Selasa, 27 Oktober 2015

INTISARI KITAB RUT

Kitab Rut adalah cerita kasih dan persahabatan. Nama “Rut” berarti “persahabatan”. Rut, walaupun seorang perempuan dari Moab, bangsa kafir, seorang asing, menikah dengan seorang pria Yahudi. Sesudah suaminya meninggal, Rut memilih mengikut ibu menantunya, Naomi, yang kembali ke Betlehem di Yehuda. Di situlah ia setia sebagai sahabat dan menolong Naomi dengan bekerja di ladang. Akhirnya ia bertemu dengan Boas dan menjadi isteri Boas. Ini menjadikan Rut termasuk umat Tuhan dan menjadi nenek moyang Raja Daud dan Yesus Kristus.

Mengapa kitab Rut ditulis?
Ada banyak hal dalam kitab ini yang menjadi bayangan dan pengajaran bagi kita. Mungkin yang terpenting adalah penerimaan seorang kafir sebagai anggota Bangsa Israel. Tujuh kali Rut disebut sebagai “perempuan Moab” (Rut 1:4; 1:22; 2:2; 2:6; 2:21; 4:5; 4:10).
Namun walaupun ia seorang kafir, ia dimasukkan ke dalam keluarga Israel, umat pilihan Allah. Hal itu menggambarkan belas kasihan Tuhan terhadap segala bangsa dan menjadi nubuatan tentang keselamatan dan penebusan orang kafir yang akan terhitung di antara umat Tuhan. Rut menjadi nenek moyang Daud. Terlebih dari itu ia juga menjadi nenek moyang Yesus dan termasuk dalam silsilahNya (Mat 1:5-6).

Rut menjadi pahlawan iman dalam sejarah Israel sebagai umat Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Perjanjian Allah dan Injil keselamatan dimaksudkan untuk semua manusia, yaitu untuk segala kaum, bangsa, suku dan bahasa, yang mau menerimanya.

Menurut tradisi Talmud (sejarah Yahudi), Samuel adalah penulis kitab Rut. Ia menulis tentang peristiwa yang terjadi kira-kira pada tahun 1160 dan 1100 SM, pada zaman hakim-hakim, yaitu pada masa siklus kejatuhan dalam dosa, pertobatan, seruan kepada Tuhan, kelepasan dan kemenangan yang dipimpin oleh hakim-hakim. Di tengah masa yang penuh dengan kekerasan, kegelapan, pemberontakan terhadap Tuhan dan kekacauan di antara masyarakat itu, ada cerita indah yang penuh kasih, sukacita dan pengharapan.
Kitab Rut merupakan kitab yang menjembatani setelah Kitab Hakim-hakim dan pendahuluan sebelum Kitab Samuel yang pertama.
Mari kita pelajari isinya bersama-sama.

Pasal 1: Kesetiaan, Pilihan dan Komitmen Rut di Moab.
Naomi dan suaminya Elimelek serta kedua puteranya Mahlon dan Kilyon mengungsi ke Moab karena ada kelaparan di negeri mereka sendiri. Bagi Naomi, inilah masa paceklik dan pengungsian. Ia meninggalkan Betlehem-Yehuda (dalam bahasa Ibrani berarti “rumah roti” dan “pujian”); lalu pergi ke Moab, bangsa yang dikutuk, suatu bangsa yang tidak boleh masuk jemaat Tuhan sampai generasi yang kesepuluh (Ul. 23:3-6).
Namun ternyata, di sana tragedi terjadi. Suaminya meninggal. Naomi menjadi janda. Lalu dua anak laki-lakinya juga meninggal. Naomi menjadi seperti Ayub yang kehilangan segala sesuatu. Kemudian karena mendengar ada makanan lagi di Israel, Naomi mengambil keputusan untuk pulang dari pengungsian. Pada mulanya dua anak menantunya, Rut dan Orpa, ikut Naomi. Tetapi akhirnya Orpa berpisah dengan Naomi dan Rut. Memang dalam Firman Allah ada prinsip pemisahan. Abraham harus berpisah dengan Lot. Ishak harus dipisahkan dari Ishmael. Yakub harus berpisah dengan Esau.

Naomi sebagai anggota umat dan keluarga Tuhan tidak boleh hidup terus dalam persekutuan dengan orang kafir. Yang rohani tidak boleh hidup bersekutuan dengan yang duniawi. Harus terjadi pemisahan.

Bagaimana dengan Rut sendiri?
Rut mengambil keputusan. Perkataan Rut yangmenunjukkan komitmen yang teguh itu menjadi inspirasi bagi banyak orang di sepanjang zaman: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1:16-17).
Walaupun disuruh pulang, walaupun menghadapi masa yang susah, walaupun akan pergi ke suatu tempat yang belum dikenal, namun Rut tetap bertekad untuk mengikut Naomi. Tekad itulah yang menjadi teladan sepanjang masa bagi orang yang sungguh-sungguh mau mengikut Tuhan. Penyerahan diri Rut kepada Naomi merupakan suatu penyerahan yang total dan tanpa syarat. Ingatlah perkataan Elisa yang serupa kepada Elia. Walaupun tiga kali Elisa disuruh pulang, ia tetap berkata, “Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” (2 Raj. 2:2, 4, 6).
Demikianlah seharusnya langkah kita dalam mengikut Tuhan, dengan komitmen, keputusan yang tegas dan kerinduan yang sangat dalam seperti itu!

Akhirnya Naomi tiba bersama Ruth di Betlehem. Semua orang kaget. Sepuluh tahun sudah lewat dan Naomi sudah tua, dan keadaannya tidak tampak lebih baik daripada sebelum ia merantau ke negeri asing itu. Bahkan, Naomi sendiri pun mengaku: “Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. ...dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. ... TUHAN telah naik saksi menentang aku .... Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.”
Naomi mau mengganti namanya dari “Naomi” yang berarti “manis” menjadi “Mara” yang berarti “pahit”. Memang seringkali dalam Firman Tuhan ada orang yang namanya diubah/diganti. Namun perhatikan, nama Naomi tetap tidak diubah oleh Tuhan. Dia tetap disebut “manis”. Mengapa? Karena namanya memang sudah tepat. Tuhan sudah menyediakan baginya pengalaman yang manis, seperti rancangan yang Tuhan sediakan bagi semua anakNya. Ingatlah Yusuf yang tidak mengeluh di tengah jalan tetapi pada akhirnya mengatakan, “Kamu telah mereka-rekakannya yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” (Kej. 50:20).
Naomi belum tiba pada kesudahan perjalanannya. Memang Tuhan mengerjakan segala sesuatu bagi kebaikan bagi orang yang dipanggilNya (Rm. 8:28).

Pasal 2: Kasih Rut dan Pelayanannya di Ladang di Betlehem.
Rut dan Naomi tiba kembali di Betlehem pada masa penuaian. Rut minta, “Biarkanlah aku pergi ke ladang.” Ia mau bekerja. Rut pergi ke ladang Boas untuk memungut bulir-bulir jelai. Hal itu sesuai dengan undang-undang Tuhan di mana seorang miskin boleh masuk ladang orang lain untuk mencari nafkah (Im, 19:9-10; Ul. 15:11).
Boas adalah seorang kerabat dari keluarga suami Naomi yang kaya raya. Sewaktu Boas mendengar cerita Rut, ia kagum pada pengorbanannya dan keinginannya untuk datang berlindung di bawah sayap Tuhan. Rut memungut jelai di ladang sampai petang. Lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan dibawanya kepada mertuanya.
Naomi berkata, “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.” Menurut adat di Israel, kamu kerabat boleh dicari untuk menebus atau membeli kembali tanah warisan yang sudah dijual oleh seorang yang sudah meninggal tanpa anak. Penebus itu wajib menikah dengan jandanya. Penebus itu harus ada hubungan darah, harus rela untuk membayar harga, harus membeli kembali tanah milik saudaranya dan harus rela menikah dengan mantan isterinya untuk mendapat keturunan bagi saudaranya yang sudah meninggal itu. Dalam Bahasa Ibrani, penebus itu disebut dengan “goel” (Imamat 25:25, Ulangan 25:5-10).
Ini adalah gambaran tentang Yesus sebagai Penebus yang mengembalikan warisan keselamatan dan hidup kekal bagi manusia.

Selama musim penuaian jelai dan gandum, Rut tetap bekerja di ladang Boas dan tetap tinggal bersama Naomi.

Pasal 3: Ketaatan Rut dan Penyerahan Dirinya di Tempat Pengirikan.
Naomi ingin mencari tempat perlindungan atau tempat perhentian bagi Rut. Ia memberi nasehat kepada Rut dan Rut taat kepada nasihat ibu mertuanya. Gereja juga perlu taat kepada pimpinan dan perintah Roh Kudus. Sebagaimana Ruth mempersiapkan dirinya, demikian pula Gereja harus mengadakan persiapan bagi pertemuan dengan Penebus dan Sang Mempelai Pria, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Rut perlu persiapan untuk bertemu dengan Boas. Seperti yang diinstruksikan oleh Naomi, Rut mandi, berurap dan mengenakan pakaian yang terbaik. Sesudah itu pergilah Rut ke tempat pengirikan, tepat seperti yang diperintahkan mertuanya. Tempat pengirikan mempunyai makna yang khusus dalam Firman Tuhan. Itulah tempat di mana terjadi pemisahan antara gandum dan sekam. Itulah tempat penyiksaan dan penderitaan di mana gandum yang murni dipisahkan dari sekam. Untuk menjadi mempelai wanita Kristus, kita juga harus mengalami proses pemurnian dan penyucian.
Apakah kita juga bersedia melakukan apa saja yang diperintahkan Roh Kudus? Bersediakah kita pergi ke manapun kita diutus? Bersediakah kita mengatakan apapun yang diperintahkanNya? Bersediakah kita melakukan apapun yang diinstruksikanNya? Kita perlu memiliki hati dan pengakuan kepada Tuhan, seperti Rut kepada Naomi, “Segala yang Engkau katakan, akan kulakukan!”
Rut sungguh berani. Ia memberanikan dirinya dengan diam-diam untuk menghampiri tempat Boas. Demikian pula, kita juga memerlukan keberanian untuk masuk tempat maha kudus dan menghampiri Tuhan kita. Jangan kita takut atau ragu-ragu. Sudah waktunya bagi kita menghampiri Tuhan mencari tempat perhentian dan istirahat dikaki Yesus untuk melihat segala perjanjian digenapi dalam kehidupan kita.
Rut bertemu Boas pada waktu tengah malam. Tengah malam adalah gambaran akhir zaman, yaitu saat-saat terakhir yang mendahului kedatangan Yesus pada kedua kalinya. Rut berbaring di sebelah kaki Boas, sebagai gambaran dari gereja yang rela merendahkan diri dan begitu menginginkan hadirat TuhanNya sampai seakan-akan berbaring di sebelah kaki-Nya. Kita perlu menjadi seperti Rut di dalam ketaatan dan di dalam kerinduan sampai rela mengorbankan perasaan malu, perasaan yang egois, keinginan melindungi diri, sampai kita memberikan diri kepada Tuhan secara seluruhnya.
Di kaki Boas, Rut mencari perlindungan. Kita juga rindu untuk mengalami perlindungan di bawah sayap Tuhan. Boas menyambut Rut. Ia memberkati Rut dan mengakui kasihnya yang ditunjukkan kepada ibu mertuanya. Kalau kita mendekati Tuhan, Ia akan mendekati dan menyambut kita. Hubungan antara Kristus dan Gereja adalah suatu rahasia yang besar: “Rahasia ini besar, yaitu hubungan Kristus dan jemaat.” (Ef. 5:32).
Kemudian Rut diberi enam takar jelai. Itulah hadiah baginya, sesuatu yang benar-benar ia butuhkan bagi dirinya sendiri sekaligus bagi Naomi. Tuhan juga mau memberikan kepada kita segala sesuatu yang kita butuhkan, sekaligus memampukan kita untuk melayani dan menjadi berkat bagi orang lain. Sebagaimana Rut menerima supaya ia dapat memberi makan Naomi, kita pun diberikan karunia supaya kita dapat melayani orang lain. Ada masa di mana kita harus menantikan Tuhan seperti Rut menantikan Boas. Jangan kita tergopoh-gopoh. Jangan kita menjadi kurang sabar. Biarlah kita menunggu untuk Tuhan menggenapi rencanaNya. Tuhan sudah memberi janji penebusan yang penuh tetapi kita harus menunggu dengan sabarnya bagi penggenapan janji itu (Rm. 8:23; Ef. 1:14; 4:30).

Pasal 4: Perkawinan Rut dan Penebusannya di Pintu Gerbang.
Ada pertemuan yang terjadi di pintu gerbang kota. Pintu gerbang adalah tempat di mana diadakan keputusan dan hukuman oleh tua-tua kota. Boas rela menjadi penebus tetapi ada kerabat yang lebih dekat yang berhak membeli tanah dan menikah dengan Rut. Ternyata kerabat itu mau membeli tanah warisan Elimelekh tetapi orang itu tidak rela menikah dengan Rut. Karena itu Boas membeli tanah, segala milik Elimelekh dan segala milik Kilyon dan Mahlon, dan mengambil Rut, menjadi isterinya. Semua tua-tua dan semua orang yang ada di pintu menjadi saksi. Mereka memberikan kepada Boas berkat Rahel dan Leah, dan berkat Perez anak Yehuda.
Dengan tindakan ini kita melihat Rut diberkati menurut Perjanjian Abraham. Rut mendapat perlindungan di bawah sayap Tuhan. Ia menjadi anggota umat Tuhan dan menerima segala janji-janji yang diberikan kepada Abraham, yaitu tanah, keturunan dan berkat. Semuanya itu adalah gambaran bagaimana orang yang bukan Yahudi boleh juga mengambil bagian dalam Perjanjian Abraham.
Rut menikah dengan Boas. Rut mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Obed. Anak itu adalah karunia Tuhan. Obed menjadi berkat bukan hanya bagi kedua orang tuanya tetapi khususnya bagi neneknya, Naomi. Dari Obed muncullah keturunan Daud dan seribu tahun kemudian, lahirlah Yesus.

Luar biasa kisah cinta yang indah ini! Di dalamnya kita melihat betapa besarnya kasih Allah: kasih Allah kepada Naomi anggota umat Tuhan yang menderitakan kehilangan segala sesuatu, kasih Allah kepada Rut seorang kafir yang mencari perlindungan di bawah sayapnya Tuhan, dan kasih Allah yang dinyatakan oleh tindakan Boas, sang Penebus.

1 komentar:

  1. Kalo boleh tahu siapa ya penerbit buku ini, dan jumlah halamannya berapa ya? Mohon di respon . Terima kasih

    BalasHapus