Selasa, 27 Oktober 2015

INTISARI KITAB YOSUA

Kelima kitab Taurat yang ditulis oleh Musa dan menjadi dasar dari Perjanjian Lama sudah kita pelajari. Sekarang kita sampai kepada kitab yang keenam. Inilah kitab yang mencatat penggenapan perjanjian Allah kepada Bangsa Israel, kitab yang menceritakan bagaimana Bangsa Israel masuk, merebut, menduduki dan memiliki tanah perjanjian di bawah pimpinan Yosua.
Menurut tradisi Yahudi, kitab ini ditulis oleh Yosua, dan ayat-ayat terakhirnya mungkin ditambahkan oleh Pinehas, anak Eleasar imam besar.
Nama “Yosua”, ( “Yehoshua”) dalam Bahasa Ibrani hampir sama dengan nama “Yesus” (“Yeshua”). Maknanya adalah “Yahweh menyelamatkan”.
Dalam Perjanjian Baru, isi kitab ini beberapa kali diteguhkan. Yosua sebagai pemimpin Israel disebut dalam Kisah Para Rasul 7:45. Usaha Bangsa Israel masuk tanah perjanjian menjadi dasar pengajaran bagi kita dalam Ibrani 4:1-11. Keruntuhan Yerikho dan keselamatan Rahab dicatat dalam Ibrani 11:30-31. Perjanjian yang diberikan Tuhan kepada Yosua dikutip dan diaplikasikan untuk setiap orang percaya dalam Ibrani 13:5. Yakobus juga bicara tentang kebenaran Rahab dalam Yakobus 2:25.

Kitab ini mengisahkan sejarah Israel sejak kematian Musa sampai kematian Yosua. Di dalamnya diceritakan tentang perebutan tanah Kanaan (Yos. 1-12), pembagian tanah Kanaan (Yos. 13-22) dan nasehat terakhir dari Yosua serta kematiannya (Yos. 23- 24).
Mari kita lihat satu per satu bagian kisah sejarah yang penting ini.

1. Israel Masuk dan Merebut Kanaan (Yos. 1-12).
Misi Bangsa Israel adalah mengalahkan semua penduduknya dan menduduki tanah Kanaan sebagai negeri Tuhan, negeri yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri kepada nenek moyang mereka, Abraham, Ishak dan Yakub. Misi itu ternyata adalah perjuangan iman yang begitu berat bagi Bangsa Israel, karena harus dijalankan bukan dengan kekuatan sendiri tetapi atas dasar Firman Tuhan, pimpinanNya dan pertolonganNya sebagai Panglima Perang.

"Penugasan Yosua"
Yosua memimpin Bangsa Israel memasuki tanah perjanjian atas dasar Firman Tuhan. Tuhan memerintahkan supaya Yosua jangan takut, kecut dan tawar hati melainkan menguatkan dan meneguhkan hatinya, bertindak hati-hati sesuai dengan Taurat Musa dengan tidak menyimpang kekanan atau ke kiri, melainkan memperkatakan dan merenungkan itu siang dan malam. Dengan perintah itu, Tuhan juga berjanji akan menyertai Yosua, ke manapun ia pergi. Karena itulah Yosua berani memimpin Israel.
Bagaimana dengan kita? Beranikah kita melakukan misi iman kita? Ada banyak pelajaran di sini mengenai perjalanan dan peperangan, mengenai keberanian, ketabahan dan iman (Yos. 1).

"Pengintai dan Rahab"
Pertama-tama, Yosua mengutus dua orang pengintai untuk menyelidiki kota Yerikho. Di kota itu, mereka berdua disembunyikan dan diselamatkan oleh Rahab, seorang pelacur. Mereka pun berjanji bahwa Rahab akan selamat beserta seisi rumahnya asalkan menaruh benang merah di rumahnya saat kota diserbu. Cerita itu menjelaskan inti Injil, di mana ada berkat dan keselamatan bagi siapapun yang percaya kepada Allah Israel. Rahab pun menjadi nenek moyang Yesus yang tercatat dalam silsilahNya, sesuatu yang melambangkan anugerah penerimaan orang kafir dan orang berdosa ke dalam umat Tuhan (Mat. 1:5).
Rahab juga disebut dalam daftar pahlawan iman dalam Ibrani 11:31 (Yos. 2).

"Penyeberangan Sungai Yordan"
Hal berikutnya yang Bangsa Israel harus lakukan adalah menyeberangi Sungai Yordan. Dalam penyeberangan ini, tabut perjanjian harus diusung oleh imam-imam mendahului Bangsa Israel sejauh 2000 hasta. Ini adalah gambaran Yesus yang mendahului umatNya masuk ke dalam kesempurnaan, 2000 tahun sebelum umatNya. Penyeberangan ini adalah mujizat, perbuatan Tuhan. Imam harus bertindak dengan iman, mengangkat tabut dan berdiri dalam air.
Apa mujizat yang Tuhan lakukan? Sungai itu berhenti mengalir, menjadi kering dan seluruh Bangsa Israel dapat menyeberang (Yos. 3).
Sebagai peringatan, dua tugu didirikan, satu di dasar sungai dan satu di tepi barat di Gilgal (Yos. 4).
Selanjutnya, berhubung satu generasi yang lahir di padang pasir itu belum disunat, semuanya harus mengalami sunat sebelum maju berperang. Apa makna sunat? Sunat adalah tanda perjanjian yang diberikan Allah kepada Abraham (Kej. 17). Kewajiban sunat bagi Bangsa Israel berarti mereka harus menerima tanda perjanjian Allah itu sebelum menerima penggenapannya (Yos.5).
Dalam kelanjutan misi itu, Yosua kemudian bertemu dengan Panglima bala tentara Tuhan yang datang dengan pedang terhunus. Yosua diperintahkan untuk melepaskan kasutnya karena tempat itu kudus. Apa maksudnya? Maksudnya adalah semua peperangan harus di bawah pimpinan dan kuasa Panglima sorgawi dan atas dasar kekudusan. Hanya setelah perjumpaan Yosua dengan Panglima itulah kampanye boleh dimulai untuk mengalahkan musuh dan menduduki tanah Kanaan. Yosua di sini menggambarkan Yesus sebagai Panglima kita. Ini sesuai dengan kata yang dipakai dalam berbagai bahasa. Dalam Bahasa Yunani, Yesus disebut sebagai “archegos tes soterias”, yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris sebagai “Captain of our salvation” atau dalam Bahasa Indonesia, “Panglima Keselamatan” (Yos. 5:13-15).

"Yerikho diruntuhkan"
Inilah cara yang luar biasa untuk mengalahkan sebuah kota! Selama enam hari, Bangsa Israel mengelilingi Yerikho dan pada hari ketujuh mengitarinya tujuh kali. Pada putaran terakhir, pengitaran ini disertai dengan teriakan dan bunyi sangkakala, lalu tembok kota Yerikho runtuh dan semua penghuni selain Rahab dan keluarganya dibantai. Kita dapat melihat bahwa Bangsa Israel menang karena mereka mendengar, percaya dan mentaati Firman Tuhan walaupun seakan-akan tidak masuk akal (Yos. 6).

"Kalah di Ai"
Kota berikutnya yang perlu ditaklukkan adalah kota Ai. Karena Ai dianggap sebagai kota yang kecil dan lemah, Israel bersandar kepada kekuatan sendiri dan tidak bertanya kepada Tuhan tetapi langsung menyerangnya. Betapa kaget mereka waktu mengalami kekalahan! Hampir saja mereka putus asa! Mereka pun kemudian mencari sebabnya dan menemukan bahwa ternyata ada dosa di tengah-tengah mereka sendiri. Akhan mencuri. Dia ditangkap dan dirajam dengan batu sampai mati. Ternyata Israel kalah jika tidak bertindak berdasarkan kebenaran. Mereka kalah oleh dosa cinta akan uang dan harta di antara mereka. Setelah bertobat, Bangsa Israel menyerang kota Ai lagi. Mereka mengepungnya dengan dipimpin oleh Tuhan dan kota itu berhasil dimusnahkan. Perhatikan, jika umat Tuhan tidak bertindak berdasarkan kebenaran dan kekudusan, mereka akan kalah (Yos. 7-8)!

"Perjanjian diteguhkan"
Selanjutnya, di Gunung Ebal, Yosua mendirikan mezbah, mempersembahkan korban dan menulis di dua batu hukum Taurat Musa. Seluruh Israel menghadap ke Gunung Gerizim dan setengahnya lagi menghadap ke Gunung Ebal, lalu dibacakannyalah segala perkataan hukum Taurat beserta dengan berkatnya dan kutuknya. Seluruh Bangsa Israel pun mengikatkan diri kepada hukum Taurat itu (Yos. 8:30-35).
Inilah komitmen umat Allah terhadap kebenaranNya.

"Ditipu Gibeon"
Mendengar tentang kemenangan Israel, penduduk negeri Gibeon sangat ketakutan dan bersepakat menipu Israel dan membuat perjanjian damai. Mereka berpura-pura datang dari jauh, dengan karung, kirbat anggur, kasut, pakaian yang buruk-buruk dan roti bekal kering. Mereka mengaku dirinya dari negeri jauh dan mau mendapatkan perjanjian supaya tidak akan diserang oleh Israel. Sebenarnya mereka dilarang membuat perjanjian dengan suku-suku di negeri itu tetapi lagi-lagi Israel tidak bertanya kepada Tuhan dan akhirnya tertipu. Akhirnya perjanjian itu memang batal, tetapi suku itu menjadi “pembelah kayu dan air untuk mezbah YHWH”.
Ingat, umat Tuhan perlu mendengar dan mempercayai perkataan firman Tuhan. Tanpa perkataan Tuhan, umat Tuhan akan tertipu (Yos. 9)!

"Matahari berhenti beredar"
Kisah selanjutnya mencatat bahwa ada lima raja orang Amori di bawah kepemimpinan Adoni-Zedek yang mengadakan persekutuan untuk menyerang Gibeon. Gibeon minta pertolongan Yosua, yang kemudian menyerang mereka pada malam hari. Di sini Tuhan berintervensi dan menolong dengan mujizat yang luar biasa. Yosua memerintahkan matahari dan bulan berhenti beredar sampai musuh kalah. Tanda mujizat itu menjadi peringatan kepada Bangsa Israel bahwa Tuhan menyertai mereka. Kemudian, satu demi satu, kota-kota diserang dan dikalahkan.
Apa pelajaran penting di sini? Jikalau umat Tuhan percaya dan taat kepada Tuhan, mujizat akan terjadi (Yos. 10)!

"Raja-raja dikalahkan"
Kemudian raja-raja lain, di bawah Raja Yabin, berkumpul untuk menyerang Israel. Mereka dikatakan “seperti pasir di tepi laut banyaknya”, tetapi Yosua mengalahkan mereka sampai tidak ada seorang pun dari mereka yang dibiarkan lolos. Dengan cara itu Yosua merebut seluruh negeri di tanah Kanaan. Tercatat 31 raja, nama demi nama, dikalahkan oleh Yosua dan Bangsa Israel. Ini adalah gambaran perlawanan dan kemenangan kita atas penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, dan roh-roh jahat di udara (Yos. 11-12).

2. Pembagian Tanah (Yos. 13-22).
Dalam pasal-pasal berikutnya, didaftarkan tanah milik pusaka Israel. Tuhan berbicara kepada Yosua. Masih ada tanah yang belum diduduki. Itulah “segenap wilayah orang Filistin dan seluruh negeri orang Gesur”. Tanah itu sebenarnya telah ditentukan sebagai warisan atau milik pusaka yang diberikan kepada Bangsa Israel dan masih perlu direbut.
Dalam kitab Yosua, kata “milik pusaka” disebut dalam 40 ayat. Betapa pentingnya bahwa Israel berjuang untuk memiliki milik pusaka itu! Semua suku mendapat bagian. Hanya suku Lewi yang tidak dapat milik pusaka. Mereka mendapatkan tempat untuk didiami namun bukan sebagai milik pusaka, karena milik pusaka mereka adalah Tuhan sendiri (Yos. 13:14, 33).

Yosua bersama Imam Eleazar dan para kepala kaum keluarga dari suku-suku Israel ditugaskan untuk membagi-bagi tanah itu dengan mengundi. Bagian negeri sampai dengan sisi timur Sungai Yordan dibagikan kepada kepada Suku Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Suku Manasye). Kemudian selain daripada pembagian kepada suku-suku, ada milik pusaka khusus yang diberikan kepada Kaleb di Hebron (Yos. 13-14). Selanjutnya, tanah di sebelah timur Sungai Yordan dibagikan kepada suku demi suku, mulai dengan Suku Yehuda (Yos. 15). Sesudah itu tanah dibagikan kepada suku keturunan Yusuf, yaitu Efraim dan separuh Manasye (Yos. 16:1-10 and 17).

Setelah itu, Bangsa Israel berkumpul di Silo, di mana kemah Musa didirikan (Yos. 18:1-10), dan suku-suku Benyamin menerima warisannya (Yos. 18:11-28).
Simeon, Zebulon, Isakhar, Asyer, Naftali, dan Dan juga diberikan wilayahnya masing-masing sebagai milik pusaka. Yosua, seperti Kaleb, mendapat bagian khusus sebagai milik pusaka, yaitu Timnah-serah di wilayah suku Efraim (Yos.19).
Selain itu juga ada kota-kota perlindungan, kota suaka yang ditetapkan sebagai tempat perlindungan bagi orang yang membunuh seseorang dengan tidak sengaja (Yos. 20). Kemudian, ada 48 kota yang diberikan secara khusus untuk orang Lewi sebagai tempat untuk mereka tinggal. Kota itu disebarkan di antara kedua belas suku.
Apa artinya semua ini? Tuhan punya rencana dan tempat yang khusus bagi setiap individu, keluarga, suku dan bangsa. Tuhan menyediakan warisan untuk kita semua. Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita (Maz. 47:5). Marilah kita miliki warisan kita (Yos. 21).

Sesudah seluruh negeri itu dikuasai dan dibagi-bagi, semua prajurit dari dua setengah suku di sebelah timur Sungai Yordan kembali kepada milik pusaka mereka. Mereka membangun bangunan tiruan mezbah Tuhan bukan untuk korban bakaran tetapi sebagai saksi bahwa mereka menyembah Tuhan Allah dan bahwa mereka bersatu dengan suku-suku di seberang Sungai Yordan. Mereka menyebut nama mezbah itu dengan nama “Saksi” (Yos. 22).

3. Pesan terakhir Yosua (Yosua 23-24).
Sesudah negeri Perjanjian dibagi-bagikan kepada suku-suku Israel, Yosua memberikan pesan terakhir kepada Bangsa Israel.
Pesan perpisahan pertama diberikan kepada pemimpin-pemimpin untuk membangunkan iman mereka dengan mengingatkan mereka supaya tetap setia kepada Taurat Tuhan yang diberikan kepada Musa (Yos. 23).
Kemudian ia mengumpulkan semua suku di Sikhem, memberi pesan dan tantangan lagi dengan mengingatkan mereka tentang sejarahnya. Yosua menantang seluruh bangsa ini untuk memilih, dengan menyebutkan segala konsekuensi dari masing-masing pilihan. Bangsa Israel memilih untuk taat kepada Tuhan dan beribadah kepadaNya, maka Yosua pun mendirikan batu sebagai saksi tentang perjanjian mereka. Akhirnya setelah memberikan pesan terakhirnya ini, Yosua meninggal dunia dan dikuburkan (Yos. 24).

Di seluruh kitab Yosua, kita membaca tentang penggenapan nubuat dan perjanjian Allah. Kita melihat bahwa Tuhan setia kepada janjiNya, bahwa Ia menghukum semua yang berbuat jahat dan Ia memberkati semua yang taat kepada FirmanNya dengan memelihara, memimpin dan membawa mereka masuk ke dalam negeri yang dijanjikan.

Apa kesimpulannya? Allah memberi janji, namun kitalah yang bertanggung jawab untuk meraih dan memiliki janji-janji itu dengan perjuangan iman berdasarkan FirmanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar