"Surat I-II Timotius ~ Panduan bagi Kepemimpinan Jemaat"
Surat Timotius pertama dan kedua, bersama dengan surat Titus, digolongkan sebagai “surat-surat penggembalaan” atau “surat-surat pastoral”. Surat-surat ini merupakan pedoman dan petunjuk bagaimana para pemimpin, yaitu para penatua dan diaken, dipilih dalam jemaat dan bagaimana mereka melayani.
Surat Timotius yang pertama ditulis sesudah Paulus dipenjarakan di Roma (Kis. 28:1-30). Menurut sejarah, sesudah itu ia dibebaskan, dan mengunjungi Spanyol (2 Tim. 4:16-17; Rm. 15:23-24 & 28).
Pada waktu itu, ia menugaskan Timotius untuk melayani di Efesus dan Titus di Kreta. Lalu Paulus sendiri pergi ke Makedonia dan dari sana ia menulis surat pertama kepada Timotius, kira-kira pada tahun 63M (1 Tim. 1:13).
Setelah itu, Paulus kembali dipenjarakan di Roma dan menulis suratnya terakhirnya, yaitu surat yang kedua kepada Timotius, pada tahun 67-68M (2 Tim. 4:6-8).
Surat-surat itu ditujukan kepada Timotius, seorang muda yang berasal dari Derbe atau Listra di Asia Kecil. Ayahnya adalah seorang Yunani (Kis. 16:1). Namun, ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois, adalah orang Yahudi yang percaya Injil (2 Tim. 1:5). Karena itu, Timotius telah diajarkan FirmanTuhan sejak kecil (2 Tim. 3:15). Paulus kemudian menjadi mentornya dan Timotius menyertai Paulus dalam perjalanannya. Dengan penumpangan tangan dan oleh nubuat sidang penatua, Timotius telah diberikan karunia dan ia berfungsi sebagai pemimpin jemaat (1 Tim. 4:14; 2 Tim. 1:6).
Pada akhir hidupnya, Paulus memanggil Timotius untuk datang ke Roma dan menyertainya, “Berusahalah supaya segera datang kepadaku.” (2 Tim. 4:9). Ini berarti Timotius merupakan sosok yang dikasihi dan penting bagi Paulus.
Surat-surat Timotius berisi nasihat-nasihat dan dorongan-dorongan pribadi dari Paulus kepada Timotius, agar ia tetap setia berpegang pada ajaran yang benar dan memberitakan Firman Tuhan, yaitu Perjanjian Lama yang dipelajarinya sejak kecil serta Injil yang diterimanya dari pemberitaan Paulus. Paulus ingin supaya Timotius menjadi penerusnya dan meneruskan Firman Tuhan kepada orang lain. Paulus berkata kepada Timotius bahwa surat ini ditulis supaya “tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup” (1 Tim. 3:15).
Selain itu, Paulus juga menuliskan banyak peringatan supaya waspada terhadap pengajaran palsu dari para penyesat. Disebutlah olehnya orang-orang yang menjadi musuh Injil, seperti Himeneus dan Aleksander yang menghujat (1 Tim. 1:20), Figelus dan Hermogenes yang berpaling dari Paulus (2 Tim. 1:15), Himeneus dan Filetus yang perkataannya menjalar seperti penyakit kanker dan menyimpang dari kebenaran (2 Tim. 2:17), Demas yang mencintai dunia ini dan meninggalkan Paulus (2 Tim. 4:10) serta Aleksander yang sangat menentang ajaran Paulus (2 Tim. 4:14).
Tetapi bagian yang terpenting dalam surat-surat Timotius adalah Kristus. “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.” (2 Tim. 2:8). Kristus adalah rahasia Injil. “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan." (1 Tim. 3:16). Yang diagungkan adalah Allah kita yang hidup, Juruselamat semua manusia (1 Tim. 4:10).
Dialah Penguasa yang satu-satunya, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan (1 Tim. 6:15). “Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.” (2 Tim. 4:18).
1 Timotius
Pasal pertama bermula dengan peringatan Paulus agar Timotius tidak ikut akan ajaran palsu, dongeng, silsilah yang tiada putus-putusnya dan agar Timotius tida salah memahami akan hukum Taurat.
“Hukum Taurat baik kalau tepat digunakan.” Makna dan guna hukum Taurat adalah untuk meyakinkan manusia akan dosa. Makna Injil adalah keselamatan dari dosa itu oleh iman. Paulus bersaksi bagaimana ia, sebagai orang penghujat, penganiaya dan seorang ganas bahkan sebagai “orang paling berdosa”, sudah diselamatkan agar dalamnya dinyatakan kasih dan kesabaran Tuhan sebagai teladan. Betapa penting bahwa pelayan jemaat tahu bahwa kita adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh iman dan anugerah (1 Tim. 1).
Kemudian Paulus memberi nasehat dalam pasal kedua tentang doa, yaitu bagaimana laki-laki dan wanita harus berdoa. Di sini tampak bahwa doa begitu penting dalam jemaat. Untuk wanita, Paulus khusus menjelaskan bagaimana mereka perlu berdoa dan beribadah dengan sopan santun, rendah hati dan kesederhanaan, tanpa sikap yang memerintah atas laki-laki.
Betapa penting bahwa setiap pelayan, hidup sesuai dengan keberadaannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan (1 Tim. 2).
Dalam pasal tiga terdapat penjelasan tentang peraturan pemimpin dalam jemaat, yaitu syarat dan tanggung jawab jabatan penilik: penatua dan diaken bersama isterinya. Para pemimpin jemaat yang menggembalakan harus jadi teladan perilaku yang baik. Mereka harus memiliki kualitas karakter, kepribadian dan kelakuan yang benar yang patut diteladani. Yang ditekankan oleh Paulus adalah hal-hal yang praktis. Ini semua menunjukkan betapa pentingnya bagi setiap pelayan untuk hidup benar dan kudus (1 Tim. 3).
Pasal keempat memberi peringatan tentang “waktu-waktu kemudian”, yaitu akhir zaman, sebagai masa yang ditandai dengan orang murtad, penyesat dan ajaran-ajaran setan. Karena itu, Paulus mengajarkan bahwa pemimpin wajib memberikan ajaran yang sehat. Mereka harus menjadi pelayan Kristus yang baik. Dasarnya adalah bertekun dalam Firman Tuhan yang dapat menyelamatkan. Pasal ini berfokus pada betapa pentingnya bahwa setiap pelayan punya dasar Firman yang kokoh (1 Tim. 4).
Pasal kelima berbicara bagaimana hubungan baik harus dijaga, baik dalam jemaat maupun dalam keluarga. Dijelaskan didalamnya mengenai tanggung jawab dan hubungan dengan orang yang tua, yang muda, serta para janda. Ada instruksi juga tentang para penatua, dukungannya dan cara mendisiplin mereka yang berdosa. Di sini kita belajar betapa penting hubungan satu anggota dengan yang lain dalam Tubuh Kristus (1 Tim. 5).
Pasal keenam menjelaskan hubungan antara budak dan tuannya dan pandangan terhadap hal jasmani seperti harta dan kekayaan. Tampak jelas di sini bahwa keuntungan bukan saja diukur oleh uang dan harta!
“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” (1 Tim. 6:6).
Jangan cinta uang! Mengapa? “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.” (1 Tim. 6:10).
Kita perlu hidup kudus dengan menantikan saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya. Betapa pentingnya pandangan kita terhadap uang dan harta (1 Tim. 6).
2 Timotius
Dalam suratnya yang kedua, Paulus mengingatkan Timotius tentang masa mudanya, tentang karunia yang diberikannya dan mendorong dia supaya jangan takut atau malu dalam pelayanannya tetapi siap menderita untuk Injil.
Kita melihat bahwa masing-masing dari kita juga punya karunia (2 Tim. 1).
Sebagaimana Paulus menjadi teladan, Timotius juga seharusnya menjadi teladan kepada orang lain. Selanjutnya, Paulus menganjurkan Timotius supaya jangan hanya menjadi teladan tetapi juga melanjutkan apa yang diterima kepada orang lain, agar Injil diteruskan dari generasi kepada generasi. Paulus mengajar Timotius dan kita semua, bagaimana kita harus hidup.
Sebagai prajurit kita berjuang dengan menghadapi penderitaan, sebagai olahragawan kita bertanding menurut peraturan, sebagai petani kita bekerja keras untuk mendapat penuaian, walaupun kita dibelenggu sebagai penjahat dan menderita dengan Kristus! Sebagai pekerja, kita tidak usah malu untuk berusaha hidup layak. Sebagai perabot yang mulia, kita dikuduskan. Karena itu, kita perlu menjauhi hawa nafsu, kita harus hidup dalam kebenaran, menghindari omong kosong dan pertengkaran. Serta, sebagai hamba Tuhan, kita harus menuntun orang dengan lemah lembut dan melepaskan mereka dari jerat Iblis. Kita semua perlu melayani (2 Tim. 2).
Lalu, Timotius dan kita diingatkan tentang “hari-hari terakhir”, yaitu akhir zaman, suatu masa yang sukar penuh dengan dosa dan pemberontakan, khianat, hawa nafsu bukan hanya di kalangan orang-orang kafir, namun juga justru di antara mereka yang menjalankan ibadah. Ada orang-orang seperti Yanes dan Yambres yang pada zaman Musa menentang kebenaran. Waspadalah! Jangan kita hidup seperti mereka!
Bersiaplah mengalami aniaya, peganglah Kitab Suci dan selalulah siap untuk tiap pekerjaan baik (2 Tim. 3).
Akhirnya, Paulus menutup suratnya dengan peringatan untuk memberitakan firman dengan ajaran sehat, karena akan datang guru-guru yang menyesatkan. Paulus sudah menjadi teladan yang mencapai garis akhir dengan memelihara iman. Kiranya kita mengikut teladannya (2 Tim. 4).
Betapa banyak hikmat terkandung dalam surat-surat ini yang dituliskan Paulus kepada Timotius, anak rohani yang sangat dicintainya ini! Demikian pula, betapa penting surat ini untuk kita yang hidup dalam jemaat akhir zaman!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar