Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru." - Amsal 21:13.
Ada seorang pengemis yang selalu saya jumpai setiap hari dalam perjalanan menuju tempat kerja saya. Seorang bapak tua yang berjalan tertatih-tatih dari mobil ke mobil di sebuah lampu merah, mengharapkan belas kasihan pengendara yang lewat untuk menghidupi dirinya. Ketika saya tidak punya uang untuk diberikan padanya, saya mengucapkan maaf sambil tersenyum kepadanya. Pada suatu kali, bapak itu tiba-tiba mendekati saya dan berkata: "Pak, bapak memang tidak setiap hari memberi saya uang sedekah, tapi bapak setiap hari memberi senyum. Ada banyak mobil yang memberi uang, tapi hanya sedikit yang memberi senyum.. saya merasa senang sekali.." Dan dia mulai mendoakan saya seraya mengucapkan terima kasih.
Apa yang anda pikirkan ketika melihat seorang pengemis? tentunya memberi uang sedekah bukan? Ternyata di balik itu mereka pun memiliki kerinduan untuk dihargai, dikasihi dan diperhatikan.
Jika berbicara mengenai kepedulian terhadap orang miskin, ingatan saya akan segera tertuju pada Bunda Teresa. Hampir sepanjang hidupnya dihabiskan di Kalkuta, India. Bunda Teresa ada ditengah-tengah masyarakat yang sangat miskin di sana, melayani Tuhan di antara yang termiskin, terbuang dan sangat membutuhkan. Bunda Teresa melayani orang yang lapar, gelandangan, buta, pincang, lepra dan sakit penyakit lain, orang yang telanjang, hingga orang yang tidak dicintai, tidak diinginkan, tidak diperhatikan atau orang-orang tertolak. Tentu pengalaman sekian banyak dasawarsa itu membuat Bunda Teresa tahu betul apa yang dibutuhkan orang.
Dengarlah apa katanya: "We think sometimes that poverty is only being hungry, naked and homeless. The poverty of being unwanted, unloved and uncared for is the greatest poverty. We must start in our own homes to remedy this kind of poverty.
"Kemiskinan terbesar bukanlah kelaparan, telanjang dan tidak punya rumah, melainkan rasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak dipedulikan. Itulah kemiskinan yang paling miskin. Begitu banyak orang yang mengalami kepahitan bukan karena mereka tidak mampu secara finansial, tapi karena mereka merasa tertolak, merasa tidak dikasihi dan sebagainya.
Ada beberapa orang yang saya kenal mengalami hal seperti ini, meskipun secara ekonomi mereka berkecukupan.
Amsal Salomo mengingatkan kita untuk memiliki telinga peka terhadap jeritan orang yang membutuhkan pertolongan. Jika tidak, maka jeritan kita ketika membutuhkan pertolongan pun tidak akan didengar Tuhan. Mengapa demikian? Karena Allah adalah kasih. (1 Yohanes 4:8).
Kedatangan Kristus ke dunia untuk menebus dosa kita adalah bukti nyata betapa besar kasih Allah pada kita. Karena Allah begitu mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi orang lain.(1 Yohanes 4:11). Mengasihi tidaklah harus selalu berbentuk pemberian materi, tapi lewat perhatian, lewat membagikan sebagian waktu kita untuk mendengarkan mereka yang membutuhkan pertolongan, atau yang paling mudah, lewat senyum tulus, itu bisa meringankan penderitaan mereka.
Jika ada diantara teman-teman yang saat ini merasa tidak diinginkan atau tidak dicintai (unwanted and unloved), dan sementara ini tidak ada dukungan moril, kepedulian atau empati dari saudara-saudara seiman, ingatlah ini: bahwa diatas segalanya ada Tuhan yang selalu peduli dan tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengar anda. Anda tidak pernah sendirian.
"Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati" (Ulangan 31:8).
Meski mungkin orang terlihat tidak menghargai anda, tapi anda berharga di mata Tuhan. Bacalah Mazmur 139:13-18, disana tertulis bahwa kita adalah hasil "tenunan" Tuhan sendiri, itu adalah sebuah kejadian yang dahsyat dan ajaib. Tuhan peduli, dan Dia punya rencana istimewa bagi anda.
Bagi kita yang tidak mengalami "kemiskinan yang paling miskin" ini, sudahkah kita perduli kepada saudara-saudara kita yang tengah menjerit meminta pertolongan? Jika pengabdian seperti Bunda Teresa terasa begitu jauh dan sulit, sudahkah kita memperhatikan orang-orang yang sangat dekat di sekitar kita? Maukah kita menyisihkan sebagian dari diri kita untuk mereka, atau kita malah bersungut-sungut karena merasa terganggu dengan kehadiran mereka?
Yesus berkata: "..sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).
Menjelang perayaan Natal untuk memperingati kelahiran Yesus ke dunia, marilah kita mengimani dengan sungguh-sungguh perbuatan Kristus yang melayani tanpa terkecuali dengan penuh kasih.