Selasa, 27 Oktober 2015

INTISARI KITAB IMAMAT

"Kitab Imamat : kekudusan Umat Tuhan"

Kitab Imamat adalah salah satu kitab-kitab yang terletak di bagian awal dari Perjanjian Lama. Kitab Kejadian adalah kitab permulaan. Kitab Keluaran adalah kitab penebusan. Sekarang kita akan melihat Kitab Imamat, kitab kekudusan yang menjelaskan cara yang benar untuk kita mendekati Tuhan. Cara itu adalah melalui hukum-hukum Imamat 26:46 Itulah ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang diberikan TUHAN, berlaku di antara Dia dengan orang Israel, di gunung Sinai, dengan perantaraan Musa.
Di sini dijelaskan isi kitab Imamat, yaitu ketetapan, peraturan dan hukum. Sumbernya dari Tuhan. Tujuannya bagi orang Israel. Tempatnya diberikan adalah di Gunung Sinai. Pengantarnya adalah Musa. Ini merupakan Perjanjian Allah dengan Musa dan bangsa Israel.

Tetapi apa pentingnya itu semua bagi kita? Sangat penting! Seluruh hukum Taurat adalah penuntun kepada Kristus supaya kita dibenarkan oleh iman (Gal. 3:24).
Semuanya merupakan bayangan yang menunjukkan Yesus.
Yesus berkata, “Musa menulis tentang Aku.” (Yoh. 5.46).
Dalam kitab ini kita melihat Yesus sebagai korban yang dipersembahkan untuk menyelamatkan manusia dan sebagai Imam besar kita yang berdiri di antara Allah dan manusia untuk membawa pendamaian. Kita juga akan lihat bahwa kami tidak sanggup memenuhi tuntutan Taurat dengan usaha dan pekerjaan sendiri dan karena itu kita perlu kasih karunia Kristus. Kita belajar bahwa “Tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” (Rm. 3:20).

"Pendamaian"

Dalam pasal 1-16 dijelaskan caranya penebusan diadakan oleh para imam melalui persembahan korban-korban. Karena sudah berdosa dan terpisah dari Allah, manusia perlu penebusan dari kebinasaan, perlu pengampunan dari dosa dan pendamaian dengan Allah. Di sini kita melihat bahwa tanpa pencurahan darah, tidak ada penebusan dan pengampunan dosa (Kol. 1:14; Ibr. 9:22).
Tanpa kematian, tidak ada pendamaian (Rom 5:10).

"Korban"

Persembahan korban mulai ketika Tuhan sendiri menyediakan pakaian buat Adam (Kej. 3:21). Kemudian Habel, Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub mempersembahkan binatang sebagai jalan menjadi berkenan kepada Tuhan. Dalam Kitab Imamat kita melihat sistem pengorbanan hukum Taurat yang diterapkan selama 1500 tahun. Semua korban menggambarkan korban Anak Domba Allah yang dipersiapkan sebelum dunia dijadikan, sebagai korban yang sempurna dengan darahNya mahal yang menebus kita (1 Pet. 18-21).

Ada lima korban dalam kitab Imamat yang menggambarkan korban yang sempurna, yang lengkap dan yang akan diadakan satu kali untuk selama-lamanya, yaitu persembahan tubuh Yesus di atas salib (Ibr. 10:10).
Semua korban ini tidak boleh dipersembahkan secara sembarang, melainkan harus mengikuti peraturan khusus (Im. 6-7).

1. Korban bakaran.
Ini adalah sebuah korban sukarela yang menggambarkan bagaimana Yesus mempersembahkan seluruh diriNya secara sukarela kepada Tuhan sebagai korban yang sempurna dan lengkap. Korban ini khusus untuk Allah sebagai korban yang harum (Im. 1).

2. Korban sajian.
Korban ini menggambarkan Yesus sebagai manusia yang kudus dan sempurna tanpa cacat atau cela, yang dipersembahkan kepada Tuhan (Im. 2).

3. Korban keselamatan.
Korban ini sebagian ditentukan bagi manusia dan sebagaian bagi Allah. Kita melihat pendamaian antara Allah dan manusia (Im.3).

4. Korban penghapus dosa.
Korban ini menggambarkan Kristus yang menjadi dosa bagi kita (2 Kor. 5:21). Yesus menanggung segala dosa kita dan ditinggalkan oleh Bapa (Mzm. 22; Mat. 27:46).
Korban itu harus dibakar di luar perkemahan (Ibr 13:11-13; Im. 4).

5. Korban penebus salah.
Inilah korban bagi dosa yang dilakukan dengan tidak sengaja tetapi melanggar peraturan Allah. Semua dosa, yang sengaja dan yang tidak sengaja dapat ditutupi oleh darah Kristus (Im. 5).

"Imam"

Mengenai para imam, Tuhan memberi beberapa perintah khusus:

* Kaum Lewi adalah keturunan Lewi, dan harus melayani Tuhan dan rumahNya.

* Para imam adalah keturunan Harun, yang boleh mempersembahkan korban di mezbah.

* Imam Besar adalah satu-satunya imam yang boleh masuk tempat Maha Kudus, sekali setiap setahun.

Imam-imam harus membasuh dirinya, mengenakan pakaian yang ditentukan, dan diurapi dengan minyak. Hal itu menunjukkan bagaimana kita, imamat rajani, juga harus dikuduskan dan diurapi untuk melayani.
Korban binatang harus disembelih, darahnya dicurahkan dan dipercikkan, dagingnya harus dibakar di mezbah untuk memperdamaikan mereka dan bangsa. Dalam hukum-hukum ini kita melihat gambaran pelaksanaan keimamatan. Harun adalah gambaran dan bayangan Yesus sebagai Imam Besar kita, sedangkan para imam menggambarkan kita, orang percaya, sebagai imam-imam (1Pet. 2:9).
Semua hukum ini dilaksanakan supaya kemuliaan Tuhan tampak kepada dan di tengah mereka (Im. 9:6&23).

Apa yang terjadi jika peraturan ini tidak dilakukan dengan tepat? Dua anak Harun, yaitu Nadab dan Abihu melanggar peraturan Allah dengan mempersembahkan api yang asing. Akibatnya mereka mati. Demikian pula di Perjanjian Baru, Ananias dan Safira membawa persembahan kepada Tuhan tetapi mereka berdusta, sehingga mereka juga mati (Kis. 5).
Ini menunjukkan bahwa tanpa kekudusan, kita tidak boleh mendekat kepada Tuhan (Ibr. 12:14). Kita memang dipanggil untuk menjadi kudus dan menyucikan diri dari segala pencemaran jasmani dan rohani (1 Tes. 4:7; 2 Kor. 7:1).

"Pentahiran dan kekudusan"

Bangsa Israel harus hidup kudus supaya dapat menghampiri Allah dan tinggal di antara umat Tuhan. Dalam Taurat, hal itu dinyatakan dalam bentuk pentahiran tubuh, misalnya tentang apa yang boleh dimakan (binatang yang halal atau tahir) dan apa yang tidak boleh dimakan (binatang yang haram dan najis). Ada pula hukum tentang binatang yang menajiskan, hukum mengenai caranya menjadi tahir sesudah melahirkan anak, hukum tentang kusta dan pengeluaran lelehan dari tubuh (Im. 11-15).
Semua ini berbicara tentang pengudusan, demi terjadinya hubungan antara Allah dengan umatNya. Tuhan tinggal di tempat Maha Kudus. Karena itu semua yang menghampiri Ia, harus kudus, baik secara tubuh, jiwa maupun roh.

"Hari-hari raya"

Seluruh bangsa Israel harus merayakan tujuh hari raya, yang menggambarkan kehidupan orang kudus.

Hari raya Paskah menggambarkan kematian Yesus dan keselamatan kita.

Hari raya Roti Tidak Beragi menggambarkan penguburan Yesus dan baptisan air.

Hari raya Hasil Pertama menggambarkan kebangkitanNya.

Hari raya Pentakosta menggambarkan pencurahan Roh Kudus.

Hari raya Peniup Nafiri adalah persiapan bagi kedatangan Tuhan.

Hari Pendamaian menunjukkan hari penyempurnaan Jemaat Tuhan dan hari raya Pondok Daun adalah gambaran kehidupan kita bersama Tuhan untuk selama-lamanya (Im. 23).

Secara khusus dalam Kitab Imamat, dijelaskan tentang hari raya Pendamaian. Hari itu adalah hari terpenting dalam kalendar orang Yahudi. Pada hari itu seluruh Israel dijadikan sempurna tanpa dosa. Hari itu adalah hari satu-satunya di mana Imam Besar masuk ke tempat Maha Kudus. Lembu dikorbankan untuk membasuh dosa para imam dan kambing bagi dosa seluruh umat. Kambing lain dilepaskan dan dibiarkan hidup yang menunjukkan bagaimana Yesus tidak hanya mati bagi dosa kita tetapi Ia juga bangkit dan hidup untuk pengudusan kita (Im. 16).

Selain ketujuh hari raya ini, hari yang khusus adalah sabat. Tahun yang khusus adalah tahun ketujuh, yang menjadi tahun sabat. Perayaan tujuh kali tujuh tahun adalah adalah perayaan tahun Yobel (Im. 25).
Semua sabat ini didasarkan atas perhentian Allah pada hari ketujuh dalam minggu penciptaan (Kej. 2:1-4), dan semua ini akan digenapi dalam hari perhentian orang percaya pada seribu tahun damai (Why. 20:1-6).
Betapa pentingnya prinsip perhentian atau istirahat itu bagi kita! Karena itu, Tuhan mau umatNya melakukan sabat-sabat ini, dan hari perhentian itu tersedia bagi kita yang berusaha masuk ke dalamnya (Ibr. 4:9-11).

"Hukum-hukum"

Dalam pasal 17-27, dijelaskan caranya hidup di dalam kekudusan. Kata kekudusan disebut sebanyak lebih dari 100 kali. Ada ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum korban dan darah, kekudusan seksual, hukum-hukum untuk imam-imam dan yang memelihara Kemah. Ada hukum-hukum mengenai hujat, hukum tanah dan rumah, serta tentang pinjaman dan riba. Ada juga seperangkat hukum tentang perbudakan.
Menurut orang Yahudi, ada 613 hukum dalam Taurat. Semua harus ditaati untuk menjadi berkenan kepada Allah. Namun sayangnya, kenyataannya tidak ada seorangpun yang sanggup melakukan seluruh hukum itu. Ini menyatakan bahwa tidak ada manusia di bumi ini yang sanggup menyelamatkan dirinya sendiri dari hukuman dosa.

"Berkat dan Kutuk"

Pada akhir pemberian Taurat, Bangsa Israel diperhadapkan dengan pilihan antara ketaatan atau pemberontakan. Ada janji berkat untuk ketaatan dan ada hukuman bagi pemberontakan. Janji hukuman tujuh kali masa dijelaskan, sebuah nubuatan yang digenapi dengan 2520 tahun masa orang kafir di mana Bangsa Israel ditindas, dicerai-beraikan dan ditaklukkan oleh penguasa-penguasa orang kafir dari zaman kerajaan Nebukadnezar sampai tahun 1948.

Kitab Imamat ditutup dengan peraturan untuk membayar nazar, penebusan dan perpuluhan (Im. 26-27).

Saat kita mempelajarinya, jelaslah bahwa Kitab Imamat sangat penting bagi kita. Di dalamnya ada petunjuk-petunjuk yang membawa kita kepada Perjanjian Baru sebagai penggenapan hukum Taurat. Segala korban menunjukkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Imamat Lewi menunjukkan imamat rajani, keimamatan segala orang percaya. Hukum-hukum menunjukkan ketidaksanggupan dan kebutuhan manusia akan kasih karunia Allah untuk membawa penebusan. Syukur kepada Tuhan, sekarang kita hidup dalam masa penggenapan dari semua itu. Kita tidak lagi hidup di bawah segala tuntutan Taurat tetapi kita hidup oleh iman dan anugerah di dalam kekudusan melalui Tuhan Yesus Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar