Rabu, 28 Oktober 2015

INTISARI KITAB NEHEMIA

Dalam kitab Ezra sudah kita membaca tentang dua kali pemulangan ke Yerusalem dari Babel, yaitu masing-masing satu kali di bawah kepemimpinan Zerubabel dan Ezra.
Dalam kitab Nehemia, kita akan membaca tentang pemulangan ketiga untuk membangun tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia.
Nehemia tiba di Yerusalem kira-kira 13 tahun sesudah Ezra. Fokus Nehemia adalah pembangunan tembok kota Yerusalem. Pada zamannya, tembok kota dibutuhkan sebagai pertahanan terhadap musuh. Penjaga-penjaga berdiri dan berjalan atas tembok itu untuk berjaga-jaga terhadap para musuh. Juga pintu gerbangnya harus kuat untuk mempertahankan kota itu dan menghalangi musuh yang berusaha masuk. Pada siang pintunya dibuka dan pada malam pintunya ditutup.
Dalam kedua bagian kitab Nehemia, kita membaca tentang kisah ini.
Bagian pertama, yaitu pasal satu sampai pasal enam, berbicara tentang pembangunan kembali tembok Yerusalem.
Bagian kedua, yaitu pasal tujuh sampai pasal tiga belas, membicarakan pengajaran bagi umat.

PEMBANGUNAN KEMBALI TEMBOK YERUSALEM (Neh. 1-6)

Doa Nehemia (Neh. 1).

Nehemia mendengar tentang kesukaran besar dan keadaan tercela Yerusalem dengan tembok yang terbongkar dan pintu gerbang yang rusak. Nehemia berdoa, berpuasa, menangis dan berkabung. Inilah gambaran respons kita terhadap kondisi Rumah Tuhan. Bagaimana hati kita kalau mendengar dan mengerti keadaan Rumah Tuhan, yaitu Gereja milik Yesus Kristus?
Nehemia berdoa dengan mengaku dosanya dan bersyafaat bagi umat Tuhan seperti Ezra (Ezr. 10) dan Daniel (Dan. 9). Hal itu menunjukkan bahwa kegerakan rohani dan pemulihan umat Tuhan akan terjadi kalau ada orang yang mempedulikan kotanya dengan berdoa dan bersyafaat.
Nehemia berdoa siang dan malam selama empat bulan dari  bulan Kislev (Neh. 1:1) sampai bulan Nisan (Neh.2:1).
Nehemia melakukan semua ini karena mengingat janji Allah bahwa jikalau mereka bertobat dan kembali kepada Tuhan, mereka akan dikembalikan kepada tanah perjanjian (Ul. 30:1-5).

Pengutusan Nehemia (Neh. 2).

Nehemia adalah juru minuman Raja Artahsasta di kota Susan, kota tempat tinggal Ester (Est. 1:1-2).
Kemungkinan Raja Artahsasta (artinya "raja yang besar") dan Raja Ahasyweros (artinya “bapa yang terhormat”) adalah satu orang raja yang sama, karena kedua sebutan/nama itu adalah titel saja, bukan nama pribadi. Jika benar demikian, isterinya adalah Ester.
Waktu menyampaikan air anggur kepada Raja Artahsasta, wajah Nehemia terlihat sangat sedih hingga tampak oleh raja itu.
Pada zaman itu, kalau seorang hamba kelihatan sedih atau menimbulkan kesedihan atau kemarahan raja, dia dapat dihukum mati (Est. 4:2).
Namun Artahsasta hanya bertanya mengapa dia sedih dan apa yang dia inginkan. Selesai menjelaskan keadaan Yerusalem, Nehemia minta supaya dia boleh berjalan ke Yerusalem untuk membangunnya kembali, dan permintaannya itu dikabulkan.

Waktu tiba di Yerusalem, Nehemia menyelidiki keadaan tembok yang telah terbongkar dan pintu gerbang yang dimakan api. Dia minta agar orang-orang Yahudi, para imam, para pemuka dan para petugas supaya siap turut membangun kota Yerusalem lagi.
Lalu timbul tiga musuh besar yang tidak senang karena pembangunan kembali Yerusalem. Sanbalat, Tobia dan Gersyem mengejek dan menghina Nehemia.

Pembangunan Tembok (Neh. 3).

Didaftarkanlah seluruh rombongan yang terlibat dalam pembangunan tembok itu dan tempat di mana mereka bekerja. Tidak semua di antara mereka adalah orang penting atau ahli pembangunan, tetapi mereka semua adalah orang-orang yang rela kembali ke Yerusalem, rela melayani Tuhan, dan rela bekerja keras. Mereka dibagikan tugas pekerjaan untuk dilakukan di lokasi yang berdekatan dengan rumahnya masing-masing di antara sepuluh pintu gerbang yang disebut dalam pasal ini. Mereka membangun menara di tembok supaya orang yang berjaga-jaga bisa melihat jika ada ancaman datang dari jauh. Jelasnya, semua orang itu bekerja sama dengan usaha besar dan semangat tinggi hingga tembok itu selesai dibangun dalam waktu 52 hari (Neh. 6:15).
Kita semua juga dipanggil untuk membangun Rumah Tuhan dengan rajin dan setia, dengan melakukan tugas yang diberikan kepada kita masing-masing dan di tempat khusus yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Masalah dari Luar: Musuh menantang (Neh. 4).

Dengan pembangunan yang terjadi, musuh-musuh menjadi marah, sakit hati dan menghina para pembangun. Sanbalat dan Tobia serta orang Arab, Amon dan Ashdod, mengadakan persepakatan dan mau mengacaukan Yerusalem. Tetapi orang Yahudi berdoa dan Nehemia mengadakan persiapan untuk mempertahankan tembok. Mereka bekerja dengan separuh membangun dan separuh memegang senjata (tombak, perisai dan panah dan baju zirah).
Keyakinan Nehemia adalah, “Allah kita akan berperang bagi kita.”

Nehemia sebagai pemimpin yang rajin dan bijak mengurus seluruh pembangunan dan pertahanan Yerusalem. Inilah pemimpin yang kita butuhkan dalam proses pembangunan Rumah Tuhan.

Masalah dari Dalam: Hutang dan Riba (Neh. 5).

Keluhan besar terjadi karena ada orang Yahudi kaya yang meminjamkan uang kepada saudaranya yang miskin, tetapi karena yang miskin itu tidak dapat membayar kembali, yang kaya mengambil tanah dan harta si miskin dan mengambil anak-anaknya untuk dijadikan budak. Nehemia sangat marah dan mengadakan sidang musyawarah besar untuk menegur mereka. 
Dia memerintahkan si kaya untuk melepaskan budak dan mengembalikan tanah serta harta yang diambil dengan melepaskan mereka dari hutangnya. Nehemia sendiri menjadi teladan yang baik untuk semua pemimpin di dalam Rumah Tuhan. Dia menolong orang miskin dengan meminjamkan uang dan memberi makanan tanpa tuntutan. Dia tidak mengambil jatah dari pembagian hak bupati, tidak menguntungkan diri sendiri karena posisi, serta tidak mengambil kesempatan memperkayakan diri.  Malah dia membelanjakan uangnya sendiri untuk meringankan beban atas rakyat supaya menolongnya dan membawa kesejahteraan.

Masalah Lainnya: Surat-surat Intimidasi (Neh. 6).

Para musuh bertindak lagi untuk menghalangi dan menghentikan pekerjaan pembangunan Rumah Tuhan. Di antara para musuh ini ada Sanbalat, Tobia, Gesyem, orang Arab, dan seorang nabiah yang bernama Noaja. Lima kali Sanbalat mengirim surat dengan pesan untuk bertemu Nehemia dengan niat untuk mengintimidasi dia. Tetapi, semua usahanya untuk melemahkan semangat membangun ditolak Nehemia sampai akhirnya tembok-tembok selesai dibangun.


PENGAJARAN UMAT (Neh. 7-13).

Daftar nama orang yang kembali (Neh. 7).

Tembok dibangun dan semua pintu gerbang dipasang. Didaftarkanlah semua orang yang kembali dari Babel. Ternyata ada 42,360 orang Yahudi yang pulang ke Yerusalem.

Firman Tuhan: Ezra membaca kitab Taurat (Neh. 8).

Pada hari pertama bulan ketujuh, nafiri dibunyikan dan seluruh rakyat berkumpul. Pada waktu itu Ezra membaca kitab Taurat dan memberi keterangan/penjelasan sehingga semua orang yang mendengarnya mengerti isinya. Nehemia yang adalah bupati, Ezra yang adalah seorang imam dan ahli kitab, bersama para imam dan orang Lewi, mengajar rakyat. Hari itu adalah hari kudus, hari untuk bersukacita. Sesudah itu mereka merayakan hari raya Pondok Daun, yaitu selama tujuh hari tinggal di pondok dan membaca kitab Taurat.

Pengakuan Dosa (Neh. 9).

Rakyat berkumpul untuk berpuasa dan memisahkan diri dari orang asing. Mereka mengaku dosa, membaca kitab Taurat dan menyembah Tuhan. Ada kegerakan rohani yang besar yang didasarkan pada firman, pengakuan dosa dan penyembahan. Pemimpin bersama-sama menyembah Allah dan menceritakan ulang sejarah Israel sejak zaman Abraham, zaman Israel di Mesir dan bagaimana Tuhan memimpin mereka sampai di Gunung Sinai dan di padang pasir. Mereka mengakui keangkuhan dan pemberontakan bapa-bapa mereka dan mengakui kemurahan Tuhan dan perjanjianNya yang setia kepada mereka. Mereka juga masuk dalam perjanjian yang diperbaharui dengan Tuhan.

Perjanjian dimeteraikan (Neh. 10-11).

Perjanjian itu dimeteraikan oleh semua pemimpin bangsa dan semua rakyat. Mereka menggabungkan diri dengan saudara-saudaranya. Umat itu masuk ke dalam persatuan untuk menjadi taat kepada firman Tuhan, berpisah dengan dunia, menguduskan hari Sabat dan bersiap untuk mempersembahkan korban untuk mengadakan perdamaian. Mereka berjanji untuk membawa hasil yang pertama, membayar perpuluhan kepada orang Lewi dan tidak lagi membiarkan pelayanan Rumah Allah terbengkalai. 
Orang yang tinggal di dalam Yerusalem dan mereka yang tinggal di luar kota Yerusalem, semua didaftarkan.

Tembok ditahbiskan (Neh. 12).

Para imam dan orang Lewi yang datang ke Yerusalem dengan Zerubabel juga dicatat. Tembok ditahbiskan dan dirayakan dengan sukacita. Dua paduan disiapkan atas tembok bersama imam dan para penguasa. Mereka menyanyi dan main alat musik, yaitu ceracap, gambus dan kecapi. Imam-imam meniup nafiri dan menyanyikan kidung dan mempersembahkan korban. Mereka merayakannya dengan sukacita yang besar.

Rumah Tuhan dan Pelayanannya Dibereskan (Neh. 13).

Saat mendirikan kota yang dipulihkan, harus juga diadakan pemberesan dan pentahiran. Semua pelayan harus dikuduskan kembali. Imam besar, Elyasib, ternyata telah mengizinkan musuh Tuhan yaitu Tobia masuk ke dalam Rumah Tuhan dan bahkan tinggal di dalam sebuah bilik besar khusus di dalamnya. Tobia harus diusir dan barangnya harus dibuang dari Rumah Tuhan!
Perpuluhan harus dipulihkan supaya pelayanan dalam Rumah Tuhan dapat dilanjutkan. Perayaan Sabat harus ditetapkan supaya kota itu tetap kudus dan diberkati Tuhan. Mereka yang telah menikah dengan isteri asing juga harus dipisahkan. Pelayanan orang Lewi harus sesuai dengan Taurat Tuhan.

Dalam kitab Nehemia kita menemukan banyak pelajaran tentang pembangunan Rumah Tuhan, antara lain kita belajar bahwa pekerjaan Tuhan memerlukan orang yang punya visi, yang memimpin dengan ketulusan, yang rela menghadapi perlawanan dan ejekan, yang akan tetap berfokus pada hal-hal yang tepat, mengajar firman, berdoa syafaat, hidup dalam pertobatan dan pengorbanan dan selalu berjaga-jaga sementara bekerja membangun rumah Tuhan.

INTISARI KITAB EZRA

"Kisah Kesetiaan Tuhan kepada Orang-orang Buangan"

Kita sudah membaca tentang sejarah semua raja yang memerintah dalam kerajaan Israel dan Yehuda dalam Kitab 1-2 Samuel, 1-2 Raja-raja dan 1-2 Tawarikh.
Sekarang dalam 3 kitab berikutnya, Ezra, Nehemia dan Ester, kita akan membaca sejarah kerajaan Yehuda sesudah pembuangan ke Babel.
Ezra dan Nehemia pada mulanya merupakan satu kitab yang menceritakan pemulangan bangsa Yehuda dari tawanan di Babel dan pembangunan kembali kota dan Rumah Allah. Namun pada kemudian hari, seluruh tulisan itu dipisah menjadi dua kitab. Menurut ahli-ahli Yahudi, kitab-kitab itu ditulis atau dikumpulkan oleh Ezra kira-kira pada tahun 460 hingga 440 SM.
Ezra adalah seorang “khatib”, yaitu seorang ahli kitab yang mahir dalam Taurat Musa.

Ada tiga kitab lain yang ada hubungan dengan kitab Ezra: kitab Ester yang menceritakan peristiwa yang terjadi antara pasal 6 dan 7; serta kitab Hagai dan Zakharia yang merupakan kitab yang ditulis oleh dua nabi yang bernubuat pada zaman pemulangan yang dipimpin Zerubabel itu.
Seperti semua kitab dalam Perjanjian Lama, kitab Ezra ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali dua bagian di antaranya yang ditulis dalam bahasa Aram, yaitu Ezra 4:8-6:18 dan Ezra 7:12-26.
Dua bagian itu merupakan dokumen resmi yang aslinya ditulis dalam bahasa Aram, karena itulah bahasa yang biasa dipakai secara resmi oleh pemerintahan Farsi (Persia) pada waktu itu.

Dalam kitab Ezra ada dua bagian.  Pasal 1 sampai 6 menceritakan pengembalian pertama dari Babel di bawah pimpinan Zerubabel sesuai dengan perintah Koresh sampai Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali dan ditahbiskan pada tahun keenam Raja Darius. Selanjutnya, pasal 7 sampai 10 menceritakan pengembalian yang dipimpin oleh Ezra dan usahanya menguduskan orang Yahudi yang sudah berdosa dengan kawin campur dengan wanita-wanita dari bangsa Kanaan.

Perintah Pembangunan Rumah Tuhan - Ezra 1.

Kitab 2 Tawarikh ditutup dengan perintah Koresh agar orang Yehuda kembali ke Yerusalem dan membangun lagi Rumah Tuhan, dan kitab Ezra mulai dengan perintah yang sama. Hal itu disebut oleh Nabi Daniel sebagai titik mula nubuatan 70 minggu, sebuah nubuatan tentang kedatangan Mesias dan penggenapan rencana Allah (Dan. 9:25).
Nabi Yeremia sudah bernubuat bahwa orang Yahudi akan kembali ke negeri mereka sesudah 70 tahun (Yer. 25:1-11; 29:1-14; Dan. 9:1-2).
Nubuatan itu digenapi secara tepat dan jelas. 

Ada tiga fase dalam pemulangan Yehuda, yaitu fase yang dipimpin Zerubabel, fase yang dipimpin Ezra dan fase yang dipimpin Nehemia.
Kitab Ezra menceritakan dua fase pertama ini. Perintah diberikan oleh Koresh, raja Persia pada tahun 457 SM. Hal itu juga dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, bahwa akan ada seorang raja yang memerintahkan supaya Rumah Tuhan dibangun kembali. Bahkan namanya pun disebut dalam nubuatan itu, yaitu Koresh.  Nubuatan itu disampaikan beberapa ratus tahun sebelum kelahirannya (Yes. 44:28; 45:1-4,13).

Perjalanan Pulang yang dipimpin Zerubabel - Ezra 2.

Perjalanan pulang dari Babel ke Yerusalem yang pertama dipimpin oleh Zerubabel (yang juga disebut dengan nama Sesbazar) dan dikisahkan dalam pasal satu sampai enam. Didaftarkanlah semua orang yang kembali, menurut kota mereka. Juga didaftarkanlah orang-Lewi, para penyanyi, kaum penunggu pintu gerbang, para budak di bait Allah, keturunan hamba Salomo dan orang lain yang tidak tercatat dalam silsilah.

Pembangunan Dimulai - Ezra 3.
Mezbah dibangun dan penyembahan dipulihkan.
Pada bulan ketujuh pada waktu hari raya Pondok Daun, rakyat Israel berkumpul di Yerusalem. Mereka mulai membangun kembali Rumah Tuhan. Pondasi diletakkan dan peletakan ini dirayakan dengan pujian dan penyembahan sesuai dengan petunjuk Daud, dengan nafiri dan ceracap dan nyanyian berbalas-balasan. Mereka bersorak-sorai dengan kegirangan karena dasar rumah Tuhan diletakkan. Tetapi, ada juga yang menangis. Orang-orang tua sedih dan menangis karena mereka ingat kemuliaan rumah Tuhan yang dibangun Salomo dan mereka merasa bahwa Rumah Tuhan yang akan dibangun itu masih jauh di bawah standar dan kemegahan Rumah Tuhan hasil karya Salomo dahulu.

Hambatan terhadap Pembangunan - Ezra 4.
Pembangunan telah dimulai dengan baik, tetapi sesudah beberapa waktu para pekerja mulai mengalami perlawanan dan hambatan yang menghalangi pembangunan.
Ada macam-macam hambatan. Ada musuh yang berkata bahwa mereka mau turut membangun tetapi karena ditolak mulai melemahkan semangat orang Yahudi dan menakuti mereka. Selain itu mereka menyogok penasihat untuk melawan dan menggagalkan rencana mereka. Mereka menulis surat tuduhan terhadap rakyat Yehuda, dengan lima tuduhan: rakyat Yehuda durhaka, mereka tidak akan bayar pajak, raja akan kena cela, mereka selalu mengadakan pemberontakan sejak zaman dahulu dan raja akan kehilangan milik dan kuasa di sebelah barat Sungai Efrat. Karena itu, Raja Artahsasta memerintahkan bahwa pembangunan dihentikan dan akhirnya musuh Yehuda datang dengan kekerasan dan menghentikan pekerjaan pembangunan itu.

Pembangunan Dilanjutkan Kembali - Ezra 5.
Pembangunan dimulai lagi pada tahun kedua masa pemerintahan Raja Darius. Pada waktu itu dua nabi, Hagai dan Zakharia, mulai bernubuat. Nubuatan mereka dicatat dalam kitabnya masing-masing.  Pada waktu rakyat mulai membangun, ada bupati daerah sebelah barat sungai Efrat, namanya Tatnai, yang menantang mereka. Tatnai menulis laporan kepada Darius dan meminta supaya dicari surat perintah dari Koresh yang mengizinkan dan memerintahkan mereka untuk membangun.

Pembangunan Selesai - Ezra 6.

Diselidikilah di perbendaharaan Babel di antara simpanan naskah-naskah, ternyata memang terdapat gulungan dengan perintah Koresh mengenai pembangunan itu. Karena itu, Darius memerintahkan supaya pekerjaan pembangunan diteruskan. Akhirnya, pekerjaan selesai dan Rumah Allah ditahbiskan dengan sukacita, kemudian hari Paskah dan Roti tidak Beragi dirayakan.

* Catatan:
Secara kronologis, kisah Ester terjadi pada masa antara pasal 6 dan 7 dalam kitab Ezra.

Perjalanan Pulang yang Kedua, Dipimpin oleh Ezra - Ezra 7.

Pada zaman Artahsasta raja Farsi, Ezra memimpin rombongan orang Yahudi lain kembali ke Yerusalem. Raja Artahsasta memberikan dia surat dengan perintah supaya mereka kembali ke Yerusalem. Surat itu ditulis dalam Alkitab dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Aram. Diperintahkan supaya segala dana dan kebutuhan disediakan oleh pemimpin di daerah itu dan supaya mereka dibebasan dari pajak. Perjalanan itu memerlukan waktu 120 hari atau empat bulan.

"Daftar Orang-orang yang Kembali"
Pemimpin keluarga yang pulang dengan pimpinan Ezra pun didaftarkan.
Pada waktu mereka memulai perjalanan itu, Ezra melihat tidak ada orang Lewi yang ikut dan dia mencari mereka. Mereka berpuasa dan berdoa untuk perlindungan dalam perjalanan dan akhirnya mereka tiba dengan selamat.

Kasus Perkawinan dengan Wanita Asing/Kafir - Ezra 9.

Dilaporkan kepada Ezra bahwa ada orang dari umat Israel dan imam dan orang Lewi yang sudah mulai kawin dengan orang-orang asing. Benih kudus dicampur dengan penduduk negeri. Ini disebut sebagai dosa dan kesalahan yang besar. Ezra sendiri berdoa, menangis dan mengaku dosa bersama dengan banyak orang. Ezra, seperti Daniel, menjadi imam bagi bangsanya (Dan. 9). Mereka pun bertobat.

Pertobatan dan Pemberesan dari Dosa - Azra 10.

Sementara Ezra berdoa, mengaku dosa dan bersujud, kumpulan jemaah yang besar datang kepadanya. Mereka mengaku kesalahan, perbuatan yang tidak setia dan minta mengikat perjanjian untuk mengusir semua isteri asing itu. Pengumuman disiarkan dan semua orang berkumpul di halaman rumah Allah kemudian mengikat perjanjian dengan Allah. Demikianlah kita melihat betapa pentingnya untuk mempertahankan kekudusan dan tidak bercampur-baur dengan keduniawian.

Kitab Ezra menunjukkan kesetiaan Allah. Dia menggenapi janji-Nya. Dia menggenapi nubuatan.
Ezra mengajar kita juga tentang berkat yang diberikan kepada orang yang membaca, belajar, merenungkan dan mencari Firmannya (Ezr.7:10).
Selain itu, dalam kitab Ezra kita juga melihat kebenaran bahwa akan ada musuh, tantangan dan perlawanan yang akan menghadapi mereka yang mau membangun Rumah Tuhan, bahkan akan ada godaan untuk meninggalkan kekudusan. Dari semua hal ini, marilah kita belajar menjadi seperti Zerubabel dan Ezra dan rakyat Yehuda, yang melihat kesetiaan Tuhan serta tetap bertekad dengan kesetiaan untuk membangun Rumah Tuhan dan mempertahankan kekudusan!

INTISARI KITAB 2 TAWARIKH

2 Tawarikh menceritakan sejarah kerajaan Yehuda sejak zaman Salomo (tahun 970 SM) hingga zaman Zedekia (tahun 586 SM), yang berlangsung selama kira-kira 400 tahun.

Di dalam kitab ini, kita melihat berbagai masalah dan tantangan, kebaikan dan keburukan, kemenangan dan kekalahan, iman dan ketakutan yang dihadapi oleh raja-raja Yehuda. Dari semuanya itu, yang ditegaskan adalah hubungan raja-raja dengan Tuhan, hubungan antara mereka yang dipercaya/diizinkan Tuhan untuk memerintah sebagai raja dengan Tuhan sendiri sebagai Pemerintah yang Tertinggi, melalui peran para imam dan nabi.
Peran para nabi sangat penting di dalam membimbing, mengoreksi dan memberitakan Firman Tuhan kepada raja dan bangsa. Peran para imam penting dalam mengatur penyembahan yang benar. Keduanya ini sangat berperan dalam peran para raja sendiri yang tidak kalah penting, yaitu memimpin bangsa supaya hidup dalam kebenaran, pendamaian dan kemenangan.

Ada dua bagian besar dalam kitab 2 Tawarikh: Pemerintahan Salomo dan Sejarah Raja-raja Yehuda.
Mari kita amati satu per satu.

"Bagian Pertama: Pemerintahan Salomo (2 Taw. 1-9)"

Pada awal pemerintahannya, Salomo pergi ke Kemah Pertemuan Allah, yaitu Kemah Musa di Gibeon, untuk meminta petunjuk Tuhan dan untuk mempersembahkan korban bakaran. Allah menampakkan diriNya kepada Salomo dan memerintahkan agar ia meminta apa saja yang dikehendakinya. Salomo meminta hikmat dan pengertian, supaya ia dapat memimpin umat Tuhan. Karena itu, Tuhan memberikan bukan saja hikmat tetapi juga kekayaan, harta benda, kemuliaan dan kemenangan atas musuhnya. Inilah rahasia keagungan raja Salomo (2 Taw. 1).

Salomo menjadi seorang raja dengan hikmat yang luar biasa, karena doanya yang sangat tepat yang Tuhan kabulkan dengan luar biasa. Di masa hidupnya, ia menulis kitab Amsal, Pegkhotbah dan Kidung Agung.
Tindakan/pencapaian Salomo yang paling penting di masanya adalah pembangunan Rumah Tuhan. Untuk itu, ia mempersiapkan kuli, tukang pahat dan mandor, serta bahan-bahan terbaik, termasuk kayu dari Libanon. Ia membangun Rumah Tuhan di atas Gunung Mora di tempat pengirikan Ornan (2 Sam. 24:18-25; 1 Taw. 21:18-30).

Memang, sejak sebelumnya, Daud sudah mempersiapkan rencana pembangunan Bait Allah (1 Taw. 28:11) dan memberikan seluruh persiapan itu kepada Salomo (1 Taw. 3-4).

Ketika semua bangunan lengkap dan semua pekerjaan selesai, semua barang kudus yang ada di Kemah Musa di Gunung Gibeon dipindahkan dan dimasukkan ke dalam Bait Allah. Salomo mengumpulkan semua pemimpin Yehuda untuk membawa Tabut Perjanjian dari Gunung Sion.  Semuanya terjadi pada hari raya pada bulan ketujuh, yaitu Hari Raya Pondok Daun.
Para imam mengangkut Tabut Perjanjian dan menaruhnya di ruang mahakudus di dalam Bait Allah itu. Pada saat imam keluar dari ruang mahakudus, 120 orang imam dalam paduan suara menyanyikan puji-pujian dan syukur diiringi alat-alat musik seperti nafiri dan ceracap. Tiba-tiba, Bait Allah itu dipenuhi awan kemuliaan dan hadirat Tuhan yang turun, sehingga imam-imam itu tidak dapat tahan berdiri  (2 Taw. 5).

Pada waktu itu, Salomo berkhotbah dengan menjelaskan bagaimana pembangunan Bait Allah, kemudian ia berdoa supaya Tuhan menjawab semua doa yang dipanjatkan dari Bait Allah itu. Setelah ia berdoa, api turun dari surga dan lagi-lagi kemuliaaan Tuhan memenuhi rumah itu. Imam-imam tidak bisa masuk. Semua rakyat berlutut, sujud menyembah dan menyanyikan pujian kepada Tuhan. Tuhan sekali lagi menampakkan diriNya kepada Salomo dan meneguhkan perjanjian Daud. Ia berjanji bahwa kalau anak-anak Daud taat, mereka akan diteguhkan sebagai raja tetapi kalau mereka berbalik dan menolak Tuhan, mereka akan dibuang dan Bait Allah akan diruntuhkan (1 Taw. 6-7).

Namun sayangnya, sesudah itu Salomo mulai berkonsentrasi pada pembangunan rumahnya sendiri. Ia mengadakan program pembangunan berskala besar dan mendirikan sistem administrasi yang efektif.
Ratu Syeba datang mengunjungi Salomo, dan Salomo dapat menjawab semua pertanyaannya dan menunjukkan hikmatnya yang luar biasa serta kemuliaan kerajaannya.
Raja Salomo menjadi sangat kaya dan memerintah atas semua raja dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin, bahkan sampai ke tapal batas Mesir. Inilah daerah paling besar yang pernah dikuasai oleh Israel. Sama seperti Raja Saul dan Raja Daud, Raja Salomo memerintah selama 40 tahun, kemudian ia meninggal (2 Taw. 8-9).

"Bagian kedua: Sejarah Kerajaan Yehuda (2 Taw. 10-36)"

Sesudah pemerintahan Saul, Daud dan Salomo sebagai raja atas seluruh 12 suku Israel, kerajaan itu dibagi dua dan 20 raja silih berganti memimpin kerajaan-kerajaan itu.

Ada raja yang baik, ada yang jahat. Ada raja yang mencari Tuhan dan menyembah dan beribadah kepadaNya, ada yang meninggalkanNya dan menyembah dewa lain. Ada raja yang berharap pada Tuhan, ada yang bersandar kepada manusia. Ada raja yang taat kepada Tuhan, ada yang bergabung dengan musuh-musuh Tuhan. Ada raja yang ditolong dan diberikan kemenangan oleh Tuhan, ada yang dihukum dan dikalahkan oleh musuh-musuh Tuhan itu.
Mari kita lihat kisah raja-raja ini.

'Raja Rehabeam dan Pemisahan Kerajaan'
Anak Salomo, yaitu Rehabeam, menjadi raja yang jahat. Ia menolak nasihat dan permintaan rakyat Israel serta para tua-tua, lalu menuruti nasihat orang-orang muda yang sebaya. Ia memilih jalan untuk memerintah dengan kekerasan. Akibatnya, sepuluh suku Israel memberontak terhadap Rehabeam dan mendirikan kerajaan utara, kerajaan Israel dengan ibu kota Samaria. Namun, banyak imam dan orang Lewi meninggalkan Israel, pindah ke Yudea dan bergabung dengan kerajaan Yehuda. Demikianlah bangsa Israel terpecah! Sejak saat itu, mereka tidak pernah bersatu kembali menjadi satu kerajaan. 
Semuanya bermula dari Rehabeam, yang disebut “...berbuat jahat karena ia tidak tekun mencari Tuhan.” (2 Taw. 10-12).

'Raja Abijah, Asa dan Yosafat'
Raja Abijah berperang dengan Israel hingga Allah memukul kalah Israel dan menyerahkannya ke dalam tangan Yehuda. Di bawah kepemimpinan Abijah, Yehuda menang dalam peperangan karena “Mereka mengandalkan Tuhan, Allah nenek moyang mereka.” (2 Taw. 13).
Raja Asa mencari Tuhan dan mematuhi hukum dan perintah Tuhan. Ia bersandar kepada Tuhan dan maju melawan pasukan Etiopia hingga Tuhan memberi kemenangan. Seorang nabi, Azaraya, menguatkan Asa untuk menyingkirkan dewa-dewa dan mengadakan perjanjian untuk mencari Tuhan. Namun demikian Asa kemudian mengadakan perjanjian dengan raja Siria dan ditegur oleh nabi lain, yaitu Hanani. Sayang, Asa malah memasukkan Hanani ke penjara karena marah terhadap nubuatannya. Pada akhir hidupnya, Asa menjadi sakit dalam kakinya, tidak mencari Tuhan dan mati (2 Taw. 14-16).

Raja selanjutnya adalah Yosafat.
Tuhan menyertai Yosafat karena ia mencari Tuhan dan hidup menurut perintah dan jalanNya. Yosafat mengutus para pemimpin dan orang Lewi untuk mengajarkan rakyat kitab Taurat Tuhan di semua kota Yehuda. Ia menjadi kuat dan membangun benteng-benteng dan kota perbekalan. Namun pada suatu saat, Yosafat pergi dan bergabung dengan Ahab, raja Israel, yang jahat itu, untuk berperang melawan musuhnya. Sewaktu ditanya, Tuhan berfirman melalui seorang nabiNya, Mikha, bahwa Israel akan mengalami kekalahan dan malapetaka. Karena nubuatan yang terdengar tidak baik ini, Mikha dipenjarakan oleh Ahab. 
Akhirnya Ahab memang kalah dan terbunuh, tetapi Yosafat kembali ke Yerusalem dan menetapkan keadilan dan hukum Tuhan.
Sesudah itu, orang-orang Moab, Amon dan Seir datang berperang melawan Yosafat. Yosafat mencari Tuhan, berpuasa, mengumpulkan rakyat di Bait Allah dan berdoa meminta pertolongan Tuhan. Yahaziel, seorang nabi, bernubuat dan menyampaikan petunjuk Tuhan. Semua terjadi sesuai dengan Firman Tuhan. Para penyanyi memimpin pasukan perang dan Tuhan memberikan kemenangan besar di Lembah Pujian.
Kita dapat melihat bahwa selama Yosafat mencari Tuhan, ia mengalami kemenangan, tetapi sewaktu bersekutu dengan orang jahat, ia mengalami kekalahan (1 Taw. 17-20).

Raja Yoram, Ahazia dan Ratu Atalia.
Raja Yoram menikah dengan anak Ahab, Atalia. Ia menjadi raja yang jahat. Nabi Elia mengiriminya surat profetis tentang penyakit dahsyat yang akan dialaminya. Yoram banyak dikalahkan oleh musuhnya dan mati, sesuai dengan perkataan Firman Tuhan (2 Taw. 21).
Anaknya, Raja Ahazia, juga menjadi raja yang jahat. Ia menuruti nasihat ibunya yang jahat dan akhirnya mati dibunuh. Sesudah kematiannya, Atalia memerintah sebagai ratu dan berbuat banyak kejahatan (2 Taw. 22).

Raja Yoas dan Amazia.
Raja Yoas memperbaharui Rumah Tuhan (Bait Allah). Ia meletakkan peti di depan pintu gerbang Rumah Tuhan dan mengundang orang untuk memberi persembahan, supaya Rumah Tuhan dapat diperbaiki. Namun sesudah kematian Yoyada, imam besar sekaligus mentornya, ia kembali beribadah kepada berhala dan meninggalkan Tuhan. Roh Allah menguasai anak Yoyada, Zakharia, dan ia menegur Yoas. Sayangnya, Yoas memerintahkan rakyat melontari dia dengan batu di pelataran rumah Tuhan (2 Taw. 23-24).
Selanjutnya, Yoas digantikan oleh anaknya, Amazia, sebagai raja. Dikisahkan bahwa selama Amazia taat kepada perintah Tuhan yang diterimanya melalui nubuatan nabi, ia menang dalam perang. Tetapi waktu tidak taat, ia menjadi kalah (2 Taw. 25).

Raja Uzia, Yotam dan Ahaz.
Raja Uzia melakukan yang benar. Ia mencari Allah dan selama mencari Allah dia berhasil. Ia menang atas orang Filistin dan orang Ammon. Ia juga melakukan program pembangunan. Namun kemudian, ia menjadi sombong dan berusaha mengerjakan pelayanan seorang imam padahal itu bukan haknya. Akibatnya, dia dihukum dan menjadi sakit kusta (1 Taw. 26).
Selanjutnya, Raja Yotam melakukan yang benar, tetapi rakyatnya melakukan hal yang merusak. Yotam sendiri menjadi kuat karena ia “mengarahkan hidupnya kepada Tuhan” (1 Taw. 27).
Raja Ahaz, raja yang berikutnya, melakukan yang jahat dengan beribadah kepada patung, membakar anak-anaknya dalam api dan melakukan perbuatan yang keji. Karena itu, dia dikalahkan oleh Siria dan Israel. Sementara itu, ia justru meminta pertolongan dari Asyur, menjadi makin tidak setia kepada Tuhan dan makin jahat (1 Taw. 28).

Raja Hizkia.
Hizkia menjadi raja yang baik. Ia menguduskan kembali Rumah Tuhan dan mengikat perjanjian dengan Tuhan. Hizkia mempersembahkan korban, menyiramkan darah pada mezbah dan mengadakan perdamaian bagi bangsa Yehuda. Ia juga memulihkan pujian dan penyembahan, sesuai dengan perintah Daud dan nyanyian Tuhan. Selain itu, ia merayakan Paskah dan Hari Raya Roti Beragi. Ia memberkati semua orang yang berhasrat mencari Tuhan seperti dirinya sendiri. Terjadi sukacita besar di Yerusalem ketika rakyat Yehuda menghancurkan semua berhala dan mezbahnya. Hizkia mengatur rombongan imam dan pelayanannya dan memulihkan pelayanan imamat Tuhan, termasuk Yehuda juga kembali membayar perpuluhan dan persembahan kudus (2 Taw. 29-31).
Kemudian raja Asyur, Sanherib, mengepung kota-kota Yehuda dan bersiap untuk memerangi Yerusalem. Hizkia menguatkan rakyatnya untuk percaya kepada Tuhan. Sanherib menantang mereka dan menulis surat yang mencela dan menghujat Tuhan, Allah mereka. Karena itu, Hizkia dan Nabi Yesaya berdoa.Tuhan mengutus malaikat yang melenyapkan pahlawan-pahlawan tentara Asyur hingga Sanherib kalah dan pulang dengan malu ke negerinya. Hizkia menjadi sakit dan minta hidupnya diperpanjangkan dan Tuhan menjawab doanya. 
Hizkia adalah raja yang pada umumnya baik, menjadi kaya dan menang atas musuhnya (2 Taw. 32).

Raja Manasye dan Amon.
Manasye adalah raja yang jahat yang menyembah berhala dan mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api dengan menyesatkan Yehuda sehingga menjadi lebih jahat daripada bangsa-bangsa lain. Namun pada akhirnya dalam keadaan kalah dan terdesak, ia berdoa kepada Tuhan dan dilepaskan dari musuhnya (2 Taw. 32).
Raja Amon tidak merendahkan dirinya seperti bapanya Manasye, sampai akhirnya dibunuh oleh hamba-hambanya (2 Taw. 33).

Raja Yosia.
Raja Yosia berbuat yang benar dan mulai mencari Tuhan sejak usia muda. Ia menghancurkan berhala, dan menemukan kembali kitab Taurat. Huldah, seorang nabi, dipanggil dan ia bernubuat bahwa karena Yosia sudah menyesal, merendahkan diri dan menangis di hadapan Tuhan, bangsa itu tidak akan ditimpa murka Allah. Kemudian, Yosia memulihkan penyembahan yang benar. Yosia membacakan Taurat Tuhan, merayakan Paskah, mempersembahkan korban, memulihkan pelayanan imam dan pujian penyembahan sesuai perintah Daud. Akhirnya, Yosia mati dalam perang dan semua rakyat serta Nabi Yeremia berkabung (2 Taw. 34-35).

Empat Raja Terakhir.

Yoahas, Yoyakim, Yoyakin dan Zedekia adalah empat raja terakhir dari kerajaan Yehuda. Semuanya jahat dan tidak mencari Tuhan. Yoahas dibawa tawan ke Mesir oleh raja Nekho. Yoyakim dibawa ke Babel oleh Nebukadnezar. Yoyakhin dibawa juga ke Babel.
Zedekia memerintah sebelas tahun di Yerusalem sampai kedatangan Nebukadnezar yang menghancurkan kota dengan mencuri semua harta bendaharanya dan membakar Rumah Allah dan tembok-tembok Yerusalem. Rakyat yang tidak dibunuh dalam serangan itu, dibawa tawan kepada Babel. Semuanya itu menggenapi pesan Nabi Yeremia bahwa tanah Israel akan dikosongkan dan mengalami perhentian selama tujuh puluh tahun sebagai Sabat (2Taw. 36).

Kisah di dalam kitab 2 Tawarikh berakhir tujuh puluh tahun kemudian, ketika dikeluarkan perintah oleh Koresy untuk membawa umat Tuhan kembali ke Yerusalem. Di seluruh kitab ini, kita melihat peran para imam dan nabi untuk membawa pengaruh yang penting bagi kepemimpinan masing-masing raja, sehingga pada akhirnya mendatangkan dampak kepada seluruh bangsa.

INTISARI KITAB 1 TAWARIKH

"1 Tawarikh : Gambaran tentang Kristus dan kerajaanNya"

Dalam kitab 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja, kita sudah mempelajari seluruh sejarah dari permulaan Kerajaan Israel dan Yehuda sampai dengan pembuangan sepuluh suku hingga Kerajaan Israel ke Asyur di bawah kepemimpinan Raja Zedekia dan pembuangan dua suku, hingga Kerajaan Yehuda ke Babel.

Kitab 1-2 Tawarikh kembali menceritakan sejarah Israel dari zaman Adam sampai kepada pembuangan ke Babel. Mungkin hal itu menunjukkan betapa pentingnya agar kita mengenal dan memahami sejarah, khususnya memahami keterlibatan Allah dalam sejarah. Fokusnya adalah sejarah kerajaan selatan, yaitu Yehuda. Dalam kitab ini kita melihat bahwa sungguh Tuhan melibatkan diriNya dalam sejarah manusia.
Menurut tradisi, kitab ini ditulis atau disusun oleh Nabi Ezra sesudah Yehuda kembali dari pembuangan di Babel.
Mari kita lihat masing-masing bagiannya.

Silsilah (1 Tawarikh 1-9).
Susunan silsilah adalah suatu hal yang sangat penting. Dengan silsilah itu, orang Yahudi dapat mengerti dari mana asal mereka dan siapakah mereka sesungguhnya. Silsilah juga dipelihara dalam bentuk catatan tertulis supaya kita dapat melihat bahwa sungguh Yesus Kristus datang dari keturunan Daud dan menjadi bukti bahwa Allah memelihara perjanjianNya, yaitu perjanjian yang diberikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub serta Daud.
1 Tawarikh dimulai dengan silsilah dari Adam sampai Abraham, yang berlangsung selama dua ribu tahun. Dalam pasal pertama, tercatat silsilah bangsa-bangsa dunia. Ada 10 generasi dari Adam sampai Nuh. (lihat Kejadian 5). Dari tiga anak Nuh, yaitu Sem, Ham dan Yafet, lahirlah semua bangsa yang ada.

* Dari Yafet muncul bangsa-bangsa Eropa, yaitu bangsa Barat dan Utara.

* Dari Ham berasal bangsa Kanaan, Mesir, Etiopia, Afrika, yaitu bangsa-bangsa Selatan.

* Dari Sem berasal bangsa Arab dan Israel dan bangsa-bangsa Timur.

Sesudah Nuh, ada 10 generasi lagi sampai lahirnya Abraham. Kemudian dicatat juga keturunan Abraham, yang terdiri dari anak-anak Ismael, anak-anak gundiknya Keturah, dan anak-anak Esau. Orang-orang inilah yang merupakan asal-usul segala bangsa di dunia. (1 Taw. 1).
Dalam tujuh pasal berikutnya, didaftarkan silsilah dari bangsa Israel, umat Tuhan. Dengan itu kita menyaksikan bagaimana Tuhan menghitung dan memelihara umatNya. Israel.
Dari Yakub, muncullah keduabelas suku. Suku pertama yang dicatat adalah Yehuda, suku kerajaan. Sebenarnya Yehuda bukan anak pertama, melainkan yang keempat. Anak pertama Yakub adalah Ruben, yang kehilangan hak kesulungannya karena dosa. Yehuda yang menggantikannya dan menerima warisan sebagai anak sulung. Daud yang dipilih oleh Tuhan untuk memimpin Israel, adalah keturunan Yehuda. Daud memiliki 20 anak, tujuh orang lahir di Hebron dan tiga belas lahir di Yerusalem. (1 Taw. 2).
Keturunan Yehuda yang lain didaftarkan dalam pasal tiga, bersama keturunan Simeon. Sedangkan keturunan Rubin, Gad dan Manasye diterangkan dalam pasal empat dan lima. (1 Taw. 3-5).
Silsilah Lewi yang menjadi suku imamat kemudian juga didaftarkan. Suku Lewi terdiri dari penyanyi-penyanyi dan imam-imam yang mempersembahkan korban dan melayani dalam Bait Allah. Mereka diberi kota-kota khusus di seluruh Israel, termasuk kota perlindungan di mana orang yang kena hukuman mati bisa lari untuk mencari perlindungan. (1 Taw.  6).

Pasal ketujuh meneruskan silsilah Israel dengan Isakhar, Naftali, Manasye, Efrayim, Asyer dan Benyamin. (1 Taw. 7).
Kemudian didaftarkanlah mereka dari suku Lewi yang merupakan penduduk Yerusalem. Mereka terdiri dari para imam, orang-orang Lewi, penunggu pintu, pengurus perkakas ibadah, perabotan, tepung, anggur, serta minyak kemenyan dan rempah-rempah. Ada juga yang mengolah roti atau mengurus roti sajian sedangkan yang lain adalah penyanyi yang sibuk melayani siang malam. (1 Taw 8-9).

Sejarah Kerajaan Daud (1 Tawarikh 10-29).
Bagian kedua dalam 1 Tawarikh berhubungan dengan sejarah. Meskipun sejarah itu sudah kita baca di dalam kitab 2 Samuel, di sini khususnya sejarah kerajaan Daud diceritakan kembali. Kali ini, yang ditegaskan adalah peranan imam dan ibadah kepada Tuhan, serta bagaimana Tuhan memerintah atas kerajaan manusia.
Cerita sejarah ini dimulai dengan kisah tentang raja pertama, yaitu Saul, di mana kematian Saul dan anaknya oleh orang Filistin dijelaskan. Kematian itu terjadi karena Saul tidak setia kepada panggilannya, tidak berpegang pada Firman, serta justru meminta petunjuk dari arwah dan tidak meminta petunjuk Tuhan. (1 Taw. 10).

Raja kedua adalah Daud. Dia diurapi di Hebron sebagai raja dan menjadi gembala bagi Israel.  Semua tua-tua mengurapi dia. Sebagian dari sejarah Daud dikisahkan ulang di sini. Pada mulanya diceritakan tentang serangan dan perebutan kota Sion, yaitu kota Daud yang menjadi lambang pusat kerajaan Allah, kota Allah. Sesudah itu, didaftarkan semua pahlawan Daud. Ditegaskan bahwa Tuhanlah yang memberikan kemenangan besar, bahwa semuanya digerakkan oleh Roh Allah dan bahwa tentara Daud menjadi seperti tentara Allah. (1 Taw. 11-12).
Selain itu, diceritakan kembali tentang pengembalian tabut Allah. Daud memang bermaksud baik, tetapi sayang caranya salah. Mereka berusaha mengembalikan tabut itu di atas kereta baru. Padahal menurut Firman Tuhan, tabut harus diangkat atas pundak imam-imam. Akibatnya ada seseorang bernama Uzza yang meninggal. Daud menjadi takut dan berkata, “Bagaimanakah aku dapat membawa tabut Allah itu ke tempatku?” Karena itu, tabut Allah tinggal di rumah Obed-Edom selama tiga bulan dan membawa berkat kepada keluarganya.
Perlu ditegaskan bahwa tabut Allah menggambarkan hadirat Tuhan di tengah umatNya dan menjadi pusat segala pujian penyembahan dan ibadah. (1 Taw. 13).
Selanjutnya, dikisahkan bahwa kerajaan Daud pun makin ditegakkan hingga Daud membangun istananya di Yerusalem. Ia menghadapi orang Filistin lagi dan dengan petunjuk Allah dia mengalahkan mereka. (1Taw. 14).
Akhirnya, Daud menyiapkan tempat bagi tabut perjanjian. Kemah Daud didirikan dan tabut Allah kembali ke Yerusalem. 
Daud sudah belajar bahwa tabut perjanjian harus dibawa kembali ke rumah Tuhan dengan jalan yang benar. Karena itu ia memanggil imam-imam dan ia mengakui kesalahannya. Karena tidak meminta petunjuk Tuhan dan tidak melakukan apa yang diperintahkan dalam taurat Musa, hukuman Tuhan dilaksanakan.
Daud juga mengumpulkan orang Lewi untuk menjadi penyanyi dan musisi dengan memakai alat musik seperti gambus, kecapi, dan ceracap. 
Daud memakai jubah seperti imam, yaitu baju efod dari kain lenan dan membawa tabut perjanjian Tuhan sampai ke kota Daud. Juga disebut bahwa Mikhal melihat Daud melompat-lompat dan menari-nari dan memandang rendah pada Daud didalam hatinya. (1 Taw. 15).

Tabut Perjanjian kemudian ditempatkan di kemah Daud, yang ditahbiskan sebagai tempat pujian dan penyembahan. Daud menyanyikan nyanyian syukur berdasarkan perjanjian yang diberikan Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Nyanyian itu berbicara tentang kedatangan Tuhan sebagai hakim atas dunia.  Kemudian penyembahan diteruskan siang malam oleh para imam dan banyak mazmur diciptakan dan dicatat dalam kitab Mazmur. (1 Taw. 16).

Perjanjian Daud pun ditetapkan. Allah menyatakan dirinya kepada Daud sebagai Bapa yang penuh kasih setia. JanjiNya diberikan kepada Daud, bahwa kerajaannya akan kekal selama-lamanya. Daud pun memberi respon berupa nyanyian pujian dan penyembahan. (1 Taw. 17).

Selanjutnya, kita dapat membaca bahwa Kerajaan Israel dibangun dan didasarkan atas perjanjian Allah. Tetapi, masih ada musuh-musuh Israel sekelilingnya dan perang terus dilanjutkan. Mereka harus menghadapi orang Filistin, orang Moab, orang Siria, dan orang Amalek.
Pemerintahan Daud sangat rapi dan diatur/disusun dengan baik, sehingga keadilan dan kebenaran terjamin di dalam kerajaannya.  Namun ternyata, peperangan tidak berhenti. Daud juga harus melawan Amon dan Siria dan orang-orang raksasa dari Filistin. Semua musuhnya harus dikalahkan melalui peperangan. (1 Taw. 18-20).
Di pasal berikutnya, kita melihat bahwa walaupun semua sepertinya berjalan dengan baik dalam kerajaan Daud, masih ada lawan yang terutama, yaitu Iblis. Iblis membujuk Daud untuk menghitung orang Israel dan mengadakan sensus. Sumber dari godaan untuk melakukan sensus ini adalah kesombongan. Walaupun Yoab menegur Daud, namun terpaksa Yoab melakukan perintah ini. Karena kejahatan itu, Tuhan menghukum Israel. Penyakit sampar melanda Israel dan tujuh puluh ribu orang mati sebagai akibatnya. Malaikat Tuhan yang mendatangkan maut itu akhirnya berhenti di tempat pengirikan Ornan. Di sana Daud membeli tempat pengirikan itu dan mendirikan mezbah. Tempat itu yang menjadi tempat di mana kemudian dibangun bait Allah, rumah Tuhan. (1 Taw. 21).

Daud memiliki visi dan kerinduan untuk mempersiapkan pembangunan rumah Tuhan. Tuhan juga sudah menyampaikan kepada Daud bahwa karena ia sudah menumpahkan sangat banyak darah, dia tidak akan diizinkan mendirikan rumah Tuhan, tetapi akan ada seorang anak laki-laki yang akan lahir baginya, yang akan membawa keamanan dan akan membangun rumah Tuhan, dan Tuhan akan mengokohkan takhta kerajaannya. (1 Taw. 22).

Di pasal-pasal selanjutnya, nampak jelas bahwa seluruh peraturan kerajaan Daud dipusatkan kepada pelayanan dan ibadah kepada Tuhan. Imam-imam dan semua orang Lewi didaftarkan. Ada dua puluh empat rombongan yang terdaftar, yang kemudian dibagi dalam rombongan menurut keluarganya, untuk melakukan pekerjaan dan menyelenggarakan ibadah di Kemah Pertemuan, yaitu tabernakel Musa yang didirikan di atas Gunung Gibeon. Tugas-tugas mereka juga dijelaskan di pasal-pasal ini. (1 Taw. 23-24).
Selain itu, ada imam-imam yang melayani di Pondok Daud. Mereka ditunjuk sebagai penyanyi dan pemain musik. Pelayanan mereka juga termasuk bernubuat dan menyanyikan nyanyian Tuhan serta mazmur profetis. Daud bertindak sebagai imam dan nabi. 
Ayah-ayah disebutkan memiliki peran penting dalam memimpin dan melatih rombongannya. Kita melihat ada tiga pemimpin utama, yaitu Asaf, Heman dan Yedutun. Mereka mengajar nyanyian Tuhan. Ada 288 orang Lewi yang ditunjuk supaya untuk dua puluh jam sehari selalu ada dua belas imam yang memuji dan menyembah Tuhan. Dibuang undi untuk giliran supaya jangan ada yang melebihi yang lain dalam menjalankan tugasnya tetapi supaya semua punya derajat dan kesempatan yang sama. (1 Taw. 25).
Orang Lewi yang lain juga mempunyai berbagai peran dan fungsinya masing-masing. Ada yang dipanggil sebagai penunggu pintu. Mereka mempunyai tugas melayani di rumah Tuhan dan menjadi penjaga kota. Ada yang lain yang mengawasi perbendaharaan rumah Allah atau menjadi pegawai untuk raja Daud. (1 Taw. 26).
Orang Israel yang terdiri dari kedua belas suku itu juga diatur sebagai pasukan tentara. Setiap suku diberi tugas selama satu bulan dalam setahun. Setiap rombongan berjumlah dua puluh empat ribu orang. Kepala-kepala setiap suku juga didaftarkan dan pegawai lain yang mengawasi persediaan, pekerjaan, binatang di desa dan di kota. Semua ini menunjukkan bahwa kerajaan Daud benar-benar teratur dengan rapi. (1 Taw. 27).
Daud menyelesaikan hidup dan tanggung jawabnya dengan baik. 
Ia mengumpulkan semua pemimpin di Yerusalem dan menganjurkan mereka, terutama Salomo, untuk memelihara segala perintah Tuhan dan membangun rumah Tuhan. Segala rencana bangunan bait Allah yang telah disiapkan Daud diberikannya kepada Salomo. Daud juga memberikannya segala bahan untuk pembangunan. Karena cinta kepada rumah Allah, Daud sudah membuat semua persiapan itu, walau dia tidak diizinkan oleh Tuhan untuk melakukan pembangunan itu sendiri. Kemudian kita melihat bahwa para pemimpin memberi persembahan dengan kerelaan dan sukacita. Daud memuji Tuhan dengan mazmur dan berdoa sambil memerintahkan agar segenap jemaat juga memuji Tuhan. Salomo diurapi sebagai raja dengan korban-korban bagi Tuhan dan pesta makan dan minum bagi umat.


Salomo diurapi menjadi raja menggantikanayahnya. (1 Taw. 28-29).

Demikianlah kita melihat kerajaan Daud, di mana Daud adalah gambaran Kristus sebagai Raja dan Gembala kita. Kerajaannya menggambarkan Kerajaan Allah. Ada begitu banyak pelajaran bagi kita dalam sejarah ini!

INTISARI KITAB ESTER

Kitab Ester, sama seperti kitab Rut, dinamai sesuai dengan nama tokoh utamanya, yang adalah seorang wanita. Sama seperti dalam kitab Rut juga, kita membaca di dalamnya sebuah kisah pengalaman seorang wanita yang memegang peranan penting dalam sejarah bangsa Israel dan rencana Allah.
Kitab ini adalah satu-satunya kitab dalam Alkitab yang tidak menyebut kata/nama Allah sama sekali. Namun, sangat jelas tangan Tuhan bertindak dalam segala peristiwa yang terjadi dalam kitab itu.
Demikian pula yang sewaktu-waktu terjadi di dalam kehidupan kita. Seakan-akan pekerjaan Tuhan tersembunyi, tak kelihatan, walaupun Dia sebenarnya sedang mengerjakan keselamatan dan penebusan bagi kita sebagai umatNya.

Ester hidup di Persia kira-kira 100 tahun sesudah penawanan di Babel. Orang tuanya sudah meninggal dan dia dibesarkan oleh sepupunya, yaitu Mordekhai.
Ditafsirkan bahwa penulis kitab Ester mungkin adalah Mordekhai (Est. 9:20-22; 9:29-31).
Ahli lain berkata bahwa penulisnya mungkin adalah Nabi Ezra atau Nehemia, atau bahwa kedua nabi ini terlibat dalam menyunting dan melengkapi isi kitab Ester.
Kitab ini ditulis antara 460 dan 331, sesudah Raja Ahasyweros I tetapi sebelum Raja Iskandar Agung, dan ditujukan untuk orang Yahudi agar mereka tetap ingat dan mengerti tentang hari raya Purim. Purim adalah hari raya yang merayakan penyelamatan orang Yahudi dari serangan besar, dan dirayakan oleh orang Yahudi sampai hari ini.

Perjamuan Ahasyweros dan perjamuan Wasti (Ester 1-2).

Raja Ahasyweros di Persia mengadakan perjamuan besar bagi semua pembesar dan pegawai di negerinya. Isterinya, Ratu Wasti, juga mengadakan perjamuan bagi kaum perempuan. Pada hari ketujuh perayaan itu, Wasti disuruh datang ke perjamuan Raja Ahasyweros untuk memperlihatkan kecantikannya di hadapan para tamu kehormatan sang raja. Wasti menolak datang dan Ahasyweros menjadi sangat marah, murkanya berapi-api. Orang-orang yang arif bijaksana menasihati raja itu untuk menceraikan isterinya dan mencari seseorang untuk menggantikannya. Gadis-gadis cantik dicari di seluruh negeri itu dan dibawa kepada Ahasyweros untuk dipilih yang terbaik untuk menjadi ratu yang baru.

Perjamuan Ester (Ester 2:16-18).

Ester sebagai gadis cantik juga dibawa kepada istana Ahasyweros di kota Susan. Di sana dia di bawah pengawasan Hegai, penjaga para perempuan. Ester tidak memberitahu siapapun bahwa dia adalah orang Yahudi. Karena kecantikannya dan kelakuan yang baik, dia disukai oleh Hegai yang memperlakukannya dengan sangat baik. Selama dua belas bulan, Ester dipersiapkan dan akhirnya dibawa kepada Raja Ahayweros. Ester dikasihi lebih dari semua perempuan lain dan dia diangkat sebagai ratu menggantikan Wasti. Raja Asyweros mengadakan pesta besar untuk menyambutnya, dan inilah perjamuan Ester.

Persekongkolan untuk membunuh Ahasyweros (Ester 2:19-23).
Mordekhai yang setiap hari berada di depan pintu gerbang istana raja mendengar rencana untuk membunuh Raja Ahasyweros oleh dua sida-sida raja. Mordekhai memberitahukan apa yang didengarnya ini kepada Ester, yang kemudian memberitahukannya kepada Raja Ahasyweros, hingga rencana itu gagal dan dua orang itu digantung di tiang. Peristiwa itu dituliskan di dalam kitab sejarah.

Haman bertindak: Memulai rencana pembantaian orang Yahudi (Ester 3).
Haman adalah pembesar yang dipromosikan atas semua pembesar yang lain. Semua pegawai berlutut dan sujud kepadanya, kecuali Mordekhai saja. Haman menjadi marah sekali, karena dia tahu bahwa Mordekahi adalah seorang Yahudi. Itu sebabnya, direncanakannya untuk menyerang dan membunuh bukan hanya Mordekhai saja, tetapi semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Ahasyweros.
Selanjutnya, dibuanglah undi (Pur – bahasa Persia) di hadapan Haman untuk memutuskan hari dan bulan eksekusi pembantaian orang-orang Yahudi. Hari yang ditentukan adalah tanggal 13 bulan pertama, yaitu Adar, tahun ke 12 dalam pemerintahan Ahasyweros.  Sesudah itu, Haman mendatangi Raja Ahasyweros dan menyampaikan tuduhan bahwa orang-orang Yahudi tidak menaati hukum raja dan mengatakan bahwa mereka perlu dimusnahkan. Dia juga mengajukan anggaran sejumlah sepuluh ribu talenta perak untuk melakukannya. Ahasyweros setuju dengan rencana itu dan memberi sejumlah uang itu kepada Haman. Perintah dan surat-surat pun dikeluarkan untuk melakukannya. Salinan surat itu disampaikan di tiap-tiap daerah, agar semua orang bersiap-siap untuk hari itu. Perintah resmi dari raja Persia itu tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh  siapapun.

Mordekhai bertindak: Menantang Ester (Ester 4).
Mordekhai mendengar berita itu dan “mengoyakkan pakaiannya dan memakai kain kabung dan abu dan berjalan-jalan di tengah kota sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih.”
Semua orang Yahudi pun berkabung, berpuasa dan meratap dengan tangisan di semua daerah. Akhirnya Ester juga mendengar berita itu. Mordekhai menantang dia dan mengingatkan dia bahwa kedudukannya sebagai ratu tidak akan melindungi dan menyelamatkan dia. Tantangnya, “Siapa tahu mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”
Menanggapi tantangan Mordekhai, Ester menyuruh semua orang Yahudi di kota Susan untuk berpuasa selama tiga hari dan tiga malam. Dia siap menghadap raja tanpa raja memanggilnya, meskipun itu adalah suatu tindakan yang berlawanan dengan hukum negara dan dapat menjatuhkan hukuman mati kepada dirinya. Keberanian Ester nyata dalam pengakuannya, “Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”

Ester bertindak: Menghadap Raja (Ester 5).
Sesudah tiga hari puasa massal itu, Ester menghadap Raja. Ternyata Raja berkenan melihat Ester dan menanyakan keinginannya. Ester meminta agar Raja Ahayweros dan Haman menghadiri perjamuannya, yang disiapkan untuk diadakan pada keesokan harinya.
Pada perjamuan itu, Ester ditanya lagi tentang keinginannya. Ester sekali lagi minta kehadiran kedua pria itu di perjamuan kedua pada keesokan harinya lagi.
Haman sangat gembira atas penghormatan berupa undangan dua kali pada perjamuan sang ratu bersama Raja Ahasyweros itu, lalu pulang ke rumah dan menceritakan segalanya kepada isterinya, Zeresh.
Namun Haman masih marah karena Mordekhai karena tidak mau sujud kepadanya. Isterinya mengusulkan pembangunan tiang untuk menyulakan Mordekhai, dan Haman setuju.

Mordekhai dihormati (Ester 6).
Malam itu Raja Ahasyweros tidak bisa tidur. Ia meminta agar dibacakan kitab catatan sejarah kerajaan. Ternyata bagian yang dibacakan adalah kisah peristiwa Mordekhai menyelamatkan nyawa raja dari persekongkolan pembunuhan. Raja bertanya tentang kehormatan apa yang telah diberikan kepada Mordekhai. Karena ternyata tidak pernah ada ganjaran atas kebaikan Mordekhai, raja itu ingin melakukan sesuatu. Kebetulan pada saat itu, Haman masuk untuk minta supaya Mordekahi disulakan atas tiang yang dipersiapkan. Sebelum dia sempat memintanya, Raja Asyweros melihat Haman dan menanyakan kepadanya apa yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan untuk menghormatinya. Haman berpikir bahwa pasti orang itu adalah dirinya sendiri. Maka, dengan bangga dia meminta supaya orang itu diberi pakaian raja dan dinaikkan di atas kuda raja yang dipermahkotakan dan dipimpin berjalan ke seluruh benteng Susan sambil diproklamirkan “Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya.”
Terkejutlah Haman waktu disuruh melakukan hal itu untuk Mordekhai! Betapa marah dan malunya dia!

Haman dieksekusi (Ester 7).
Haman diantarkan kepada perjamuan Ester yang kedua. Untuk ketiga kalinya, Raja Ahayweros bertanya kepada Ester apa keinginannya. Ester langsung meminta penyelamatan kehidupannya dan kehidupan bangsanya yang ditentukan untuk kebinasaan. Dia menunjuk Haman sebagai penganiaya dan musuh yang jahat. Raja kaget dan marah sekali. Dia keluar dari ruangan itu. Haman memohon nyawanya dan jatuh berlutut di hadapan Ester. Raja kembali dan melihat Haman sujud di hadapan Ester. Langsung Raja Ahasyweros memerintahkan agar dia dibunuh dengan digantung atas tiang yang dipersiapkan untuk menyulakan Mordekhai.

Orang Yahudi diselamatkan (Ester 8).
Perintah raja tidak dapat dibatalkan, namun Raja Ahasyweros memberi kuasa kepada  Mordekhai dan Ester untuk menulis surat baru yang memberi hak kepada semua orang Yahudi untuk membela dirinya dan membinasakan musuhnya. Salinan surat itu diedarkan di seluruh kerajaan.

Orang Yahudi membinasakan penganiaya-penganiayanya (Ester 9).
Orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka. Pada bulan Adar, bulan kedua belas, pada hari yang ketiga belas, orang Yahudi berkumpul dalam kampungnya untuk membunuh musuh-musuhnya.
Sementara itu, Mordekhai sudah menjadi pembesar. Di benteng Susan, 500 orang dibunuh dan anak Haman dibunuh. Musuh dibantai oleh orang Yahudi tetapi rampasan tidak diambil oleh mereka.
Pada keeseokan harinya, Ester ditanya lagi oleh Raja Ahasyweros tentang apa yang menjadi permintaannya. Ester meminta satu hari lagi untuk menyelesaikan pembalasan terhadap musuhnya dan permintaan ini disetujui oleh raja. Karena itulah, pada hari keempat belas 300 orang lagi dibunuh di Susan. Di seluruh daerah kerajaan itu, 75.000 musuh orang Yahudi dibunuh, dikalahkan dan dibinasakan.
Juga pada hari keempat belas, semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Ahasyweros mengadakan perjamuan sukacita. Perayaan kemenangan itu penuh sukacita dan diwujudkan dalam bentuk perjamuan besar.

Sampai di sinilah kisah di dalam kitab Ester ditulis oleh Mordekhai. Bagian-bagian selanjutnya ditulis oleh Nabi Nehemia atau Ezra. Hari raya Purim ditetapkan sebagai perayaan untuk orang Yahudi selama turun temurun sampai hari ini.  Dua hari, yaitu tanggal 13 dan 14 pada bulan Adar, yaitu bulan kedua belas, harus dirayakan setiap tahun untuk mengingat peristiwa sejarah itu. Surat keputusan pun diedarkan di seluruh 127 daerah di wilayah kerajaan Ahasyweros.

Pemerintahan Ahayweros dan Mordekhai (Ester 10).
Mordekhai tetap menjadi orang kedua di bawah Raja Ahasyweros dan disukai banyak orang. Dia bekerja untuk kebaikan dan keselamatan semua orang baik orang Yahudi maupun semua orang di seluruh kerajaan Ahasyweros menikmati hari raya Purim dirayakan dan mengingat penyelamatan besar yang terjadi.

Kita dapat belajar dari kitab Ester bahwa Tuhan senantiasa berkuasa dan setia. Dia akan melindungi umatNya walaupun mereka mengalami penganiayaan dan serangan dari musuh. Kita juga belajar bahwa kita membutuhkan orang-orang  seperti Mordekhai dan Ester yang siap memperjuangkan keselamatan manusia dari kehancuran yang direncanakan Iblis.

INTISARI KITAB 1 RAJA-RAJA

"PELAJARAN DARI SEJARAH BANGSA ISRAEL"

Sejauh ini, ada beberapa pendapat mengenai siapa penulis kitab kedua kitab Raja-raja sebenarnya. Menurut tradisi Yahudi, penulisnya adalah Nabi Yeremia, yang hidup dari zaman Raja Yosia sampai zaman Raja Zedekia waktu Yehuda dibuang ke Babel. Ada pihak-pihak lain yang berkata bahwa kitab ini ditulis oleh Nabi Yesaya, berdasarkan persamaan antara kitab Raja-raja dan kitab nabi itu (bandingkan 2 Raja-raja18-20 dengan Yesaya 36-39).
Namun juga ada para ahli yang menafsirkan bahwa Ezralah yang sudah mengumpulkan sejarah raja-raja ini.

Seluruh kisah sejarah ini memang penting untuk dicatat dan dipelajari sampai ke zaman-zaman berikutnya, dan itulah sebabnya kita dapat melihat bahwa kitab Raja-raja juga disebut dalam Perjanjian Baru.
Yesus menyebut tentang Ratu Syeba yang datang dari ujung bumi untuk melihat Salomo dan juga tentang masa kelaparan pada zaman Elia (Mat. 12:42; Luk. 4:25-26).
Paulus berbicara tentang bagaimana Elia merasa bahwa dialah nabi satu-satunya yang tertinggal (1 Raj. 19:14;Rm. 11:2-4).
Juga Yakobus menyebut tentang hasil doa Elia saat hujan tidak turun di bumi selama tiga tahun enam bulan (1 Raj. 17:1 & 18:1; Yak. 5:17).

Sebenarnya dulu 1-2 Raja-raja merupakan satu kitab saja. Di kemudian hari barulah kitab itu dipisahkan menjadi dua kitab.
Di dalamnya kita dapat membaca sejarah kerajaan Israel dan Yehuda dari masa Salomo sampai pada kesudahan kedua kerajaan itu.

Kisah dalam 1 Raja-raja dimulai kira-kira pada tahun 1000 SM dan selesai pada pertengahan abad ke-9 SM, suatu masa yang berlangsung selama 120 tahun.
Kitab 2 Raja-raja meneruskan sejarah Israel dan Yehuda sampai kira-kira tahun 606 M.
Dalam kitab ini kita terus mempelajari sejarah Bangsa Israel.
Kitab 1-2 Samuel menceritakan kisah dua orang raja, yaitu Saul dan Daud, dan tentang kerajaannya. Kitab 1-2 Raja-raja menceritakan kisah semua raja-raja lain dari dua kerajaan, yaitu Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel, sampai kerajaan itu bubar.
Kitab 1 Raja-raja ini menceritakan sejarah Salomo dan lima raja Yehuda yang pertama yaitu Rehabeam, Abiam, Asa, Yosafat dan Yehoram. Juga dalam 1 Raja-raja diceritakan tentang sejarah delapan raja Israel: Yerobeam, Nadab, Baasha, Elah, Zimri, Omri, Ahab dan Ahazia.
Walaupun sebagian raja Yehuda baik, ternyata semua raja Israel adalah orang jahat yang meninggalkan Tuhan, menyembah berhala, mengalami kegagalan dan membawa bencana atas bangsanya. Dalam kitab ini juga kita dapat membaca sejarah nabi-nabi. Nabi-nabi merupakan juru bicara Tuhan untuk menyampaikan FirmanNya kepada raja-raja dan bangsa.
Natan adalah nabi yang dipanggil oleh Daud untuk mengurapi Salomo sebagai raja Israel (1 Raj. 1).
Ahia adalah nabi yang bernubuat kepada Yerobeam mengenai pemisahan kerajaan Israel dan Yehuda (1 Raj. 11).
Nabi lain yang bernama Yehu bernubuat tentang hukuman raja Baasa karena kejahatannya (1 Raj. 16).
Nabi yang terutama yang dikisahkan adalah Elia, yang bertarung dengan imam-imam Baal dan menunjukkan kuasa Allah secara dramatis (1 Raj.18).

Pemerintahan Salomo (1 Raj. 1-11).
Daud mengakhiri kehidupannya dengan berbagai masalah. Ia sakit dan menderita. Lagipula salah satu anaknya, Adonia, memberontak dan ingin menjadi raja, hingga Daud harus bertindak untuk mengangkat Salomo sebagai penggantinya (1 Raja 1-2).
Pemerintahan Salomo berlangsung selama 40 tahun. Anak Daud ini adalah raja ketiga yang memerintah atas kerajaan Israel Raya yang terdiri dari keduabelas suku Israel.
Pemerintahan Salomo menjadi pemerintahan yang paling jaya dalam sejarah Israel. Salomo berdoa meminta hikmat dan Tuhan memberikan hikmat dan kekayaan. Kerajaannya ditandai dengan kekayaan, kemakmuran dan hikmat. Hikmatnya nyata secara luar biasa, contohnya di dalam kasus di mana ia harus menentukan siapa antara dua ibu yang mengaku melahirkan dan memperebutkan satu orang bayi yang sama (1 Raj. 3-4).
Salomo membangun bait Allah atas petunjuk Daud. Tabut Perjanjian dibawa dari Sion dan ditempatkan di dalam tempat maha kudus di Bait Allah. Pada waktu ditahbiskan, Bait Allah itu dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Hal itu menggambarkan rumah Allah sejati, yaitu jemaat Kristus, TubuhNya, yang akan dipenuhi dengan hadirat dan kemuliaan Allah. Salomo yang mendirikan Bait Allah ini juga menggambarkan Kristus sebagai Raja Damai yang penuh hikmat, pengetahuan dan kekayaan yang memerintah atas kerajaan yang penuh damai, sukacita dan sentosa (1 Raj. 5-9).
Bangsa-bangsa kagum atas hikmat, kekayaan dan kemuliaan kerajaan Israel di zaman pemerintahan Salomo, sampai Ratu Syeba yang mendengar kabar itu pun datang dari ujung bumi untuk menyaksikannya (1 Raj. 10).
Hal itu menggambarkan bahwa bangsa-bangsa non Yahudi akan berbondong-bondong datang mencari Tuhan pada akhir zaman.

Sayangnya, Salomo gagal dalam ketaataan dan ibadah dan kesetiaannya kepada Tuhan. Pada akhir hidupnya, Salomo meninggalkan Tuhan. Ia mencintai banyak perempuan asing dan punya banyak isteri sampai hatinya meninggalkan Tuhan dan ia jatuh dalam penyembahan berhala. Namun, dia tetapi dikenal karena hikmatnya yang luar biasa. Salomo yang berhikmat luar biasa inilah yang kemudian menulis Kitab Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung (1 Raj. 11).

Sejarah Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel sesudah Pemisahan (1 Raj. 12-22).
Karena Salomo tidak berpegang teguh kepada perjanjian dan ketentuan Tuhan, bencana terjadi dan Kerajaan Israel terpecah menjadi dua kerajaan.
Kerajaan Yehuda terdiri dari suku Yehuda, suku Benyamin dan separuh suku Lewi. Lokasinya ada di sebelah selatan Israel dengan ibu kotanya Yerusalem. Rehabeam sebagai anak Salomo keturunan Daud menjadi rajanya yang pertama. Rehabeam mengabaikan nasehat para tua-tua untuk menjadi hamba yang melayani rakyatnya dan memilih memerintah dengan keras dan bengis atas umat Tuhan. Akibatnya, terjadi pemberontakan dan hanya Yehuda serta Benyamin yang tetap ada di bawah pemerintahan Rehabeam.
Suku-suku lain membentuk Kerajaan Israel, yang terdiri dari sepuluh suku yang menduduki daerah di sebelah utara dengan Samaria sebagai ibu kotanya. Kesepuluh suku itu pada mulanya menobatkan Yerobeam sebagai raja mereka. Namun ternyata Yerobeam mengubah segala ketentuan Tuhan tentang penyembahan dan mendirikan ibadah baru. Penyembahan Allah diganti dengan penyembahan dua lembu emas. Bait Allah di Yerusalem diganti dengan kuil di Dan dan Birsyeba. Imamat Lewi diganti dengan para imam dari suku lain. Hari raya Tuhan diganti dengan hari raya bulan kedelapan. Semua tindakan itu berlawanan dengan ketentuan Tuhan dan merupakan ibadah yang jahat (1 Raj. 12).
Rupanya semua kejahatan ini tidak berhenti begitu saja. Bukan hanya raja-raja yang meninggalkan jalan Tuhan. Keadaan nabi-nabi juga menyedihkan! Seorang nabi tua menipu dan seorang nabi muda tidak taat kepada Tuhan.
Apa yang terjadi sebagai akibatnya? Seluruh rakyat mengalami dampak kehancuran karena pemimpin-pemimpin yang tidak setia dalam memegang perintah dan perjanjian Tuhan (1 Raj. 13).

Di kerajaan Israel, Yerobeam tidak setia kepada Tuhan. Ia pun kehilangan kerajaan. Tuhan menyatakan murkanya atas raja dan rakyat. Seorang nabi, Ahia, bernubuat bahwa kalau terus dilakukan kejahatan, Israel akan akan ditimpa malapetaka, dihajar, disentakkan dari tanah mereka dan diserakkan ke seberang sungai Efrat (1 Raj.14).
Di kerajaan Yehuda sesudah Rehabeam, ada raja yang baik dan ada yang jahat. Abiam berbuat dosa. Namun anaknya, Asa, melakukan yang benar dan percaya kepada Tuhan hingga diberikan kemenangan, walaupun pada akhir hidupnya dia percaya kepada dirinya sendiri dan bersandar kepada kekuatannya lalu kemudian menjadi sakit. Selama masa itu ada perang terus-menerus antara Israel dan Yehuda. (1 Raj. 15-16).

Ahab dan Pelayanan Elia (1 Raj. 17-22)

Di kerajaan Israel pada zaman Raja Ahab, muncul seorang nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa, yaitu Elia. Elia mendeklarasikan masa kemarau di mana tidak akan ada embun atau hujan selama bertahun-tahun karena kejahatan Israel, namun Elia sendiri dipelihara Tuhan di tepi sungai di mana ia diberi makan oleh burung-burung gagak dan kemudian oleh seorang janda dengan mujizat dalam bentuk tepung dan minyak yang tidak pernah berkurang. Saat anak janda itu mati, anak itu dibangkitkan kembali oleh Elia. Kemudian Elia diperintahkan untuk membawa berita lagi kepada Raja Ahab bahwa hujan akan turun. Elia juga menyuruh agar dikumpulkan semua nabi Baal di gunung Karmel. Elia menantang Bangsa Israel, “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.”
Rakyat Israel tidak mau menjawab tantangan ini. Konfrontasi besar pun terjadi antara Elia dan imam-imam Baal, sampai Tuhan mengirim api dari sorga untuk menyatakan kepada Israel bahwa Dialah satu-satunya Allah yang sejati. Akhirnya seluruh Israel mengakui bahwa sungguh Tuhan adalah Allah, kemudian Elia membunuh semua nabi Baal (1 Raj. 17-18).
Sayangnya, Elia sendiri adalah manusia yang lemah dan dengan ketakutan dan rasa kecewa. Ia lari dengan penuh ketakutan dari Izebel, isteri Raja Ahab. Tuhan sendiri akhirnya menyatakan diri secara pribadi kepada Elia saat ia sedang bersembunyi di dalam gua. Angin kencang datang, kemudian gempa bumi, dan kobaran api. Tuhan tidak ada di dalamnya. Sesudah semua berlalu Tuhan menyatakan diri kepada Elia melalui angin sepoi-sepoi basa. Akhirnya Elia siap mendengar suara Tuhan. Tuhan memberi tugas yang baru dan penting kepada nabiNya yang lemah ini. Ia menyuruh Elia mengurapi seorang raja atas Siria, seorang raja atas Israel dan seorang nabi baru, yaitu Elisa (1 Raj. 19).
Raja Aram (Siria), Benhadad, datang dengan tentaranya untuk menantang dan menghantam Bangsa Israel dan melawan Allah. Tuhan menolong Ahab dan tentara Israel sampai mereka dua kali mengalahkan Siria menurut perkataan seorang nabi. Tetapi Ahab tidak menyelesaikan tugasnya. Dia ditegur oleh seorang nabi namun malah menjadi marah. Ia juga menjadi kesal dan gusur karena tidak dapat memperoleh sebuah kebun yang diingininya. Ia mengikuti nasehat isterinya yang jahat, Izebel, untuk mengatur komplotan sampai pemilik kebun itu, Nabot, dilempari batu sampai mati dan kebunnya dapat dirampas. Karena itu, Elia menubuatkan malapetaka yang akan datang atasnya. Ahab adalah raja yang mengalami kebaikan Tuhan tetapi tidak setia kepadanya (1 Raj. 20-21).

Kitab ini selesai dengan kisah pertemuan dua raja. Yosafat raja Yehuda datang untuk bertemu dengan Raja Ahab dari Israel. Mereka bersepakat untuk bekerja sama melawan Siria. Namun persatuan mereka tidak berhasil karena tidak didasarkan pada Firman dan kebenaran Tuhan secara bulat. Yosafat ingin mencari Firman dan petunjuk Tuhan, tetapi Ahab ingin mendengarkan nasehat nabi-nabi palsu. Akibatnya, Ahab dibunuh dan Firman Tuhan digenapi (1 Raj. 22).

Demikianlah kita dapat memperoleh banyak pelajaran dari sejarah Israel dan kisah raja-rajanya. Kita melihat bahwa inti dari semua peristiwa adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Kita menyaksikan penyembahan berhala dan ibadah sejati kepada Tuhan, pemberontakan dan ketaatan, kekalahan dan kemenangan, hukuman dari Allah dan pertolonganNya, baik dari pihak para raja maupun dari rakyat secara keseluruhan.

INTISARI KITAB 2 RAJA-RAJA

Kitab Raja-raja yang kedua melanjutkan kisah Kitab Raja-raja yang pertama. Sejarah Kerajaan Israel, yang terdiri dari sepuluh suku di sebelah utara, dan sejarah Kerajaan Yehuda, yang terdiri dari dua suku di sebelah selatan, dilanjutkan dalam kitab itu. Kitab itu menceritakan sejarah selama kira-kira 300 tahun dari pengangkatan Elia sampai kepada kejatuhan Yehuda. Di dalamnya kita dapat membaca sejarah pemberontakan dan dosa kedua kerajaan itu yang akhirnya membawa mereka kepada kehancuran. Kerajaan Israel dibawa sebagai tawanan oleh Asyur dan lenyap dari sejarah. Kerajaan Yehuda dibawa sebagai tawanan oleh Babel selama tujuh puluh tahun. Kisah-kisah ini merupakan pelajaran mengenai akibat dosa, ketidaksetiaan, dan pemberontakan kepada Allah dan perjanjianNya.

Pelayanan Nabi Elisa - 2 Raj. 1-8.

Di pasal-pasal ini, kita membaca lagi mengenai peran nabi-nabi di antara umat Tuhan, khususnya Nabi Elisa. Nabi-nabi bertugas untuk menyampaikan berita tentang dosa, kebenaran dan hukuman. Mereka memberi peringatan supaya umat Tuhan tetap taat dan setia kepada Tuhan. Elia dan Elisa merupakan dua nabi yang melayani Kerajaan Israel. Mereka tidak menulis kitab, tetapi mereka melakukan banyak mujizat sebagai tanda bahwa Allah memperhatikan umatNya.
Kita sudah mempelajari tentang Nabi Elia dalam kitab Raja-raja yang pertama. Dalam kitab berikutnya ini, Nabi Elisa yang menggantikannya.

Kitab Raja-raja yang kedua dimulai dengan konfrontasi antara Elia dan raja Israel yang bernama Ahazia. Sesudah itu, Elia menyelesaikan pelayanan di bumi. Elia memerintahkan Elisa untuk tinggal di Betel, sedangkan ia sendiri akan berjalan ke Yerikho. Elisa tidak mau tinggal. Dengan keteguhan hati, ia tetap mengikut Elia dari Betel ke Yerikho sampai ke Sungai Yordan. Walaupun selalu disuruh kembali, ia tetap berkata, “Demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.”
Walaupun juga ada rombongan para nabi yang berusaha melemahkan semangatnya, Elisa tetap mengikut Elia, termasuk hadir dan menyaksikan saat pengangkatan Elia dalam kereta berapi dengan kuda berapi dalam angin badai. Karena keteguhan dan kesetiaannya itulah, ia menerima dua bagian dari roh Elia dan jubah Elia jatuh kepadanya. Ini terbukti karena meski Elia melakukan tujuh mujizat tetapi Elisa tercatat melakukan 14 mujizat (2 Raj. 1-2).
Beberapa di antara mujizat yang dilakukannya itu adalah peristiwa di mana air yang tidak baik disehatkan dengan garam (1 Raj. 2:19-22), multiplikasi minyak untuk seorang janda (2 Raj. 4:1-7), kebangkitan anak perempuan Sunem (2 Raj. 4:8-37), kuali masakan beracun yang disehatkan (2 Raj. 4:38-41), multiplikasi makanan kepada seratus orang (2 Raj. 4:42-44), penyembuhan Naaman dari sakit kusta (2 Raj. 5), kapak yang timbul mengapung (2 Raj. 6:1-7), dan tentara Siria yang dibutakan (2 Raj. 6:8-23).

Bagaimana dengan dampak dari apa yang Elisa lakukan?
Sebagai hasil dari pelayanan Elisa, tercatat bahwa Israel mendapat kemenangan atas Siria (2 Raj. 6:24-7:20) dan perempuan yang anaknya dihidupkan kembali menerima keadilan sampai segala hak miliknya dikembalikan kepadanya.

Pembalasan Kejahatan Raja Ahab - 2 Raj. 9-10.

Pelayanan Elia terjadi dalam zaman pemerintahan Yoram, anak Ahab, atas Israel. Elisa menyuruh seorang nabi untuk mengurapi Yehu sebagai raja Israel untuk mengganti Yoram. Yehu diangkat untuk membalaskan segala kejahatan Ahab. Yehu membunuh Ahazia, raja Yehuda. Ia membunuh Izebel, isteri Ahab, sampai genap nubuatan Elia bahwa anjing akan makan daging tubuh Izebel dan mayatnya akan terhampar seperti pupuk (2 Raj. 9:30-37).
Raja Yehu juga memerintahkan supaya 70 anak Ahab semua dibunuh. Kepala-kepalanya dipotong dan ditaruh ke dalam keranjang. Semua orang yang tinggal dari raja Ahab dibunuh. Bukan hanya itu, Yehu juga membinasakan semua orang yang beribadah kepada Baal dan merobohkan rumah Baal sampai penyembahan Baal punah di Israel. Sepertinya Yehu berhasil membela nama Tuhan dan membawa pembalasan kepada orang yang jahat. Namun walau demikian, Yehu sendiri tetap menyembah anak-anak lembu emas yang ada di Betel dan Dan, dan ia tetap hidup dalam dosa. Meskipun dipakai Tuhan, ia sendiri ternyata tidak hidup sesuai dengan kebenaran Tuhan. Hal itu menjadi peringatan bagi kita yang melayani Tuhan di masa kini (2 Raj. 10:8-36).

Raja-raja Kerajaan Yehuda yang baik dan yang jahat - 2 Raj. 11-12.

Sesudah kematian raja Yehu, Atalya, ibu Ahazia, bermaksud membunuh semua keturunan raja. Semua dibunuh kecuali Yoas, kemudian Atalya mengambil alih dan memerintah selama enam tahun sebagai Ratu yang jahat, tetapi akhirnya dia juga dibunuh dan Yoas menggantikannya (2 Raj. 11).
Yoas adalah raja yang baik. Ia memberi perintah supaya bait Allah diperbaiki. Ia mengumpulkan uang dari masyarakat supaya bait Allah dapat diperbaiki (2 Raj. 12).

Raja-raja Kerajaan Israel yang semuanya jahat - 2 Raj. 13-16.

Sebaliknya, raja-raja dari Kerajaan Israel semua melakukan apa yang jahat. Raja Yoahas karena kejahatannya diserahkan ke dalam tangan Hazael, raja Aram, dan anaknya, Ben Hadad. Walaupun kemudian ia memohon belas kasihan Tuhan dan dilepaskan, ternyata ia tetap menyembah berhala. Sesudah kematiannya, Yoas anaknya, pun tetap berbuat jahat. Dalam masa pemerintahannya, Elisa sudah wafat (2 Raj. 13).
Mujizat terakhir dalam pelayanan Elisa terjadi saat mayat yang dicampakkan ke dalam kuburnya dan terkena tulang-tulangnya langsung menjadi hidup kembali dan bangkit berdiri (2 Raj. 15:20-21).
Di masa hidupnya, walaupun Elisa sudah menyampaikan Firman Tuhan dan melakukan banyak mujizat, ternyata semua raja di Israel tetap jahat. Amazia tidak mau mendengarkan Firman Tuhan. Yerobeam II yang memerintah di Israel juga berbuat jahat. Azarya berbuat baik namun tetap mengizinkan penyembahan berhala di bukit-bukit pengorbanan dan sebagai akibatnya ia menjadi sakit kusta sampai kematiannya. Zakharia juga berbuat jahat dan dibunuh. Shallum juga dibunuh. Menahem melakukan kejahatan, dan sesudahnya Pekahya dan Pekah pun melakukan yang sama (2 Raj. 14-15). Demikianlah semuanya berbuat jahat.

Pembuangan Kerajaan Israel ke Asyur - 2 Raj. 17.

Raja terakhir dari Kerajaan Israel adalah Hosea. Ia juga melakukan yang jahat dan akhirnya seluruh kerajaan itu masuk dalam pembuangan ke Asyur.
Mengapa? Mereka semua sudah berdosa kepada Tuhan, menyembah allah lain, hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa Kanaan (kafir), menjalankan hal-hal yang tidak patut terhadap Tuhan dan mendirikan bukit-bukit pengorbanan, tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala lalu beribadah kepada berhala-berhala itu.
Walaupun nabi-nabi datang kepada mereka dan memanggil mereka untuk bertobat, mereka tidak mau mendengarkan. Mereka menegarkan tengkuknya, tidak percaya kepada Tuhan, menolak ketetapanNya dan mengikut dewa bangsa-bangsa lain. Tuhan akhirnya menolak keturunan Israel dan menyerahkan mereka ke dalam tangan Asyur dan menjauhkan orang Israel dari hadapanNya.
Asyur sudah membawa orang dari daerah Babel dan menggantikan orang Israel hingga mereka menduduki Samaria. Sayangnya, orang-orang itu tetap berbuat sesuai dengan adat yang dahulu dan tidak berbakti kepada Tuhan dan tidak berbuat sesuai dengan hukumnya (2 Raj. 17).

Pemerintahan Raja Hizkia - 2 Raj. 18-20.

Sebelum Kerajaan Israel dibuang, Hizkia menjadi raja di Yehuda. Ia adalah raja yang benar yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, meremukkan tugu berhala, menebang tiang-tiang berhala dan menghancurkan ular tembaga dari zaman Musa yang sudah dijadikan berhala.
Hizkia percaya dan berpaut kepada Tuhan dan berpegang kepada FirmanNya. Karena itu, Tuhan menyertainya hingga ia dapat mengalahkan orang Filistin dan dibebaskan dari orang Asyur tetapi pada zaman itu Kerajaan Israel diserang, dikepung, direbut Asyur dan dibawa dalam pembuangan.
Sepuluh tahun kemudian dari pembuangan Israel ke Asyur, raja Asyur menyerang Yehuda dan Yerusalem. Asyur mengancam dan menentang raja Hizkia dengan berkata “Kepercayaan macam apakah yang kau pegang ini?” Hizkia memanggil nabi Yesaya yang bernubuat akan kehancuran raja Asyur itu. Perhatikan bahwa nabi Yesaya banyak bernubuat tentang kebinasaan atas Asyur dan kepastian keselamatan Yehuda. Waktu Hizkia jatuh sakit nabi Yesaya berdoa baginya dan hidupnya ditambahkan limabelas tahun. (2 Raj. 18-20).

Raja-raja Yehuda yang terakhir - 2 Raj. 21-23.

Kerajaan Yehuda masih tetap jatuh dalam dosa. Manasye adalah seorang raja jahat. Ia melakukan perbuatan keji dengan mendirikan bukit-bukit pengorbanan, membangun mezbah untuk Baal dan sujud menyembah serta beribadah kepada segenap tentara langit bahkan membangun mezbah dan patung Asyerah di rumah Tuhan. Ia juga melakukan ramal dan okultisme. Karena itu, Tuhan berfirman bahwa Ia akan mendatangkan malapetaka atas Yerusalem dan Yehuda dan akan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuhnya (2 Raj. 21).
Sesudah itu, Manasye digantikan oleh anaknya, Amon, yang juga meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala. Kemudian raja berikutnya yang bernama Yosia, melakukan apa yang benar. Ia memperbaiki kerusakan rumah Tuhan dan saat mendengar Firman Tuhan dibacakan, ia merendahkan diri dan menangis di hadapan Tuhan dalam penyesalan dan pertobatannya (2 Raj. 22).
Yosia kemudian mengumpulkan semua tua-tua, membaca Firman dan mengadakan perjanjian untuk hidup dengan menuruti perintah peraturan dan ketetapan Tuhan. Semua berhala dibakar, para imam dewa diberhentikan, lalu mezbah berhala dan kuil di bukit-bukit pengorbanan dihancurkan. Ia memerintahkan kepada bangsa Yahudi untuk merayakan Paskah. Namun murka Allah tetap menyala, karena raja-raja berikutnya setelah Yosia tetap berbuat jahat. Yoahas berbuat jahat dan dibawa Firaun ke Mesir. Yoyakim juga melakukan yang jahat (2 Raj. 23).

Pembuangan Kerajaan Yehuda ke Babel - 2 Raj. 24-25.
Pada zamannya, muncullah kerajaan Babel dengan Nebukadnezar sebagai rajanya. Juga ada gerombolan-gerombolan dari Kasdim, Aram, Moab dan Amon yang melawan Yehuda untuk membinasakannya sesuai dengan Firman Tuhan dengan perantaraan para nabi. Karena segala dosanya, Kerajaan Yehuda juga dibawa ke dalam pembuangan seperti Kerajaan Israel. Raja Yoyakim menjadi takluk di bawah raja Babel selama tiga tahun. Dalam zaman anaknya, Yoyakhin, Yerusalem diserang dan dikepung. Yoyakhin ditangkap dan perbendaharaan rumah Tuhan dan istana dikeluarkan. Juga, banyak dari penduduk Yerusalem diangkat ke dalam pembuangan, termasuk Raja dan keluarganya.
Dalam zaman Zedekia, raja terakhir atas Kerajaan Yehuda, Yerusalem diserang lagi dan dikepung. Zedekia ditangkap dan dibawa ke Babel. Bait Suci dibakar dengan api dan sisa penduduk Yerusalem diangkat ke dalam pembuangan dari tanahnya. Demikianlah Yehuda masuk dalam pembuangan selama tujuh puluh tahun karena segala dosanya (2 Raj. 24).

Demikianlah kitab 2 Raja-raja menyelesaikan kisah sejarah kedua kerajaan, yaitu Israel dan Yehuda. Di dalam seluruh sejarah itu, ada banyak pelajaran bagi kita. Kita menyaksikan kebenaran yang dikatakan oleh Raja Salomo, “Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.” (Ams. 14:34).
Dosa membawa dua kerajaan, baik Kerajaan Israel maupun Kerajaan Yehuda, kepada kehancuran. Betapa menyedihkan akibat dari dosa!

Selasa, 27 Oktober 2015

INTISARI KITAB 2 SAMUEL

"Kitab II Samuel : Hidup yang Selesai dengan Baik"

Kitab II Samuel adalah sejarah pemerintahan Daud selama 40 tahun, kira-kira antara tahun 1010 dan 970 SM.

Daud memerintah selama tujuh tahun dan enam bulan di Hebron atas Yehuda dan kemudian selama tiga puluh tiga tahun di Yerusalem atas seluruh Israel dan Yehuda.

Sebagaimana Saul memulai dengan baik tetapi gugur pada akhir kehidupannya, demikian pula Daud memulai dengan baik tetapi kemudian mengalami kegagalan. Bedanya dengan Saul, Daud bangkit kembali karena imannya dan pertobatannya.
Kita lihat di kitab ini bagaimana pentingnya bahwa kita hidup dengan iman dan menyelesaikan hidup kita dengan baik!
Kita sudah melihat hati Daud dalam persiapannya menjadi raja dalam Kitab I Samuel. Daud adalah seorang yang rendah hati yang mencari Tuhan. Ia juga seorang pejuang yang berani. Ia mengalahkan singa dan beruang, ia mengalahkan Goliat, orang Filistin, musuh Allah dari bangsa lain. Juga sebagai raja ia telah banyak berperang dengan musuh dan mengalahkan mereka.

Masa Kemenangan Daud (2 Samuel 1-10).

- Ratapan Daud
- Kitab ini dimulai dengan mazmur, nyanyian ratapan Daud untuk Saul dan Yonatan.
Daud tidak bersuka atas kematian musuhnya, namun malah ia meratap. Nyanyian ratapan ini ditandai dengan kata gugur atau jatuh (2 Taw. 1:4, 10, 12, 19, 25,27).

Kalau seorang pahlawan Tuhan yang pernah diurapi Tuhan mengalami keguguran, patutlah kita juga meratap seperti Daud, bukan bersenang-senang atas keguguran itu.

Hidup Daud ditandai pujian dan penyembahan dan selama ia hidup ia menaikkan mazmur yang dicatat dalam Kitab Mazmur (2 Sam. 1).

Daud juga jatuh, tetapi karena ia bangkit dengan iman dengan selalu mencari Tuhan, ia sanggup mengatasi semua tantangan dan kegagalan.

- Pengurapan Daud sebagai Raja
- Daud diurapi di Hebron sebagai raja atas suku Yehuda.
Namun seorang anak Saul yaitu Isyboset, ditetapkan sebagai raja atas semua suku lain. Sebagai akibatnya, ada perang antara keluarga Saul dan keluarga Daud yang berlarut-larut.
Disebutkan bahwa “Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah.”
Perang selama bertahun-tahun itu ditandai dengan pengkhianatan, pembunuhan dan tangisan (2 Sam. 2-4).

- Diurapi menjadi Raja atas seluruh Israel dan kemenangan-kemenangannya.
Sesudah tujuh tahun peperangan itu, Daud dipilih dan diurapi sebagai raja atas seluruh Israel. Semua tua-tua Israel menghadap dia di Hebron, lalu Daud mengadakan perjanjian dengan mereka. Kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel.
Perhatikan tiga urapan Daud: oleh Samuel (1 Sam. 16), oleh suku Yehuda (2 Sam. 2) dan oleh seluruh Israel (2 Sam. 5).
Daud berumur tiga puluh pada waktu itu dan ia memerintah selama empat puluh tahun.
Perhatikan Yusuf waktu menjadi pejabat tertinggi pemerintahan di Mesir juga berumur tiga puluh tahun. Yesus memulai pelayanannya juga pada umur tiga puluh tahun. Para imam pun memulai pelayanannya pada umur tiga puluh tahun (2 Sam. 5)

- Kota Daud
- Yerusalem, Kota Daud, menjadi ibu kota.
Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud, dari orang Yebusi dan kota itu menjadi ibu kota kerajaannya dan tempat kediamannya. Secara lambang, Sion menjadi kota Allah sendiri, tempat kediaman Allah yang kekal, gambaran dari semua orang kudus dari segala zaman yang dikumpulkan kepada Tuhan sebagai Raja yang Kekal (2 Sam. 5:6-13).
Tindakan pertama Daud sebagai raja adalah melawan dan mengalahkan orang Filistin (2 Sam. 5).

- Tabut Perjanjian dibawa ke Yerusalem
Hati Daud ingin membawa tabut perjanjian ke Yerusalem, tetapi ia melakukannya bukan menurut peraturan dan kehendak Allah melainkan menurut cara dunia, yaitu dengan mengangkutnya di atas kereta baru, sama dengan cara orang Filistin. Niatnya baik. Caranya salah. Akibatnya, Uzza yang mengulurkan tangannya untuk menyelamatkan tabut perjanjian, mati. Daud marah, takut dan kecewa. Kemudian waktu Tabut Perjanjian dikembalikan dengan cara benar, yaitu diangkat di atas pundak para imam, Tabernakel Daud pun didirikan, tempat pujian dan penyembahandan hadirat Allah.
Kita melihat Daud sebagai seorang penyembah yang menyanyi, melompat dan menari di hadapan Allah dengan sukacita dan pujian. Isterinya yang menghina, kemudian dihukum Tuhan dengan kemandulan (2 Sam 6).

-Perjanjian Daud
Daud sebenarnya mau membangun rumah(Bahasa Ibrani - Bayith) bagi Allah tetapi ia tidak diizinkan. Sebaliknya, Tuhan berjanji bahwa Ialah sendiri yang akan membangun rumahNya (Bahasa Ibrani, bayith) atau keturunan bagi Daud. Tuhan berjanji bahwa rumah Daud, yaitu keturunannya, akan tetap tinggal untuk selama-lamanya. Allah sendiri menetapkan Perjanjian Daud (2 Sam. 7:1-29, 11, 16; Mzm. 89:30-37).
Perjanjian ini menjamin bahwa akan selalu ada keturunan Daud yang duduk di atas tahta. Di kemudian hari, para nabi meneguhkan bahwa keturunan Daud akan duduk di atas tahta Daud dengan memerintah dan membawa penebusan untuk segala umat Tuhan. Perjanjian Allah bahwa akan ada keturunan yang akan menang, pada mulanya diberikan kepada Hawa, kemudian kepada Abraham dan diteruskan kepada Daud. Penggenapannya adalah di dalam Yesus yang menjadi Raja di atas segala raja (Yes. 9:6-7; 11:1-16; Yer. 23:5-6; 30:8-9; 33:14-16; Yeh. 34:23-24; 37:24-25; 2 Sam. 7).

- Kemenangan Daud
Di bawah pemerintahan Daud, Bangsa Israel mengalami banyak kemenangan atas Siria, Moab, Amon, orang Filistin, Amalek dan Edom. Daud menang sampai ke wilayah Sungai Efrat (2 Sam. 8:3).
Dikatakan, “Tuhan memberi kemenangan kepada Daud ke mana pun ia pergi berperang.” (2 Sam. 8:14).
Ini semua sesuai dengan Perjanjian Abraham bahwa keturunannya akan memiliki negeri dari Sungai Mesir sampai sungai yang besar itu, Sungai Efrat (Kej. 15:18).

- Kasih Daud
Walaupun Saul memusuhinya, Daud tetap mau menunjukkan kasih kepada keluarga Saul. Karena itu ia mencari dan menemukan salah satu anak Yonatan yang bernama Mefiboset. Daud memanggilnya untuk makan sehidangan dengan raja selama ia hidup. Daud juga mau menunjukkan persahabatan kepada anak raja Amon yang pernah menolongnya. Tetapi tawaran persahabatan itu ditolak. Utusan Daud dipermalukan dengan setengah dari janggut mereka dicukur. Karena itu, terjadilah perang lagi dan Daud serta tentaranya membunuh banyak orang Aram (2 Sam. 9-10).

Masa Kegagalan Daud ( 2 Samuel 11-20 ).

- Daud Berzinah
Walaupun Daud adalah “seorang yang berkenan di hati Tuhan (Kis. 13:22), ia jatuh ke dalam dosa zinah dan pembunuhan.
Pada saat raja-raja biasanya maju berperang, Daud tinggal di rumah. Di sana pada waktu petang ia bangun dan berjalan-jalan di sotoh istananya. Ia melihat seorang perempuan, yaitu Batsyeba, yang sedang mandi. Kemudian ia memanggilnya untuk datang ke istananya. Daud berzinah dan akhirnya Batsyeba hamil. Daud malu, dan untuk menutupi dosanya ia justru memerintahkan agar suami Batsyeba, Uria dibunuh dalam perang (2 Sam. 11). Karena itu, Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur Daud karena dosanya yang berat. Daud sungguh merasa bersalah dan menyesal, ia mengakui dosanya dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Doa pertobatannya diucapkan dalam Mazmur 53.
Apa yang terjadi kemudian? Tuhan mengampuninya, tetapi ada hukuman untuk dosanya, yaitu anak yang dilahirkan Batsyeba harus meninggal (2 Sam. 12).

- Masalah anak Daud
Satu kelemahan Daud yang nyata adalah ia kurang tegas dan kurang bijak dengan kejahatan orang-orang terdekatnya. Akibatnya, ia mengalami banyak masalah dengan anaknya. Anaknya Amnon memperkosa adiknya Tamar, dan Daud, walaupun marah, tidak bertindak. Karena itu, sesudah dua tahun, kakak Tamar yaitu Absalom, membunuh Amnon. Lagi-lagi, Daud kurang senang dengan hal ini, tetapi tetap tidak bertindak dengan tegas. Sesudah itu Absalom mulai mencuri hati rakyat dan merencanakan kudeta. Akibatnya Daud harus lari meninggalkan Yerusalem karena takut kepada anaknya sendiri. Perang terjadi. Pada waktu Absalom dibunuh dalam perang itu, Daud lagi-lagi sedih dan meratap. Namun terhadap Yoab yang membunuh Absalom ia pun tetap tidak mau bertindak (2 Sam. 13-18).
Pemberontakan terjadi, dipimpin oleh Seba seorang Benyamin dan perang terjadi lagi. Bukan hanya itu, tetapi Daud juga harus berperang dengan bangsa lain, yaitu orang Filistin. Pada akhirnya, syukurlah Tuhan menolong Daud hingga ia dapat mengalahkan semua musuhnya (2 Sam. 20-21).

Akhir pemerintahan Daud ( 2 Samuel 21-24 ).

Daud sudah mengalami banyak perlawanan dan peperangan dalam hidupnya, baik dengan keluarganya sendiri, orang sebangsa maupun dengan bangsa lain. Sebelum ia mati, Daud menyelesaikan beberapa masalah yang berakar pada masa lalu. Raja Saul sudah melanggar sumpahnya untuk memelihara orang Gibeon dan sudah berusaha membasmi mereka. Karena itu Daud mengadakan penebusan bagi mereka dengan menyerahkan tujuh keluarga Saul untuk dibunuh. Daud juga membawa tulang-tulang Saul dan Yonatan dan menguburkannya di kubur Kish, ayah Saul. Daud juga memimpin peperangan melawan orang Filistin. Tetapi karena sudah tua, ia menjadi letih lesu. Orang raksasa, anak Goliat, menyangka ia dapat menewaskan Daud. Pahlawan-pahlawan lain dari tentara Israel menyelesaikan perang dengan orang Filistin dengan membunuh empat orang raksasa keturunan Goliat.

- Nyanyian Penyembahan Daud
Kitab ini yang awalnya dimulai dengan nyanyian ratapan, berakhir dengan nyanyian pujian dan penyembahan karena Tuhan melepaskan Daud dari semua musuhnya. Nyanyian ini juga tercatat dalam Mazmur 18.
Daud memang disebut sebagai “pemazmur yang disenangi di Israel”.

Ternyata melalui seluruh pengalaman kehidupannya, Daud belajar mengenal Tuhan dan sifat-sifatNya. Ia memuji kuasaNya, kemurahanNya, kuasa FirmanNya, kemenanganNya dan keselamatanNya (2 Sam. 22:31–51).

- Pahlawan Daud
Bukan saja Daud, tetapi ternyata ada orang-orang lain yang menjadi pahlawan. Daud menjadi teladan dan mentor untuk banyak orang yang bertindak dengan keberanian yang luar biasa. Nama mereka juga dicantumkan dalam Alkitab sebagai pahlawan (2 Sam. 23).

- Mezbah Daud
Sayangnya pada akhir hidupnya, ada satu masalah lagi yang timbul. Daud mengadakan sensus atau pendaftaran di antara rakyat, supaya tahu jumlah mereka. Daud mengaku bahwa hal itu adalah dosa dan kebodohan, karena tindakan itu timbul dari hati Daud yang berdasarkan kesombongan akan prestasi dan kebesarannya sendiri. Karena itu, Tuhan menghukum Israel dengan tulah. Daud lagi-lagi bertobat. Ia membeli sebuah tanah, tempat pengirikan. Tempat pengirikan itu menjadi tempat korban, tempat penebusan dosa, tempat hukuman berhenti dan juga menjadi tempat pembangunan bait Allah oleh Salomo (2 Sam. 24).

Luar biasa kehidupan Daud! Ia menjadi teladan dari orang yang berkenan kepada hati Tuhan. Walaupun ia berdosa, melanggar peraturan Tuhan dan bertindak tanpa hikmat, Daud tidak pernah meninggalkan Tuhan. Ia selalu mencari Tuhan dengan segenap hatinya dan terus hidup dalam iman dan pertobatan. Ia rindu mendekati Tuhan dengan masuk hadiratnya dengan pujian dan penyembahan. Kiranya kita semua juga punya hati seperti Daud!

INTISARI KITAB 1 SAMUEL

"Kisah Transisi Kepemimpinan Sebuah Bangsa"

Menurut tradisi Yahudi, sebagian kitab Samuel yang pertama ("Sefer Shmuel") ditulis oleh Samuel dengan tambahan catatan dari penulis lain, yaitu Natan dan Gad. (1 Taw. 29:29).
Peristiwa yang dicatat dalam kitab itu berlangsung selama kira-kira seratus tahun, yaitu sejak tahun 1100 hingga tahun 1000 SM.

Pada mulanya Samuel 1 dan 2 merupakan satu kitab tetapi kemudian dalam Septuaginta pada abad kedua sebelum Kristus, kitab itu dipisahkan menjadi dua kitab.

Kitab ini adalah kitab tentang transisi, yaitu pengalihan pemerintahan bangsa.
Dalam kitab Samuel pertama kita membaca tentang kesudahan masa pemerintahan hakim-hakim di bawah Nabi Samuel dan permulaan kerajaan Israel di bawah pemerintahan Raja Saul. Israel berubah dari sebuah kumpulan kelompok suku-suku yang dipimpin para imam menjadi satu bangsa yang dipimpin oleh seorang raja.

Ada dua bagian dalam kitab Samuel: pelayanan Samuel (pasal 1-12) dan pemerintahan Saul (pasal 13-31).
Dalam bagian yang kedua, Daud juga diperkenalkan sebagai raja yang diurapi yang akan menggantikan Saul.
Dalam sejarah Israel itu, kita melihat bahwa Tuhan berkuasa dalam kehidupan umatNya walaupun manusia tetap gagal dalam menggenapi panggilanNya.

Dalam edisi ini, kita akan mempelajari bagian-bagian dari kitab 1 Samuel ini.

Kelahiran Samuel: Pasal 1-3.
Kitab ini dimulai dengan kelahiran ajaib Samuel sebagai jawaban doa seorang wanita yang mandul, Hana. Doa Hana bersifat nyanyian nubuatan yaitu mazmur profetis. Dalam mazmurnya dideklarasikan bahwa Allah meninggikan yang rendah, menegakkan orang yang hina dan mengangkat orang yang miskin. Allah memutar-balikkan aturan manusia supaya Ia yang dipermuliakan, supaya umat yang percaya kepadaNya dipelihara dan dibenarkan serta musuhNya dibinasakan. Itulah sebabnya, di sepanjang kitab ini, kita melihat begitu banyak contohnya.
Hana yang mandul ditinggikan atas Penina, Samuel ditinggikan atas Eli dan anaknya yang jahat, orang Filistin ditinggikan atas Bangsa Israel sewaktu Bangsa Israel meninggalkan Tuhan (pasal 4), Dagon ilah orang Filistin direndahkan di hadapan tabut perjanjian, Bangsa Israel menang atas orang Filistin sewaktu mereka percaya kepada Tuhan (pasal 7), Saul seorang penakut dan tidak berarti ditinggikan menjadi raja (pasal 9-11), Yonatan ditinggikan atas ayahnya sewaktu Saul bersandar kepada kekuatan dirinya (pasal 13-14), Saul direndahkan oleh Samuel yang memberitahukan bahwa kerajaannya telah diambil daripadanya (pasal 15), Daud anak yang termuda ditinggikan menjadi raja (pasal 16) dan menang atas Goliat yang raksasa (pasal 17), serta Daud ditinggikan atas Saul (pasal 17-30).

Kembali kepada topik awal kitab. Doa Hana didengar Tuhan dan Samuel lahir. Nama Samuel bermakna “Allah mendengar.”
Ia diserahkan kepada Tuhan dan dibesarkan dalam bait Allah oleh Eli, seorang imam besar. Samuel dipanggil menjadi seorang nabi dan nubuatan pertama yang harus disampaikannya adalah untuk memberitahukan hukuman yang akan jatuh atas imam-imam yang jahat (1 Sam. 3:19-21).
Samuel merupakan hakim terakhir di Israel, sekaligus juga berfungsi sebagai imam dan nabi. Dalam pelayanannya ia mendirikan ”sekolah nabi-nabi”, yaitu sekumpulan nabi yang kepenuhan dengan Roh dan dikepalai oleh Samuel (1 Sam. 10:5-12).

Tabut perjanjian, lambang hadirat Tuhan: Pasal 4-7.
Salah satu benda yang sangat bermakna dalam kehidupan Bangsa Israel adalah tabut perjanjian. Tabut perjanjian dibuat untuk berdiri di tempat maha kudus dalam tabernakel Musa. Di situlah terletak kemuliaan dan hadirat Allah. Bencana besar terjadi waktu Bangsa Israel memperlakukan tabut seperti jimat, di mana mereka dikalahkan dan tabut perjanjian itu jatuh ke tangan orang Filistin. Bangsa Israel berpikir bahwa benda itu menjamin kemenangan mereka, tetapi mereka tidak menyadari dan mengenal hadirat, kekudusan dan kemuliaan Tuhan yang sesungguhnya. Selanjutnya, mereka menyaksikan kuasa Allah menghukum orang Filistin dan dewa mereka, Dagon. Orang Filistin terpaksa mengakui kuasa Allah orang Israel dan mereka mengembalikan tabut perjanjian itu kepada Israel.

Permintaan Bangsa Israel untuk dipimpin oleh seorang raja: Pasal 8.
Israel menuntut seorang raja supaya mereka menjadi seperti semua bangsa lain. Samuel tidak senang dengan permintaan ini, tetapi Tuhan menyuruhnya untuk mengurapi Saul, seorang pria berperawakan tinggi dan gagah, sebagai raja mereka (1 Sam. 10:17-25).
Padahal permintaan akan seorang raja adalah permintaan yang didasarkan pada dosa menolak Tuhan. Di satu sisi, Samuel diperintahkan Tuhan untuk menetapkan seorang raja, (1 Sam. 8:7, 9, 22; 9:16–17; 10:24; 12:13); padahal, Bangsa Israel sedang menolak Tuhan dan membawa bencana atas diri mereka sendiri (1 Sam. 8:7; 10:19; 12:12,17,19–20).

Samuel mengurapi Saul: Pasal 9-15.
Pada waktu Saul diurapi, ia seorang yang rendah hati dan mulai bertindak dengan baik. Namun ia mulai mengambil langkah-langkah yang menuju kepada penghancurannya. Ia mulai dengan baik dengan mengalahkan musuh, yaitu tentara Amon (1 Sam. 11).
Kemudian ia menjadi kurang sabar dan mempersembahkan korban walaupun itu bukan haknya dan bukan tanggung jawabnya (1 Sam. 13), ia mengadakan nazar yang merugikan dengan mengucapkan kutuk atas siapapun yang memakan sesuatu pada hari itu (1 Sam. 14). Akhirnya kesombongan dan ketidak-sabarannya meledak waktu ia memberontak terhadap perintah Tuhan dan tidak melakukannya (1Sam. 15). Sebagai akibatnya, Saul kehilangan berkat dan ditolak oleh Tuhan sebagai raja. Bukannya penuh roh Allah, Saul malah diganggu oleh roh jahat (1 Sam. 16:14).
Hal itu mengajarkan pada kita betapa pentingnya dalam melayani Tuhan bahwa kita tetap sabar dan selalu rendah hati dengan menghormati dan mentaati FirmanNya.

Pergumulan antara Saul dan Daud: Pasal 16-20.
Samuel disuruh Tuhan untuk pergi ke Betlehem dan mengurapi raja baru bagi Israel dari antara anak-anak Isai. Yang ditentukan menjadi raja adalah Daud, anak yang paling muda yang bertugas menggembalakan domba. Daud kemudian turun ke medan perang dan mengalahkan Goliat. Ia pun kemudian menikah dengan anak Saul dan menjadi sahabat anak Saul, Yonatan. Namun Saul menjadi iri hati dan berusaha membunuh Daud. Daud mendengar informasi dari Yonatan bahwa memang itulah niat Saul untuk membunuh Daud. Karena itu, Daud terpaksa lari.

Daud mengungsi melarikan diri dari Saul di Yudea: Pasal 21-26.
Awalnya, Daud mencari perlindungan dari imam Ahimelekh yang menolong dia. Namun Daud kemudian menjadi takut dan justru mencari perlindungan dari Akhish, raja kaum Gat, dan selanjutnya Daud menjadi takut lagi sehingga berpura-pura gila sampai diusir dari istananya. Dari situ, ia lari ke gua Adulam dan berhimpunlah kepadanya orang-orang yang sedang dalam kesukaran, yang dikejar-kejar tukang piutang, yang sakit hati, dan ia menjadi pemimpin mereka sebanyak kira-kira empat ratus orang. Sesudah itu Daud terus dikejar dan terpaksa terus berpindah-pindah dari gua ke padang gurun ke bukit, demi menghindari Saul.
Dua kali Daud mendapatkan kesempatan untuk membunuh lawannya, Saul, tetapi ia tidak melakukannya karena memegang prinsip untuk tidak akan menjamah orang yang diurapi Tuhan (1 Sam. 24, 26).

Daud mengungsi ke tanah Filistia: Pasal 27-31.
Selama ia dapat melakukannya, Daud tinggal di tanah Yudea, tetapi saatnya tiba ketika ia terpaksa mengungsi ke tanah Filistia. Pada waktu itu ia mengambil kesempatan untuk membunuh musuh dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Namun orang Filistin menjadi makin marah hingga mereka mau menyerang Israel lagi. Saul kali ini ketakutan dan pergi mencari arwah Saul, sesuatu yang dilarang keras oleh Tuhan. Saul mencari seorang petenung untuk mendapat jawaban dan solusi. Roh Samuel pun bangkit untuk memberi nubuatan bahwa Saul akan mati dalam peperangan pada besok hari. Terjadilah seperti itu. Saul dan tiga anaknya tewas, dimana Saul akhirnya tewas oleh tangannya sendiri.

Kitab 1 Samuel menegaskan integritas Daud, seorang yang diurapi tetapi selalu menghormati pemimpinnya dan sabar menunggu pembelaan Tuhan tanpa berusaha mengambil posisi yang dijanjikan Tuhan. Daud selalu hidup dengan iman. Kepercayaannya adalah di dalam Tuhan. Daud mengalami proses panjang selama 13 tahun sebagai persiapan menjadi raja. Karena itu Tuhan juga memberi perjanjianNya yang kekal kepada Daud, bahwa ia selalu akan memiliki keturunan yang akan duduk atas tahta. Ada banyak pelajaran dalam kehidupan Daud sebagai hamba Tuhan yang mengalami aniaya dan pergumulan.

Di edisi selanjutnya, dalam kitab II Samuel kita akan membaca tentang kehidupan Daud sebagai seorang raja.