dan Amazia.
Raja Yoas memperbaharui Rumah Tuhan (Bait Allah). Ia meletakkan peti di depan pintu gerbang Rumah Tuhan dan mengundang orang untuk memberi persembahan, supaya Rumah Tuhan dapat diperbaiki. Namun sesudah kematian Yoyada, imam besar sekaligus mentornya, ia kembali beribadah kepada berhala dan meninggalkan Tuhan. Roh Allah menguasai anak Yoyada, Zakharia, dan ia menegur Yoas. Sayangnya, Yoas memerintahkan rakyat melontari dia dengan batu di pelataran rumah Tuhan (2 Taw. 23-24).
Selanjutnya, Yoas digantikan oleh anaknya, Amazia, sebagai raja. Dikisahkan bahwa selama Amazia taat kepada perintah Tuhan yang diterimanya melalui nubuatan nabi, ia menang dalam perang. Tetapi waktu tidak taat, ia menjadi kalah (2 Taw. 25).
Raja Uzia, Yotam dan Ahaz.
Raja Uzia melakukan yang benar. Ia mencari Allah dan selama mencari Allah dia berhasil. Ia menang atas orang Filistin dan orang Ammon. Ia juga melakukan program pembangunan. Namun kemudian, ia menjadi sombong dan berusaha mengerjakan pelayanan seorang imam padahal itu bukan haknya. Akibatnya, dia dihukum dan menjadi sakit kusta (1 Taw. 26).
Selanjutnya, Raja Yotam melakukan yang benar, tetapi rakyatnya melakukan hal yang merusak. Yotam sendiri menjadi kuat karena ia “mengarahkan hidupnya kepada Tuhan” (1 Taw. 27).
Raja Ahaz, raja yang berikutnya, melakukan yang jahat dengan beribadah kepada patung, membakar anak-anaknya dalam api dan melakukan perbuatan yang keji. Karena itu, dia dikalahkan oleh Siria dan Israel. Sementara itu, ia justru meminta pertolongan dari Asyur, menjadi makin tidak setia kepada Tuhan dan makin jahat (1 Taw. 28).
Raja Hizkia.
Hizkia menjadi raja yang baik. Ia menguduskan kembali Rumah Tuhan dan mengikat perjanjian dengan Tuhan. Hizkia mempersembahkan korban, menyiramkan darah pada mezbah dan mengadakan perdamaian bagi bangsa Yehuda. Ia juga memulihkan pujian dan penyembahan, sesuai dengan perintah Daud dan nyanyian Tuhan. Selain itu, ia merayakan Paskah dan Hari Raya Roti Beragi. Ia memberkati semua orang yang berhasrat mencari Tuhan seperti dirinya sendiri. Terjadi sukacita besar di Yerusalem ketika rakyat Yehuda menghancurkan semua berhala dan mezbahnya. Hizkia mengatur rombongan imam dan pelayanannya dan memulihkan pelayanan imamat Tuhan, termasuk Yehuda juga kembali membayar perpuluhan dan persembahan kudus (2 Taw. 29-31).
Kemudian raja Asyur, Sanherib, mengepung kota-kota Yehuda dan bersiap untuk memerangi Yerusalem. Hizkia menguatkan rakyatnya untuk percaya kepada Tuhan. Sanherib menantang mereka dan menulis surat yang mencela dan menghujat Tuhan, Allah mereka. Karena itu, Hizkia dan Nabi Yesaya berdoa.Tuhan mengutus malaikat yang melenyapkan pahlawan-pahlawan tentara Asyur hingga Sanherib kalah dan pulang dengan malu ke negerinya. Hizkia menjadi sakit dan minta hidupnya diperpanjangkan dan Tuhan menjawab doanya.
Hizkia adalah raja yang pada umumnya baik, menjadi kaya dan menang atas musuhnya (2 Taw. 32).
Raja Manasye dan Amon.
Manasye adalah raja yang jahat yang menyembah berhala dan mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api dengan menyesatkan Yehuda sehingga menjadi lebih jahat daripada bangsa-bangsa lain. Namun pada akhirnya dalam keadaan kalah dan terdesak, ia berdoa kepada Tuhan dan dilepaskan dari musuhnya (2 Taw. 32).
Raja Amon tidak merendahkan dirinya seperti bapanya Manasye, sampai akhirnya dibunuh oleh hamba-hambanya (2 Taw. 33).
Raja Yosia.
Raja Yosia berbuat yang benar dan mulai mencari Tuhan sejak usia muda. Ia menghancurkan berhala, dan menemukan kembali kitab Taurat. Huldah, seorang nabi, dipanggil dan ia bernubuat bahwa karena Yosia sudah menyesal, merendahkan diri dan menangis di hadapan Tuhan, bangsa itu tidak akan ditimpa murka Allah. Kemudian, Yosia memulihkan penyembahan yang benar. Yosia membacakan Taurat Tuhan, merayakan Paskah, mempersembahkan korban, memulihkan pelayanan imam dan pujian penyembahan sesuai perintah Daud. Akhirnya, Yosia mati dalam perang dan semua rakyat serta Nabi Yeremia berkabung (2 Taw. 34-35).
Empat Raja Terakhir.
Yoahas, Yoyakim, Yoyakin dan Zedekia adalah empat raja terakhir dari kerajaan Yehuda. Semuanya jahat dan tidak mencari Tuhan. Yoahas dibawa tawan ke Mesir oleh raja Nekho. Yoyakim dibawa ke Babel oleh Nebukadnezar. Yoyakhin dibawa juga ke Babel.
Zedekia memerintah sebelas tahun di Yerusalem sampai kedatangan Nebukadnezar yang menghancurkan kota dengan mencuri semua harta bendaharanya dan membakar Rumah Allah dan tembok-tembok Yerusalem. Rakyat yang tidak dibunuh dalam serangan itu, dibawa tawan kepada Babel. Semuanya itu menggenapi pesan Nabi Yeremia bahwa tanah Israel akan dikosongkan dan mengalami perhentian selama tujuh puluh tahun sebagai Sabat (2Taw. 36).
Kisah di dalam kitab 2 Tawarikh berakhir tujuh puluh tahun kemudian, ketika dikeluarkan perintah oleh Koresy untuk membawa umat Tuhan kembali ke Yerusalem. Di seluruh kitab ini, kita melihat peran para imam dan nabi untuk membawa pengaruh yang penting bagi kepemimpinan masing-masing raja, sehingga pada akhirnya mendatangkan dampak kepada seluruh bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar