Selasa, 27 Oktober 2015

INTISARI KITAB ULANGAN

Kitab Ulangan adalah kitab kelima yang ditulis Musa. Judulnya dalam bahasa Ibrani Devarim (“kata-kata”).
Kitab itu mulai dalam bahasa Ibrani Eleh ha-devarim,-"Inilah kata-kata".
Kitab itu mengandung kata-kata Musa yang diperintahkan kepadanya oleh Tuhan untuk disampaikan kepada Bangsa Israel sebelum mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Kitab itu dimulai pada pada tanggal satu, bulan sebelas, tahun keempat puluh dari perjalanan dalam padang gurun (Ul. 1:3).
Tujuh puluh hari kemudian, pada tanggal sepuluh bulan pertama, mereka menyebrang sungai Yordan (Yos. 4:19).
Kitab Ulangan ditulis dalam kurun waktu itu. Memang, tentu ada orang lain setelah Musa yang menuliskan berita kematian Musa dalam kitab ini juga.

Berita utama dalam Kitab Ulangan adalah “Jangan lupa!” (Ul. 4:9). Tuhan sangat tahu bahwa Bangsa Israel perlu diingatkan! Itu sebabnya, Kitab Ulangan adalah kitab peringatan bagi umat Tuhan. Mereka diperingatkan Tuhan untuk ingat perjanjian, perjanjian dengan Abraham, Ishak dan Yakub dan juga perjanjian dengan nenek moyang mereka di bukit Sinai (Ul. 6:17-18).

Kata perjanjian dipakai 27 kali dalam kitab Ulangan. Selain itu, mereka juga diperingatkan tentang sejarah Israel.
Paulus berkata semuanya itu menjadi pelajaran bagi kita (1 Kor. 10:12).
Petrus juga mengingatkan Jemaat seperti Musa mengingatkan Bangsa Israel (2 Ptr. 1:12-13).
Betapa penting sejarah kita pribadi, sejarah jemaat Tuhan Yesus dan sejarah sepanjang Alkitab. Jangan sampai kita melupakannya!
Berita utama itu penting bagi kita karena berkaitan dengan generasi akhir zaman. Sebagai generasi akhir, sebagai umat tebusan, sebagai Israel rohani di atas bumi ini, kita sangat perlu mendengar nasehat yang ditulis dalam Kitab Ulangan. Sebelum detik-detik terakhir zaman ini, kita perlu mengingat kembali segala perintah dan janji Firman Tuhan, serta perjalanan orang kudus yang sudah mendahului kita bersama dengan segala kemenangan dan kegagalan mereka.

Kitab ini juga penting karena Kitab Ulangan dikutip lebih dari 80 kali di dalam Perjanjian Baru. Waktu Yesus dicobai Iblis di padang gurun, Ia sendiri mengutip dari Kitab Ulangan sebanyak tiga kali. Karena itu tidak dapat disangkal bahwa kitab itu tentulah berhubungan dan berurusan dengan semua pengikut Yesus pada zaman ini. Yesus dan murid-muridnya begitu menghargai kitab ini, maka kita juga perlu membacanya, merenungkannya dan melaksanakannya.

Dalam Kitab Ulangan ada tiga khotbah yang disampaikan Musa di daratan Moab sebelum Israel masuk Tanah Perjanjian. Mereka sudah 40 tahun mengembara dalam padang pasir. Lalu menjelang bangsa itu masuk, menduduki dan mewarisi Tanah Perjanjian, ada Firman Allah yang disampaikan kepadanya di tempat perkemahan mereka yang terakhir.

Khotbah pertama: Sejarah (“Ingatlah masa lalu!”) – Ul. 1-4.
Di sini Tuhan mengingatkan Israel bahwa Tanah Perjanjian adalah tujuan, gol mereka. Tuhan sudah menyediakan tanah itu bagi mereka dan Ia yang suruh mereka masuk dan mendudukinya. Sebenarnya perjalanan itu dapat ditempuh dalam waktu sebelas hari (Ul. 1:2), namun yang akhirnya dibutuhkan adalah 40 tahun karena pemberontakan dan kekurangan iman mereka.
Musa mengingatkan bangsa itu bagaimana ia sendiri tidak sanggup memikul tanggung jawab atas mereka, menanggung kesusahan dan beban dan perkaranya.
Ia berkata, “Tetapi bagaimana mungkin saya sendirian dapat memikul tanggung jawab yang berat untuk membereskan semua persoalanmu?” (Ul. 1:12 - BIS).
Pada waktu itu Musa sendiri memerintahkan supaya ada kepala-kepala yang diangkat atas mereka. Namun ternyata hal itu tidak meringankan beban Musa.
Pada saat pertama kali mereka tiba di batasan Kanaan, mereka mengusulkan supaya mata-mata yang dipilih pergi mengintai tanah itu. Bukannya bertanya kepada Tuhan, Musa mengizinkan mereka langsung memilih 12 pengintai dan ia berkata bahwa hal itu dipandang baik. Akibat dari laporan pengintai itu, Bangsa Israel menjadi takut dan menolak masuk Tanah Perjanjian. Inilah pemberontakan kepada perintah Tuhan. Sebagai akibatnya, setiap orang dewasa yang keluar dari Mesir mati di padang pasir. Hanya Yosua dan Kaleb dari generasi itu yang diizinkan masuk Kanaan. Penyebab kegagalan Bangsa Israel masuk Tanah Perjanjian adalah ketidakpercayaan (Ul. 1:32). Karena itu, marilah dengan iman yang teguh, kita tetap percaya kepada segala janji Allah. Dalam kitab Ibrani dinasehatkan, “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku.” (Ibr 4:1).
Demikianlah pengalaman Bangsa Israel menjadi suatu pelajaran dan peringatan bagi kita.

Khotbah kedua: Hukum-hukum Allah (“Hiduplah sekarang dalam kebenaran!”) – Ul. 5-26.
Hukum Taurat itu disusun berdasarkan kesepuluh perintah Allah. Kesepuluh perintah itu merupakan kebenaran Allah. Dalam kitab Ulangan, sepuluh hukum serta undang-undangnya diterangkan dengan jelas. Menurut orang Yahudi, totalnya ada 613 perintah. Perintah-perintah itu adalah perintah Tuhan yang penting dan kudus. Hukum itu harus ditaruh di dahi dan tangan. Perlu dibicarakan di dalam rumah waktu bangun, makan, tidur. Harus ditaruh di ambang pintu rumah.
Apa artinya semua ini? Penyembahan harus kudus.
Orang Israel perlu menyembah di tempat yang dipilih dan ditentukan oleh Tuhan. Tidak boleh ada penyembahan berhala dan ibadah sesat. Ada peraturan tentang orang Lewi dan imam-imam. Sistem ekonomi untuk imam juga ditentukan, dan itulah sebabnya ada peraturan tentang perpuluhan. Orang Lewi semuanya tidak punya tanah tetapi mereka semua hidup dari perpuluhan, supaya mereka berfokus untuk melayani dalam Rumah Tuhan.

Tiga hari raya utama, yaitu Paskah, Hari Raya Tujuh Minggu dan Hari Raya Pondok Daun ditetapkan oleh Allah supaya orang Israel mengingat semua yang dibuat oleh Tuhan dan bersukaria di hadapanNya (Ul. 12-16).
Pemimpin pun harus kudus. Hakim-hakim harus melakukan keadilan. Raja-raja harus takut akan Tuhan dan berpegang kepada segala hukum dan ketetapan Tuhan. Imam-imam dan seluruh suku Lewi harus kudus dan hidup untuk Tuhan. Nabi-nabi harus menyampaikan Firman Tuhan yang benar (Ul. 16-18).
Kemudian, negeri dan masyarakat harus kudus. Secara pribadi dan kolektif (bersama-sama), semua orang harus hidup kudus. Mereka harus bersih tubuh, jiwa dan roh.

Ada hukum-hukum dan undang-undang mengenai saksi-saksi, perang, maupun pembunuhan. Ada peraturan untuk saling menolong dan berlaku adil. Ada undang-undang tentang moralitas yang melarang zinah dan dosa seksual yang lain. Ada undang-undang yang mengatur perceraian. Ada undang-undang yang menuntut keperdulian kepada orang yang miskin. Ada undang-undang tentang masyarakat supaya dapat hidup damai bersama-sama (Ul. 19-25).
Namun setelah semua undang-undang ini, Tuhan mengingatkan Bangsa Israel bahwa mereka adalah umat kesayanganNya yang ditentukan untuk menjadi umat yang kudus (Ul. 26).

Jadi, apa maksud semua hukum Taurat bagi kita?
Hukum Taurat adalah “penuntun” bagi kita sampai Kristus datang (Gal. 3:24).

“Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran--sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu..”, yaitu Kristus (Gal. 3:19).

Hukum Taurat membuktikan bahwa tidak ada manusia yang benar, yang kudus, yang sanggup melakukan semua perintah ini. Dalam hukum Taurat terdapat standar kebenaran Allah. Karena itu, hanya oleh imanlah kita dapat dibenarkan.

Kemudian, karena itulah Kitab Ulangan penting untuk mengajar kita tentang makna dosa dan kebenaran, untuk menyakinkan kita bahwa kita adalah pendosa yang melanggar hukum Allah dan hanya dapat diselamatkan dan dibenarkan oleh iman.

Khotbah ketiga: Suara Profetis (persiapan untuk masa depan) – Ul. 27-36.
Musa sebelum meninggal menantang bangsanya untuk sungguh-sungguh mengikut Tuhan. Ia mengingatkan mereka tentang sepuluh hukum yang ditulis di dua loh batu. Seluruh Bangsa Israel mendeklarasikan kutuk-kutuk yang berasal dari ketidak-taatan dan berkat-berkat yang berasal dari ketaatan. Mereka memperbaharui perjanjian mereka dengan Tuhan (Ul. 27-29).
Saat itu, ditegaskan bahwa setiap orang punya pilihan untuk taat dan terima atau tolak. Terserah kepada masing-masing pribadi...tetapi ada konsekuensi untuk masing-masing pilihan.

“Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,” (Ul. 30:19).

Kemudian Yosua ditentukan sebagai pengganti Musa (Ul. 31).
Selanjutnya, Musa menyanyikan nyanyiannya yang terakhir. Dahulu, Musa pernah menyanyi waktu menyebrang Laut Merah (Kel. 17). Sekarang pada saat Bangsa Israel hampir memasuki Tanah Perjanjian, ia menyanyi lagi. Inilah mazmur. Kita dapat melihat bahwa langkah pertama dan langkah terakhir Bangsa Israel ini penuh dengan mazmur, pujian dan penyembahan kepada Tuhan! Saat akhir ini Musa juga bernubuat tentang masa depan setiap suku. Akhirnya ia memberi berkat yang khusus atas Bangsa Israel (Ul. 32-33).

Sesudah Musa mati Yosua menggantikannya. Namun kita juga perlu perhatikan bahwa Musa tidak mati seperti manusia biasa karena mayatnya tidak pernah ditemukan. Dikatakan bahwa ia dikuburkan oleh Tuhan sendiri (Ul. 34; Yud.ayat 9).

Lalu, kita tahu yang selanjutnya, Yosua dan Kaleb memimpin Bangsa Israel memasuki Kanaan, tanah yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka.

Apa pembelajaran yang seharusnya kita peroleh dari Kitab Ulangan ini?
Marilah kita juga mengingat sejarah rencana Allah dari permulaan, mari kita hidup saat ini, setiap hari, dalam iman, kebenaran dan ketaatan kepada Firman Tuhan dan mari kita memandang kepada masa depan dengan menyembah Dia yang akan menggenapi segala perjanjianNya, karena Ia setia untuk selama-lamanya.

2 komentar:

  1. Terima kasih boleh ikut memahami tentang kitab ulangan melalui inti kitab ulangan yang sedang kami baca saat ini sampai ke pasal 27

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak ya.Tulisan ini sangat menambah ilmu pengetahuan saya,mengenai Firman Tuhan yg tertulis di kitap Ulangan dan penjelasannya.God Bless You.

    BalasHapus